Part 1: Pandangan Pertama

1.5K 65 2
                                    

"Loe mau kemana?" tanya Iqbal asisten Nassar.

"Solat udah masuk waktunya. Yok bareng jamaahan."

"Heran gue, playboy kayak loe masih inget solat."

"Siapa yang playboy? Orang cewek-cewek yang deketin kok."

"Loe nya PHP."

"Udah berisik, ayok turun." Nassar membuka mobil van khas seorang selebriti. Ia lalu membuka kacamata hitamnya dan mengaitkan asal di salah satu kancing kameja yang sedang dipakainya.

Iqbal mengikuti langkah Nassar setengah hati, agaknya dia ingin sampai segera ke perusahaan dan bisa solat di musola yang ada AC-nya.

Saat sedang mengambil air wudhu, beberapa jamaah kasak kusuk melihat orang yang biasanya tampil di TV bisa mereka lihat secara langsung.

"Mas? Mas Nassar bukan?" sapa seorang jamaah ketika Nassar selesai mengambil air wudhunya.

Nassar tersenyum dan mengangguk.

"Foto donk, mas?"

"Boleh mas tapi setelah solat ya, dan jangan di mesjid ga enak sama yang mau ibadah. Nanti kita di pelataran aja." Tolak Nassar halus. Pemuda yang tadi meminta mengerti dan akhirnya hanya meminta bersalaman.

Seusai solat, beberapa masayrakat menggerubuti Nassar layaknya semut yang sedang berebut gula. Nassar dengan sabar melayani permintaan foto dan tandatangan. Iqbal yang baru keluar dari mesjid segera mendekati Nassar untuk mengamankan artisnya itu.

"Maaf bu, pak, dek semuanya mas Nassar ada jadwal ngga bisa lama-lama." Iqbal lalu menyeret Nassar agar segera masuk mobil. Setelah meminta izin untuk pergi. Iqbal lalu segera masuk ke mobil. "Kunci pintunya." Pinta Iqbal.

"Beres." Ujar supir van mereka. Nassar segera membuka jendela dan menyalami masayarakat yang masih di sekitar mobilnya. "Hati-hati kelindas. Nanti kita ketemu lagi yaa..." pamit Nassar dan van pun berjalan perlahan.

"Udah mesjidnya panas, banyak fans lagi. Repot gua." Iqbal mengatur AC yang mengarah padanya agar bisa lebih dingin.

"Tanpa fans apa artinya seorang selebriti." Jawab Nassar sambil memandangi jalan yang terlihat dikaca jendelanya.

"Kenapa sih ga solat di agensi aja? Disana terjaga. Sekuriti lengkap, adem lagi."

"Kayak ga tau aja. Nih ya, emang kamu bisa jamin kita bisa nyampe ke agensi dalam keadaan hidup?"

SKAK Mat, Iqbal terdiam. Nassar tersenyum melihat tingkah asistennya itu.

"Emangnya ada apaan sih, aku harus ke perusahaan?"

"Loe disuruh direct teaching sama anak baru."

"Anak baru?"

"Perusahaan kita lagi mau orbit penyanyi baru ada lima orang kalo ga salah. Loe diminta buat sharing lah sama anak-anak baru pengalaman loe, biar mereka siap secara mental dan belajar dari artis yang udah jadi."

"Gitu aja?"

"Iya, lebih bagus lagi kalo loe ajarin mereka nyanyi yang bener. Yaah sekalian evaluasi lah sama kualitas mereka."

"Gampang kalo udah ketemu mah ntar juga ngalir sendiri."

"Awas ya loe mulai deketin cewek-cewek lagi. Ganjen lagi."

"Ihh siapa sih."

@ @ @

Aulia melihat pantulan dirinya di cermin. Om Pras sang koreografer terus memandangi gerakan Aulia.

"Istirahat dulu Aul, kayaknya kamu dah lelah. Keringat banyak banget." Perintah Om Pras. Aulia menganguk, ia segera duduk di lantai sampai meluruskan kakinya yang pegal.

"Fit, ambilin minum dong!" Pinta Aulia pada Fitri teman seagensinya yang siap debut juga.

"Kebiasaan deh Mager." Jawab Fitri sambil mengambil air mineral di dus di pojokan ruangan.

"Niihh.." Dua suara hampir bersamaan terdengar. Keduanya sama-sama menyodorkan minuman. Aulia mendongak pada kedua sosok pria yang ada dihadapannya.

