TigaBelas

3K 164 9
                                    

- Mungkin karena kau sedang cantik - cantinya.

***

Biru sedang terdiam , asap mengepul dicangkir teh nya hanya dapat Ia perhatikan. "Bi,Gua tau keputusan ayah engga bikin hati lu enak",.

Biru tetap terdiam,

"Tapi Ayah harus dapet wanita yang bisa rawat dia lagi" Ucap Jingga lagi yang mendekat kearah Biru.

"Ga, engga dengan cara gantiin posisi Bunda, bukan gitu cara mainnya, bukan" Kata Biru, Tangannya mengepal.

Jingga membuang nafas beratnya, udara kantin pagi ini serasa lebih panas ketimbang sebelumnya.

"Lu boleh gantiin posisi Gua,gantiin posisi siapapun dalam keluarga, asal jangan Bunda" timpal Biru lagi.

"Bi.. Gua mohon.."

Biru tertawa sarkas "Jingga,cukup. Lu boleh kekelas lu sekarang,Gua muak." Kata Biru yang meminum teh hangatnya.

Jingga terdiam,memandangi wajah adiknya Dan mengangguk. Melawan sifat Biru yang keras Dan tidak mau mengalah juga takan menghasilkan apa-apa.

"Gue kekelas dulu ,Bi. Gue harap lu bisa ngerti kalo dunia engga tentang apa yang harus ngertiin lu mulu". Jingga berlalu pergi.

***

Dira sedang menyalin catatan guru dipapan tulis kedalam bukunya. Bahasa Indonesia,pelajaran yang sangat amat digemari oleh Randira.

"Maaf Bu, saya telat.."

Suara itu sontak menghentikan kegiatan satu kelas yang sedang menulis kecuali Randira. Bisikan-bisikan terjadi setelah mengetahui sumber suara.

"Eh,pindah dulu kebelakang sebentar"

Suara itu membuat Dira menghentikan aktifitas menulisnya , melirik kesamping tempat duduknya.

"Biru?.."

Laki-laki ini menjawab dengan senyumannya.

"Ngapain disini?"

"Belajar"

"Yaa...kenapa belajarnya disini?bukan kelas lu"

"Belajar buat terbiasa deket sama lu".

Randira bungkam. Pipinya memerah.

"Yeh.. gombal mulu lu,udah Sana keluar,Gua lagi nulis"

Biru merebut buku tulis milik Randira "sini sama Gua aja" katanya biru.

"BIRU!!!!" Teriak bu Reska guru Bahasa Indonesia yang sedang mengajar di dalam kelas. "Kamu lagi kamu lagi Biru!!"

"Yaudah deh Bu, engga usah marah-marah gitulah. Nih saya keluar aja mending" Ucap Biru yang kemudian melangkahkan kakinya santai keluar dari kelas.

Bu Reska menggeleng-gelengkan kepalanya lalu pandangannya beralih kepada Randira.

"Randira, Nanti keruangan guru. Ada yang ingin ibu bicarakan bersama kamu" Kata Bu Reska yang kemudian melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya.

***

Gadis ini memainkan jari jemarinya , Takut. Baru pertama kalinya gadis ini dipanggil untuk keruangan guru.

"Randira,Maaf saya tinggal sendirian tadi. Kekamar Mandi dulu"

Dira tersenyum dan mengangguk.

"Ada beberapa hal yang harus saya beritahu dan saya tanyakan sama kamu" Ucap Bu Reska yang kemudian membuka buku catatan kelakuan siswa .

"Saya yakin kamu kenal Biru. Kamu tau siapa dia dan bagaimana kelakuannya disekolahkan , Randira?"

"Iya bu"

Kemudian Bu Reska menutup buku catatan kelakuan siswa dan beralih membuka buku Raport Randira dari sekolahnya dulu.

"Kamu murid yang pintar Randira. Kamu baik, Cantik dan sopan juga. Kamu seharusnya dekat dengan Jingga , kakaknya Biru yang sifatnya berbanding terbalik dengan Biru sendiri"

Bu Reska membuang nafas beratnya

"Ibu tau ini bukan seharusnya menjadi campur tangan ibu. Bukan seharusnya juga menjadi urusan sekolah karena ini masalah pribadi tapi Ibu juga mempunyai anak Randira. Ibu juga ingin anak Ibu mendapatkan pasangan yang baik untuk anaknya. Biru itu tidak cocok untuk bersama kamu Randira. Coba kamu fikir ulang"

Dira menunduk, Terdiam.

"Ibu hanya ingin berbicara tentang hal itu Randira. Karena sebelumnya Biru tidak pernah mendapatkan teman dekat sebaik kamu. Mangkanya Ibu takut kalau kamu hanya dijadikan boneka untuk dia"

Hening,hanya suara kipas angin yang berbunyi diantara bu Reska dan Dira.

"Saya permisi pulang boleh , Bu?" tanya Dira yang dijawab anggukan oleh bu Reska

Biru Dan Randira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang