Nassar memandangi kepergian Aulia. Sosok Aulia yang perlahan menghilang dari pandangannya. Nassar berdiri hendak mengejar kekasihnya itu ketika pandangannya mulai kabur. Kepalanya berdenyut hebat, ia ambruk.
Beberapa pengunjung restoran mengelilingi Nassar yang pingsan, beberapa pramu saji sigap untuk menenangkan suasana. Seseorang lalu menelepon ambulans.
Nassar hanya mendengar suara sayup-sayup terdengar, "Mas . . . mas? Gak papa mas?" Nassar masih bisa merasakan sedikit goncangan ditubuhnya sampai kesadarannya benar-benar hilang.
@ @ @
Nassar perlahan membuka matanya, masih terasa berat namun ia paksakan juga untuk terbuka.
"Ssar? Loe ga papa?" Iqbal bertanya begitu melihat Nassar membuka matanya.
Butuh beberapa saat bagi Nassar untuk menyadari keberadaannya sekarang. Aroma khas rumah sakit menusuk hidungnya, seketika Nassar sadar dimana sekarang dia berada.
"Gue panggilin dokter ya, sebentar." Iqbal berlalu.
Nassar terdiam memandangi langit-langit rumah sakit. Kejadian di restoran berputar di kepalanya. Ia sadar ia melihat punggung Aulia menjauh. Aulia terlihat begitu khawatir ketika mendengar Chakra pingsan. Apakah Aulia memiliki perasaan pada Chakra yang mungkin tidak disadarinya? Pikir Nassar. Asumsi-asumsi negatif bermunculan di kepala Nassar. Tiba-tiba sosok manda muncul di kepalanya. Wanita itu tak berubah dia tetap cantik dengan cara Manda sendiri. Tidak semua orang bilang jika Manda cantik namun setidaknya Nassar merasa dia sangat istimewa dimatanya. Nassar mengingat kartu yang diberikan Manda. Ia mulai bingung akan perasaannya dan bingung karena mulai meragukan cinta Aulia padanya.
'Adakah aku dihatinya? Atau sekedar rasa nyaman yang salah ditafsirkan sebagai rasa cinta? Bagaimana jika Aulia sebenarnya tak pernah mencintai diriku? Dia hanya memiliki rasa hormat sekaligus rasa nyaman layaknya nyaman berada di samping kakak kandung?' Pertanyaan-pertanyaan tersebut bermunculan di kepala Nassar.
Dokter masuk bersama perawat diikuti Iqbal yang mengekor di belakang. Dokter melakukan beberapa tes pada Nassar dan memberikan arahan pada Iqbal. Nassar tak begitu menyimak.
Dokter tidak terlalu lama berada di ruangan Nassar, setelah memberikan arahan pada iqbal dan perawat yang berjaga disana, dokter tersebut pergi setelah pamit. Perawat menyuntikkan obat kedalam infus Nassar lalu tak lama kemudian ikut pamit.
"Loe kecapean, ssar. Kata dokter loe kena anemia sama tekanan darah loe rendah akibat kurang tidur."
"Hmm . ." Nassar hanya menjawab seadanya.
"Gue minta maaf sebagai manager yang dipercayakan agensi buat loe, gue kurang perhatian sama makan dan istirahat loe."
Nassar tersenyum, "Di luar apapun selain manager kamu juga sahabat terbaik aku. Manager yang setia bersama saat aku masih belum apa-apa sampai sekarang kayak gini."
"Gue minta maaf juga, kayaknya cuman gue manager yang bicara kurang sopan ma artisnya."
"Lebih baik gitu jadi ngga kaku kan?" Nassar tersenyum.
"Syukur deh loe udah bisa senyum. Loe ngapain di restoran? Kata yang anterin, loe pingsan di restoran. Bukannya mau main ke asrama Aulia?"
"Iya aku mampir tapi dia lagi latihan jadi pas selesai aku ajak makan."
"Lho? Terus Aulianya kemana?"
Nassar diam tak menjawab, dia hanya tersenyum.
"Aulianya kemana?" Iqbal nanya lagi.
YOU ARE READING
Beautiful Love
FanfictionNassar seorang artis yang terkenal playboy, bukan tanpa alasan dia bisa di cap seperti itu. Sebuah kisah cinta di masa lalu yang telah membuatnya kecewa dan tidak percaya lagi akan adanya cinta sejati. Aulia, seorang siswa di akademi menyanyi. Dia...