Part 31

627 54 10
                                    

'Mas, gimana kalo hari ini?'

Pesan teks dari Manda tanpa basa basi. Nassar terdiam sejenak lalu melempar asal ponselnya.

"Kenapa, Ssar?" tanya Iqbal kepo.

Nassar hanya menghela nafas, dan membuat Iqbal semakin kepo. Ia lalu mengambil ponsel Nassar dan memasukkan pin yang memang sudah ia tahu.

"Oh, dari Manda ya? Maaf ya Ssar, gue kasih nomer lo ke Manda. Soalnya dia kayaknya bener mau ungkapin sesuatu yang penting. Lagian jadiin ini kesempatan buat menyelesaikan semuanya. Siapa tahu kalo lo mau ketemu sama dia. Ini bakal jadi babak baru buat kalian. Siapa tahu kalian bisa balikan atau menyelesaikan semua dan bisa jadi sahabat."

Nassar mengernyit. "Balikan? Kayaknya ngga deh. Aku paling ga tahan sama pengkhianatan."

"Ya, kalau ga mungkin balikan kan kalian bisa tetep jadi temen. Kalian selesaikan semua yang menjadi beban dan masalah di hati kalian. Nih." Iqbal menyodorkan ponsel Nassar agar ia mau membalas pesan Manda.

"Yaudah deh managerku yang baik." Nassar lalu membuka halaman pesannya dan mengetikkan sesuatu.

'Hari ini setelah dzuhur, di kafe triple-X. Cuman 30 menit ya. Jangan telat, aku masih ada jadwal jam 1.'

'Oke . . . :)' Balas Manda kemudian.

Suara deringan panggilan terdengar. Nassar yang sudah masuk kamar mandi dan meninggalkan ponselnya tak bisa mengangkat. "Siapa, Bal? Tolong liatin." Pinta Nassar dari dalam kamar mandi.

"Iya bentaran, gue lagi ambil baju lo di ruang baju." Balas Iqbal setengah berteriak karena posisi dia juga jauh.

"Kalo Manda biarin aja. Kalo kantor kamu aja yang angkat. Mungkin konfirmasi buat acara nanti malem." Balas Nassar kini setengah berteriak karena dia tahu posisi Iqbal cukup jauh.

Iqbal berlari menuju asal deringan ponsel Nassar.

"Kok ga diangkat. Kamu udah disana kan? Aku denger suara langkah kaki."

"Yang telepon Aulia."

"Siapa?" tanya Nassar takut salah dengar.

"AULIA . . .!" Iqbal berteriak karena tak mau suaranya tak terdengar lagi.

"Hah? AULIA beneran?" Nassar masih tak percaya.

"Angkat jangan?" tanya Iqbal.

"Jangan! Biar sama aku aja." Tak lama kemudian Nassarkeluar kamar mandi dengan handuk baju dan rambut yang masih super basah.

"Ha . . .hallo, Assalamualaikum . . ."

'Tuuuuttt' bunyi ponsel yang sudah ditutup.

Iqbal ngakak liat Nassar kayak kucing kecebur dikolam, dan ngakak ketika tahu orang yang menelepon sudah memutus sambungan. "Lo kelamaan angkatnya. Mungkin Aulia kira lo nya sibuk." Iqbal ketawa-ketawa sambil bicara hampir ga jelas.

Nassar tak menanggapi. Dia lalu menulis pesan jika ia sedang bersiap pergi dan berjanji akan menelepon Aulia ketika sudah senggang.

@ @ @

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15. Nassar baru saja shalat dzuhur dan bersiap menuju kafe dimana ia berjanji akan bertemu Manda.

"Gue tunggu di studio aja ya? Ga perlu gue temenin kan?" tanya Iqbal.

"Iya, udah sana pergi. Aku bakal cepet kok. Aku pengen menyelesaikan semuanya dengan tuntas biar Manda ga bakal hubungin aku lagi."

"Iya sana selesaiin. Gue jalan duluan ya."

Beautiful LoveWhere stories live. Discover now