— Wajar bila saat ini, Ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana
Indah dalam rumah.***
Suara derap langkahnya terdengar hingga ujung koridor sekolah. Tangannya mengepal sempurna menampakan kekesalannya yang telah mencapai ubun-ubun.
"Mana Jingga" ucap Biru ketika baru masuk kedalam kelas milik kakaknya sendiri. Tatapan sinis dan tidak suka tertuju langsung padanya.
"Gue disini,kenapa" Suara itu terdengar. Suara yang membuatnya ingin murka dan menghancurkan bentuk wajahnya.
Biru mendekat kearah Jingga. Tatapannya tak berubah menandakan kekesalan yang mendalam. Menampakan emosi yang Ia tahan sedari tadi. Untuk kali ini Ia tidak memperdulikan siapa Jingga ketika gadisnya berusaha diambil alih olehnya.
"Engga udah deket-deket sama Dira lagi" kata Biru dengan nada dingin. Jingga terdiam memperhatikan bentuk wajah emosi milik adiknya yang sama sekali tidak berubah.
Seisi kelas berbisik. Semua orang disekolah ini juga tau keluarga Jingga dan Biru bukan keluarga yang harmonis dibalik kemewahan dan kemegahannya.
Biru berbalik arah. Berjalan menuju keluar kelas meski emosinya masih ada diatas kepala. Jingga bertepuk tangan membuat Biru menghentikan langkahnya.
"Harusnya lu jangan kelamaan duduk,biar tau diri" kalimat itu keluar dari mulut seorang Jingga. Kalimat yang berhasil membuat emosi seorang Biru semakin meningkat.
"Kalau lu engga sibuk sama rencana lu buat tauran dan nyerang sekolah lain. Dira bisa aja tadi lu yang tolong" Jingga tertawa "tapi sayang lu terlalu naif. Lu sibuk sama dunia keras lu sampe pada akhirnya lu sendiri yang buat celah untuk orang lain deket-deket sama Dira"
Biru berbalik kembali kearah Jingga. Langkahnya cepat dan diambil kerah baju milik kakaknya sendiri.
"Engga usah banyak bacot , anjing"
Jingga tersenyum miring "pukul gue kalau lu mau,siksa gue kalau lu bisa. Harusnya tau terima kasih sedikit. Perempuan lu ada yang jaga. Coba kalau engga ada gue mungkin Dira bisa diabaikan orang karena pingsan tengah lapangan pas jam pelajaran berlangsung"
Biru tak bergeming,meski kepalan tangannya di kerah baju milik Jingga semakin mengeras.
"Terlalu banyak nuntut tapi engga pernah mau paham. Lu cuma tau gue ngusik lu sama Dira tanpa mikir gimana jadinya Dira karena lu terlalu sibuk sendiri sama dunia lu"
Biru melepaskan kepalan di kerah baju milik Jingga. Menendang meja lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.
"Jadi manusia seharusnya lebih tau terima kasih sedikit , Bi" kalimat terakhir dari mulut Jingga sebelum Biru benar-benar keluar dari kelasnya.
***
"Lu udah engga kenapa-kenapa beneran?" Tanya Husen yang memberikan buah jeruk yang sudah dikupas kepada Dira.
"Engga kenapa-kenapa , Cen" jawab Dira yang mengambil kupasan jeruk itu dan tersenyum.
Pintu UKS terbuka dengan keras,menampakan Biru datang dengan wajah merah akibat emosinya.
"Kenapa lu" tanya Juno yang duduk didekat pintu. Biru tidak menjawab "minggir Cen" kalimat itu yang justru keluar dari mulut Biru membuat Husen mundur dari samping kasur.
"Lu mau gue anter pulang?kepalanya masih pusing engga?"
Dira menggeleng pelan "udah engga kok"
"Gue anter pulang ya. Surat izin biar Juno yang urus sama nanti tas lo Husen yang ngambil" ucap Biru menatap lekat mata Dira. Sedangkan gadis yang ditatap lekat bingung entah kenapa sifat Biru seperti ini.
"Jun tolong urus surat piket ya. Kalo lu Cen tolong ambil tas Dira dikelasnya semisal ada guru bilang Dira engga enak badan mau pulang"
Husen dan Juno mengangguk lalu melakukan perintah yang diberikan Biru.
"Bi?"
Biru menoleh.
"Lu engga kenapa-kenapa?"
Biru diam,menatap Dira semakin dalam.
"Gue cuma takut lu hilang" katanya membuat Dira bungkam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Dan Randira
Teen FictionDari pertemuan Biru dan Randira didepan pintu ruang BK , Dari Dira yang mengobati luka di tangan Biru membuat seorang Biru semakin jatuh cinta dengan Dira. "Sampe ketemu diketidak sengajaan yang lainnya yaaa" "Gapapa anggep aja ini ketidak sengajaan...