"A?"
"Kenapa?"
"Kenapa Aul dimasukin ruangan VIP? Bukannya cuman butuh infus? Cukup di ruangan biasa aja."
"Gak papa, biar adem. Kalo di ruangan biasa kan nanti ribut."
"Ribut gimana? Aul kan bukan artis. Paling yang tau juga cuman beberapa orang."
Nassar tersenyum, "Kalo aku?"
"Kalo A Nassar kan udah terkenal, sekali lirik orang-orang pasti udah pada tau."
"Nah tuh tau jawabannya."
Aul diam, ia mengerti kenapa Nassar memilih memasukkan Aul ke ruangan VIP karena walau ia belum terkenal, mungkin hanya beberapa orang saja yang mengenalinya tapi berbeda dengan Nassar jika dia berada di ruangan biasa bisa dibayangkan bakal seribut dan seheboh apa rumah sakit itu dan bisa menyebabkan pasien lain terganggu.
"Aa pulang aja." Pinta Aul.
"Kamu gimana?"
"Aku juga pulang." Jawab Aul polos.
"Aku udah minta sama agensi kamu nginep rumah sakit hari ini."
"Kata dokter bukannya Aul cuman butuh infus aja terus pulang?"
"Nginep aja, aku takut kamu nakal kalo pulang. Ntar maksain latihan. Kamu pingsan lagi nanti kan aku khawatir."
"Yaudah Aa pulang, aku sendirian aja gak papa."
"Ga mau, aku mau nungguin kamu."
"Tapi, A . . Aa bukannya ada jadwal manggung besok?"
"Besok jadwal manggungnya siang kok, di Karawang deket lah. Aku disini aja."
"A . ." Aul siap protes. Nassar meletakkan telunjuknya di bibir Aul.
"Udah istirahat ya tuan puteri. Aku tunggu di ruang sebelah."
Ruangan VIP memang berbeda, selain ada ruangan besar nan bersih untuk pasien ada satu ruangan lagi untuk keluarga yang menunggu. Di ruangan itu terdapat sofa besar, meja, dan tentu saja fasilitas lengkap.
"A!"
Nassar urung melanjutkan langkahnya. "Kenapa?"
"Aul sebenernya takut." Ucap Aulia ragu-ragu.
Nassar tertawa karena merasa Aulia sangat imut, "Yaudah aku tunggu di sini aja deh sampai kamu tidur." Nassar mendekati Aulia dan membenarkan posisi selimutnya. "Selamat tidur tuan puteri." Ucap Nassar sambil mengusap rambut Aulia pelan.
Tak berapa lama Aulia terlelap. Nassar memperhatikan gadis mungil di hadapannya. Kulit nya yang putih bersih dan wajah cantik tanpa polesan, ia memandangi gadis itu lekat. Sudah sekian lama Nassar tak pernah merasakan getaran di hatinya. Sudah sejak lama dia tak lagi percaya akan bertemu lagi dengan seorang wanita yang mampu menyita perhatiannya. Mampu menyita pikirannya, dan mampu membuatnya tak bisa mengungkapkan apa yang dia suka dari gadis itu.
"Astagfirullah." Nassar beristighfar. Ia lalu menelepon Iqbal dan meminta dicarikan seseorang yang bisa menunggui Aulia.
"Gue udah tidur, loe main telepon aja. Darimana gue dapat orang yang bisa jagain jam segini?. Emang loe nya mau kemana?" tanya Iqbal dengan suara khas orang yang terpaksa bangun dari tidurnya.
"Masa gue berduaan doang. Dosa, man!" jawab Nassar.
"Emang loe seruangan? Ngga kan? Jangan bilang loe pelit ga di ruangan VIP biasa"
"Ngga lah, aku di ruangan biasa kok."
"Yaudah clear kan? loe tinggal nunggu dia di ruang tamu. Jangan ikut di ruangan pasien."
"Ya kan tetep aja."
"Gue ngantuk. Udah ya. Besok gue jemput pake mobil kantor jam 9."