"Chakra, Ifan . . . Ngapain? Bukannya latihan!" Aulia tak menghiraukan uluran minuman dari kedua pria itu dan menerima minuman yang diberikan Fitri.

"Usaha lagi yaa." Bisik Fitri sambil menepuk bahu ke dua pria yang tersenyum kecut.

"Gue udah selesai take vocal gatau tuh si Chakra harusnya latian dance." Sungut Ifan nyalahin Chakra.

"Ih loe enak take vocal doang. Gue kudu banjir keringat."

Aulia mengambil tisu dan mengusap keringat di dahi Cakra. Cakra tersenyum senang sedangkan Ifan keki melihatnya.

"Kalian berdua, harus damai dong. Perusahaan kan mau jadiin kalian duo." Aulia mengambil minuman di tangan Ifan membukanya dan menyodorkannya kembali pada Ifan. "Minum, abis take vocal entar sakit tenggorokannya." Ifan menerima dengan antusias giliran Chakra yang tersenyum iri.

Om Pras datang kembali dan menjewer kuping Chakra dan Ifan, "kalian ngapain disini?"

"Ampuun Om," rintih mereka sambil kabur keluar ruangan.

Aulia dan Fitri ketawa sedangkan Rina yang baru sampai ke ruangan koreo cuman menggaruk kepala ga paham.

"Hari ini ada penyanyi yang mau sharing pengalaman sama kalian. Kayaknya sih bentar lagi nyampe jadi latihan hari ini selesai dulu ya."

Ketukan pintu terdengar, Om Edo pelatih putra datang dengan Chakra dan Ifan yang cengengesan takut kena marah.

"Digabung kan ya?" tanya Om Edo pada Om Pras.

"Iya gabung aja kasian nassar kalo harus dua kali nge-coach nya."

Om Edo lalu menggeser kursi dan meletakkan di kursi untuk Nassar sedangkan anak-anak calon debut duduk di bawah. Tak berapa lama kemudian Iqbal datang dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Nassar menyusul dibelakang.

"Woooo . . ." teriak anak-anak saat menyaksikan Nassar seorang artis yang memang sudah terkenal. Nassar membuka kacamata hitamnya dan tersenyum. "Hai adek-adekku."

"Hai, Mister!" ujar anak-anak serempak memanggil Nassar dengan panggilan panggungnya. (Harusnya King ya tapi takut terlalu nyamain sama kenyataan, hehe . . .)

"Duduknya diatas aja, Sar!" pinta Om Edo.

"Jangan dong, Om. Saya juga kan mau deket sama anak-anak baru. Cuman berlima mah kita bisa duduk di bawah bareng-bareng." Tolak Nassar sambil menggeser kursi dan ikut gabung duduk di lantai.

Tiba-tiba pandangan Nassar langsung fokus pada gadis manis berkaos putih, dia terpana sesaat. Gadis itu tersenyum. Nassar terpana.

"Kamu siapa?" tanya Nassar refleks.

"Siapa? Saya?" tanya Aulia tak yakin jika pertanyaannya itu memang untuknya.

"Iya kamu."

"Nama saya Aulia, asal kota Pontianak. Cita-cita menjadi penyanyi yang dikenal masyarakat." Jawab Aulia panjang lebar seperti seseorang yang sedang mempromosikan dirinya.

Nassar tersenyum dan menutup mulutnya. "Lucu." Ujarnya pelan. Iqbal yang melihat itu merasa gerah, "Semua perkenalkan diri. Tadikan udah Aulia sekarang lanjut ke sebelah kanannya coba!" ujar Iqbal mencoba masuk ke dalam pembicaraan.

Setelah memperkenalkan diri, kelima anak itu lalu menunjukkan kebolehan mereka masing-masing. Sampailah pada giliran Aulia. Nassar terpesona mendengar suara powerfull dan bening milik Aulia.

"Kamu mau jadi pasanganku ngga?" tanya Nassar seketika.

"Ya?" Aulia kaget mendengar pertanyaan itu dan ke dua teman yang lain memandangi dengan tatapan heran sedangkan Chakra dan Ifan memandang iri.

bersambung ...

Cerita ini hanya kehaluan semata tidak ada sangkut paut sama kenyataan.. Jangan lupa vote n komentarnya yaa, biar semangat lanjutin...

Beautiful LoveWhere stories live. Discover now