— And we danced in the room
Grew our heart a bloom
I stopped right there
You've found a new home
And I should be happy.-///-
"Lu mau dibuatin minum apa , Dir?" Tanya Jingga saat mereka baru saja tiba "oh bentar gue suruh bibi cariin baju bunda yang bisa lu pake ya"
Dira hanya bisa terdiam melihat Jingga yang berlari menaiki anak tangga rumahnya. Kejadian tadi masih terbayang-bayang oleh Dira.
Bi, Dira disini.
-///-
Biru melajukan motornya dengan cepat setelah mendengar bahwa Dira berada dirumahnya.
"Dimana Dira?"
Jingga memberi isyarat bahwa Dira sedang berada dikamar Biru. Laki-laki itu langsung berlari menuju kamarnya.
Kakinya sempat berhenti saat melihat Dira yang sudah tertidur pulas. Biru berjalan mendekat dengan perlahan, melihat setiap lekuk orang yang Ia cintai lalu mengusap rambut kening Dira perlahan.
"Demam" gumam Biru yang langsung keluar kamar untuk mengambil air dan kain untuk mengompres Nadira.
Dikompres perlahan kening Dira. Biru merasa sangat amat menjadi laki-laki yang tidak tahu diri begini sudah perempuannya gagal naik panggung lalu harus melihat pacarnya dicium orang lain.
"Dunia hari ini kejam banget ya, Dir" kata Biru yang lalu menggenggam pelan tangan Dira "maaf ya, Dira. Gara-gara gue lo sakit gini"
Biru menciun tangan Dira "maaf karena gue belom bisa bikin lo bahagia" ucap Biru yang kemudian tertidur dengan tangan yang masih menggenggam jemari Dira.
Jingga yang melihat pemandangan tersebut dari depan pintu kamar adiknya yang tidak tertutup hanya bisa tersenyum palsu
"emangnya gue siapa bisa ngerusak bahagianya Dira" gumam Jingga yang kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya.
-///-
Biru terbangun dari tidurnya. 08:00 angka itu yang tertera pada jam tangan miliknya.
Dira belum juga terbangun, muka gadis sangat pucat membuat Biru menyentuh keningnya. Biru membulatkan matanya kaget, suhu tubuh Dira semakin memanas.
"BI SURUH MAS TATANG SIAPIN MOBIL" Teriak Biru yang kemudian mengenakan jaket ketubuh Dira.
"Mobilnya udah siap , den biru" ucap Bibi.
Biru mengangguk lalu mengangkat tubuh Dira untuk dibawa kerumah sakit. Sepanjang perjalanan Biru hanya dapat meratapi kebodohannya, kenapa semuanya jadi kacau begini.
"Mas tatang, cepetin dikit ya" kata Biru dengan suara khawatir.
"Siap Den"
Biru terdiam, kejadian ini seperti de javu baginya. Dulu 4tahun yang lalu Biru sempat mengalami khawatir paling tinggi dan memaksa Mas Tatang untuk melajukan mobil dengan sangat cepat.
Iya, kejadian sebelum Bundanya meninggal.
"Mas Tatang.. cepetin dikit mobilnya, mulut Bunda ngeluarin busah terus gini" ucap anak laki-laki ini dengan khawatir.
"Ini udah cepet den" jawab mas Tatang.
Setibanya dirumah sakit Bunda dari anak laki-laki ini berusaha ditolong. namun setelah 2jam dokter keluar dari ruangan sang Bunda.
"Kamu Biru Wiranda anak dari Septian Wiranda?" Tanya sang Dokter kepada anak laki-laki ini, yang ditanya mengangguk.
"Bunda kamu sudah tidak merasakan sakit lagi" kata sang Dokter. Biru mengerutkan keningnya bingung.
"Bunda udah sembuh?"
"Sudah tenang disurga"
Biru menggelengkan kepalanya dengan cepat "engga, Dira engga akan kemana-mana" Biru mencium kening Dira, air matanya jatuh.
"Dira , jangan kemana-mana. Ayo, bangun, aku kangen." bisik Biru tepat ditelinga Dira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Dan Randira
Fiksi RemajaDari pertemuan Biru dan Randira didepan pintu ruang BK , Dari Dira yang mengobati luka di tangan Biru membuat seorang Biru semakin jatuh cinta dengan Dira. "Sampe ketemu diketidak sengajaan yang lainnya yaaa" "Gapapa anggep aja ini ketidak sengajaan...