KLIK . . ponselpun ditutup. Nassar melihat layar ponselnya untuk memastikan memang panggilan telah terputus.
@ @ @
Nassar terbangun dari tidurnya, ia langsung melihat jam. Jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Nassar segera duduk di sofa besar yang jadi tempat tidurnya. Hanya perlu sepersekian detik bagi Nassar untuk sadar jika ia sedang berada di rumah sakit. Nassar segera masuk ke ruangan Aulia untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Nassar melihat Aulia masih tertidur dengan pulas. Nassar tersenyum puas dan segera mengambil air wudhu untuk solat tahajud.
Setelah mengambil wudhu, Nassar membentangkan selimut di lantai rumah sakit. Ia pastikan arah kiblat melalui aplikasi ponselnya tak berapa lama kemudian dia khusyuk dalam solatnya.
Nassar bermunajat pada Allah setelah solat saat pendengarannya mendengar dentingan suara gelas. Nassar buru-buru bangkit, ia mendapati Aulia tengah berusaha menggapai gelas di meja di samping tempat tidurnya.
Nassar buru-buru membantu Aulia menuangkan air ke gelasnya.
"Makasih, a!"
"Udah baikan?"
Aulia mengangguk sambil meneguk air di gelas. Aul tersedak dan batuk-batuk. Nassar dengan sigap memberikan tisu. "Jangan buru-buru minumnya."
Aulia mengusap bibirnya dengan tisu. "Aa semaleman disini?"
"Ngga, aku diruangan sebelah."
"Maksud Aul, Aa di rumah sakit?"
Nassar mengangguk, "Iyaa, sayang. Ups.. Iya Aul."
"Aa kemana aja ngga keliatan? Biasanya aku liat Aa suka main ke gedung latihan."
"Gimana aku mau main kalo kamu udah ada yang punya. Aku gak mau ngerusak hubungan kamu sama Chakra."
"Sekarang Aa udah tahu kan kebenarannya?"
"Iya aku tahu sekarang kalo kamu bukan pacar sama Chakra."
"Aa sih ga mau denger penjelasan Aul."
Nassar tersenyum menyelidik, "Eh, tadi kamu nanya kan kenapa aku ga dateng ke gedung latihan? Jangan-jangan kamu kangen ya?"
Aul langsung menunduk malu, "Ngga kok cuman nanya aja tumben ngga dateng."
"Euuh . ." Nassar gemas sambil mencolek dagu Aul. "Kamu mau makan apa? Aku cariin di luar."
"Ga pengen apapun."
"Yee, nakal. Aku beliin yang enak ya. Sekalian aku izin sama dokternya bisa makan makanan dari luar ngga." Nassar memegang dahi Aul, "panasnya udah turun."
Suara adzan berkumandang, Nassar lalu pamit ke Aulia untuk Solat di Masjid rumah sakit sekalian nyari makan.
"Jangan lama-lama, disini sepi."
Nassar mengangguk sambil menepuk bahu gadis yang dicintainya itu.
bersambung . . .
Makasih ya, buat semuanya yang kemarin udah nyemangatin buat lanjutin . . . Lewat komentar kalian mimin jd semangat lagi walau belum 100 %
Ngakak liat gimik tadi malem, kita nikmatin aja sambil ngemil di pojokan. . ^^
Jangan lupa vote dan komennya yaa . . .
Kunjungin blog mimin tentang momen Nassar and aulia di LIDA di https://shipperworldbeautyrainbow.blogspot.com/
Jangan lupa follow ig mimin juga untuk update terbaru : @beauty_rainbow18
YOU ARE READING
Beautiful Love
FanfictionNassar seorang artis yang terkenal playboy, bukan tanpa alasan dia bisa di cap seperti itu. Sebuah kisah cinta di masa lalu yang telah membuatnya kecewa dan tidak percaya lagi akan adanya cinta sejati. Aulia, seorang siswa di akademi menyanyi. Dia...