Tigapuluh

2.1K 110 0
                                    

Apa yang harusku lakukan lagi bila kau tak setia karna aku hanya seorang manusia yang tak kau anggap.
Aku mencoba memahamimu tapi kau tak perduli.

-///-

Pintu Kamar terbuka, membuat Dira menoleh didapatinya Biru disana. Laki-laki itu berjalan mendekat kearah dirinya yang sedang terbaring dikasur.

"Aku taro bunganya disini ya" kata Biru yang meletakan bucket bunga itu dalam vas diatas narkas rumah sakit.

"Bunga yang kemarin aku kasih aku buang ya, aku ganti" kata Biru yang kemudian membuang bunga yang kemarin Ia berikan kedalam tempat sampah.

Dira masih belum bicara, gadis ini masih merasa sakit kalau melihat Biru. Kecewanya belum sembuh.

Biru membuang nafas beratnya lalu mengulum senyum "maaf ya ,Dira. Aku selalu buat kamu engga nyaman kalau aku jenguk"

"Kalau lo tau gue engga nyaman lo jenguk terus kenapa masih aja kesini?"

Biru merasakan sesak didadanya saat mendengar perkataan Dira yang tidak pernah diduganya.

"Aku mau minta ma.."

"Buat apa?" Dira memotong omongan Biru "udahlah , Bi. Jalanin hidup lo sendiri dan hidup gue sendiri, tolong"

Biru diam,

"Bukannya elo emang lebih cocok sama Nanda?bukannya lo emang engga cocok sama gue?bukannya emang mendingan lo sama Nanda?"

"Tapi gue sayangnya sama lo, Randira" kata Biru lirih.

Dira menggeleng "mending sekarang lo keluar kamar gue. Gue gamau liat lo lagi. Tolong jangan nunjukin muka lo depan gue lagi!" Kata Dira yang kemudian menunjuk pintu.

Biru mengangguk "apapun yang buat lo bahagia , Dira. Apapun"

Kemudian Biru melangkahkan kakinya keluar kamar Dira, sebelum laki-laki itu menutup pintu kamar rumah sakit Ia sempat berkata "Engga ada orang yang nyakitin lo sehebat gue, tapi engga ada juga orang yang bisa sayang sama lo sehebat gue"

Pintu tertutup, kata-kata Biru terngiang-ngiang dalam fikiran Dira.

Gadis ini masih memikirkan kejadian kemarin saat dirinya hilang kendali dan mengusir Biru.

"Dira?"

Suara itu memecahkan keheningan dalam tubuh Dira. Gadis ini lalu mengulum senyumnya "eh , iya kak Jingga?"

Dilihatnya Jingga membawa sebucket bunga yang sama persis seperti Biru bawakan kepadanya.

"Besok udah boleh pulang ya?"

"Iyaa, kak. Lusa juga kayaknya udah sekolah lagi"

Jingga mengangguk , lalu menyodorkan bucket bunga itu kepada Dira.

"Makasih , Kak" kata Dira saat menerima bucket bunga itu.

"Itu dari Biru" ucap Jingga sambil mengulum senyum. Dira mengedarkan pandangannya mencari Biru. "Biru engga mau masuk kesini tadi cuma nitipin ini aja terus berangkat"

"Kemana?"

"Kurang tau , Dia juga engga bilang apa-apa"

Dira mengangguk lemas.

"Biru khawatir waktu tau lo demam tinggi, dia yang langsung bawa kerumah sakit" jelas Jingga.

"Dia juga yang ngompres lo sampe dia sendiri ketiduran. Gue belom pernah liat Biru sekhawatir itu selain sama lo dan Bunda...

...Biru itu sifatnya keras, dia cuek. Bahkan sama ayah atau gue aja dia cuek banget artinya kalo dia perduli sama lo dia sayang sama lo, Dira...

...oiya dia juga yang selalu langsung kontrol dapur rumah sakit cuma buat liat lo dikasih asupan makan yang terbaik atau engga. Dia juga yang rela bolak balik rumah, toko bunga, rumah sakit setiap harinya setiap mau jenguk elo...

...waktu kemarin Biru Pulang siang terus langsung masuk kamarnya sampe tadi pagi baru keluar kamar dan langsung ketoko bunga. Bibi sempet bilang kalau kamar Biru berantakan , kaca dikamarnya pecah dan ada darah yang gue yakin darah Biru pas mukul kaca itu...

...gue kerumah sakit, nyusulin Biru dan ternyata Biru didepan kamar lo lagi megangin bunga itu. Dia nitip bunga itu lewat gue karena katanya dia gamau rusak bahagia lo"

Dira menahan air matanya yang ingin terjatuh "terus?dia kemana sekarang?"

"Gue engga tau"

Dira terdiam,karena ulahnya semuanya jadi kacau. Karena egoisnya semuanya rusak.

"Gue pulang dulu ya, Dir. Lekas sembuh" kata Jingga yang kemudian keluar dari kamar Dira. Menyisakan gadis ini yang sedang menangis sendirian.

Biru Dan Randira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang