Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Iqbal kukuh meminta Nassar buat pulang aja tapi Nassar ga kalah kukuh mau mampir ke agensi.
"Loe yakin mau mampir dulu? Dah malem kali mungkin anak-anak udah pada pulang."
"Mana yakin kalau belum dicoba."
"Loe harusnya istirahat besok ada penerbangan pagi ke kalimantan kan? Off air jadi harus jaga suara, tidur yang bener."
"Iya abis ke agensi bentar langsung cabut. Kamu kalo ga mau ikut yaudah aku turunin aja."
"Serius loe? Yaudah turunin gue depan aja. Gue sih ogah ikut mau tidur aja."
"Kebo!"
"Peduli dah."
Kebetulan hari itu Nassar memegang kemudi sendiri. Karena sang sopir sedang sakit dan kebetulan Nassar juga membawa mobil pribadinya. Ia memang ingin ke agensi secara sembunyi-sembunyi.
Begitu Iqbal turun, Nassar langsung cuz ke agensi. Begitu nyampe Nassar ga buang waktu langsung nyariin seseorang ke ruang latihan. Lampu masih menyala, Nassar dag dig berharap ketemu sama orang yang dicarinya. Nassar mendekat dan mencoba melihat keadaan didalam ruangan lewat kaca. Diam-diam seseorang ikut mengikuti gerak gerik Nassar.
"Udah pada pulang kayaknya! Apa mereka lupa matiin lampu ya?" ujar Nassar pada dirinya sendiri.
"Memangnya cari siapa kakak?" Ujar suara disebelah yang ikut mengintip ke dalam ruangan.
Nassar kaget ada suara disebelahnya. Nassar memandang ke arah suara. Mereka berpandangan.
"Cari siapa kakak?" tanya Aulia lagi dengan senyumnya.
"Eh . .. itu . ." Nassar gagap tiba-tiba.
"Jangan-jangan kakak naksir salh satu anak baru ya?" Goda Aulia dan disambut diam Nassar. Karena Nassar diam Aulia jadi kikuk sendiri.
"Bercanda kali kak! Serius banget nanggepinnya."
Nassar tersenyum.
"Tapi Aulia nanya serius, Ka Nassar lagi cari siapa?"
"Kamu." Jawab Nassar lugas, kali ini dia tidak gagap lagi.
"Aku?" ujar Aulia heran sambil menunjuk dirinya sendiri.
"He eh, " jawab Nassar lagi dengan tatapan ga lepas dari Aulia."
"Apa Aulia punya kesalahan? Atau Ka Nassar mau nyampein sesuatu?"
"Cuman mau pinjem Handphone."
"Oooo . ." Aulia senyum, dia geli sendiri sempet terbersit ge-er dihatinya. "HP Kak Nassar mati? Kenapa ga pinjem HP asisten?"
"Dia pulang duluan."
"Sebentar." Aulia merogoh saku di bajunya tak lama kemudian ia menyerahkan pada Nassar. "Kebetulan Aulia baru isi pulsa. Tapi kalo mau nelepon jangan kelamaan ya kak!" canda Aulia. Nassar cuek dan menerima sodoran HP Aulia.
Nassar sibuk memencet tombol di HP Aulia. Ia lalu mendekatkan HP itu ketelinganya, terdengar bunyi sambung berbarengan dengan ringtone HP lagu baru Nassar.
"Lho?" Aulia kaget mendengar ada HP yang bunyi.
"Makasih ya.." Nassar lalu cabut tanpa permisi.
Aulia heran sambil memandangi kepergian Nassar dari hadapannya.
@ @ @
Aulia memijit kepalanya perlahan.
"kenapa Aul?" tanya Fitri dan langsung duduk di samping Aulia.
"Kayaknya kurang tidur. Kepala Aulia sedikit sakit."
"Istirahat aja di asrama. Nanti aku bilangin sama pelatih. Ku anterin yuk."
"Ga apa apa, disini aja. Nanti juga baikan."
"Jangan maksain yaa, kalo udah ga kuat bilang!"
Aulia mengangguk.
Pak Imran, Security agensi datang lagi. Setelah mengetuk pintu ia langsung masuk dan menyerahkan sebuket bunga mawar.
"Mba, kiriman bunga lagi."
"Lho? Sama kayak kemarin?"
"Iya mba kayaknya." Jawab Pak Imran ga yakin.
"Makasih ya, pak!"
"Kak Nassar lagi?" tanya Fitri.
Aulia mengangguk setelah memastikan nama Nassar ada di kartu ucapan.
Fitri menghembuskan nafas sejenak dan kemudian mencoba menyusun kata-kata yang tepat, "Aku sebenernya ga ada kapasitas sih nasihatin kamu tapi hati-hati aja yaa. Kak Nassar itu suka deketin cewek-cewek terus pas udah ke endus media dia langsung cabut. Bener sih abis tersebarnya berita pasangan yang digosipin jadi terkenal. Tapi aku ga mau kalo kamu terkenal cuman karena skandal dengan kualitas suara kamu yang begitu bagusnya."
"Arah pembicaraannya kemana sih ini?" tanya Aulia sedikit ga paham.
"Wajar ngga? Cowok ngirimin bunga tiap hari padahal bukan keluarga kita."
"Memangnya ga wajar?"
Fitri tepok jidat, "Itu tandanya cowok itu suka sama kamu."
"Lha? Orang Chakra sama Ifan jugaa kadang-kadang suka kasih bunga kok. Tapi mereka kan sahabat Aulia." Protes Aulia.
Fitri mau jatuh saking polosnya Aulia, "Hadeuh ga sadar apa ntu cowok dua juga suka sama kamu." Ujar Fitri dengan suara kecil yang tak terdengar Aulia. "Pokoknya hati-hati aja deh, jangan kebawa baper. Mau Kak Nassar kayak gimana ngedeketin kamu. Jangan sampai terjebak nanti kamu yang sakit."
"Tenang Fit, aku yakin kok. Kak Nassar cuman ngasih bunga sebagai usaha biar kita semangat."
"Kita atau kamu?"
Aulia diam, "Kita semua lah!"
"Lah? Namanya nama kamu aja!"
Kini aulia diam tak menjawab.
@ @ @
Ponsel Aulia berdering. Pesan WA dari nomer tak dikenal.
"Assalamualaikum . ."
"Pagi, queen!"
"Bunganya udah sampai?"
"Bunga?"
"Ini Kak Nassar?"
"Iy."
"Bunganya udah sampai?"
"Udah"
"Kak Nassar punya nomer Aulia darimana?"
"Kan tadi malem aku dapet nomernya."
"Oooo"
"Semangat latihannya ya. Aku mau ada job di luar pulau mungkin beberapa hari ga bisa main ke agensi"
"Hati-hati, kak!"
"Makasih."
Aulia meletakkan kembali ponselnya. Ada gelagat aneh yang akhirnya bisa Aulia tangkap. 'Kenapa Kak Nassar menghubungi ponsel pribadinya dan mengatakan akan pergi seakan meminta izin pada Aulia?' Aulia buru-buru menyingkirkan semua pikirannya dan mulai menyenandungkan lagu menu belajarnya hari ini.
bersambung . . .
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa . . .
YOU ARE READING
Beautiful Love
FanfictionNassar seorang artis yang terkenal playboy, bukan tanpa alasan dia bisa di cap seperti itu. Sebuah kisah cinta di masa lalu yang telah membuatnya kecewa dan tidak percaya lagi akan adanya cinta sejati. Aulia, seorang siswa di akademi menyanyi. Dia...