Part 29

620 44 14
                                    


Aulia berlari di lorong-lorong rumah sakit. Ia beberapa kali diingatkan perawat untuk tidak berlari karena khawatir menabrak pasien. Aulia menurut dan ia memilih berjalan cepat. Aulia naik ke lantai atas dimana ruang VIP berada. Ketika keluar lift, security menahan Aulia untuk masuk.

"Ada keperluan apa, mba?" tanya security sambil tangannya menahan Aulia agar tak maju lebih jauh.

"Saya mau jenguk pasien."

"Maaf mba, untuk pasien VIP harus sudah terdaftar di data kami jika mau menengok itupun setelah disetujui pihak keluarga. Jadi mba ga bisa masuk."

Aulia menunduk kecewa, ia bersiap berbalik ketika sebuah suara terdengar.

"Aulia!"

Aulia berbalik melihat ke arah sumber suara.

Iqbal berjalan mendekat, ia lalu menjelaskan pada security bahwa Aulia adalah kerabat pasien disana. Setelah melewati beberapa prosedur singkat Aulia lalu dapat masuk ke ruangan VIP tersebut. Aulia berjalan perlahan ke ruangan tempat Nassar dirawat.

"Gue tinggal dulu ya? Gue mau cari makan. Nassar udah dikasih obat tadi pagi jadi kemungkinan dia bakal tidur beberapa menit lagi. Loe mau sesuatu ngga? Gue beliin sekalian."

Aulia menggeleng.

"Yaudah gue ke bawah dulu. Loe disini aja. Kalo mau pergi tinggal pergi dan bilang sama petugas di depan buat prosedur administrasi."

Aulia mengangguk.Pandangannya tak lepas dari Nassar yang sedang tertidur. Iqbal lalu pergi karena menyadari Aulia sepertinya tak begitu mendengarkan penjelasannya.

Aulia mendekat perlahan. Ia sentuh kening Nassar dengan tangannya. 'Hangat' mungkin masih ada sisa demam tadi malam. Aulia memperhatikan ada keringat yang bercucuran dari wajah Nassar. Aulia lalu mengambil beberapa tisu dan menyeka keringat itu. Perlahan mata Nassar terbuka. Mata mereka bertemu.

"Ya Allah, aku berimajinasi lagi. Keliatan jelas banget Aulianya. Dia lagi apa ya?" Terdengar suara Nassar yang parau dan lemah namun masih terdengar jelas di telinga Aulia.

Mata Aulia langsung berkaca-kaca mendengar perkataan Nassar itu. Nassar mengusap wajahnya dengan satu tangan karena tangan yang satunya tersambung selang infus. Nassar cukup kaget karena bayangan di depannya tak juga hilang, bayangan itu malah menangis. Nassar mulai sadar jika sosok di depannya bukan mimpi atau imajinasi tapi benar-benar Aulia.

"Aulia? Kenapa nangis?"

Aulia terduduk di kursi dekat Nassar. Ia menunduk dengan air mata bercucuran. Cukup sulit Nassar berusaha menjangkau wajah itu dan berusaha mengusap air mata yang berjatuhan dari wajah wanita yang sangat ia cintai.

"Jangan nangis. Aku kan udah janji ga akan buat kamu nangis. Aku salah ya? Bilang aku salah apa?" Nassar bertanya lagi dan Aulia masih menangis.

Nassar lalu mencabut jarum infusnya dan berusaha untuk bangkit dan duduk. Ia bisa merasakan kepalanya berdenyut sakit seperti dihantam benda keras, namun ia tetap paksakan untuk duduk. Nassar mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap air mata Aulia.

"Kenapa nangis? Aku salah apa? Bilang."

"Maafin Aul ya, A." Jawab Aul sedikit terbata.

"Kenapa minta maaf. Kamu salah apa?" Tangan Nassar masih sibuk mengusap air mata Aulia.

"Aa lagi sakit maksain ketemu Aul dijadwal Aa yang super padat. Aul malah ga tau dan pergi ninggalin Aa gitu aja."

Nassar tersenyum, "Sini."

Aulia berdiri dari kursinya semakin mendekat ke posisi Nassar. Begitu sudah dekat Nassar langsung memeluknya. "Kamu ga salah, gak papa. Chakra juga kan orang yang penting buat Aulia. Aku gak papa." Ujar Nassar sambil mengusap rambut Aulia pelan. Aulia membenamkan wajahnya di bahu Nassar sambil melanjutkan isaknya yang tak mampu ia tahan.

@ @ @

Tiga hari kemudian Nassar bisa keluar rumah sakit. Nassar langsung bekerja ketika keluar dari rumah sakit.

"Yakin loe?" tanya Iqbal.

"One hundred percent." Jawab Nassar yakin.

"Dokter bilang istirahat di rumah sehari atau dua hari sebelum aktivitas lagi."

"Gak papa, cuman masih sedikit pusing. Nanti kalo aku ga kuat aku pasti bilang kok." Bantah Nassar.

"Dasar gila kerja!" Ujar Iqbal

"Ralat dong, ini namanya profesional." Balas Nassar mantap.

Nassar bekerja seharian, namun sebenarnya Nassar masih dihantui pikiran tentang perasaan sebenarnya Aulia pada dirinya. Karena itu begitu jadwalnya usai, Nassar langsung pergi ke tempat latihan Aulia.

Nassar seperti biasa mengagetkan Aulia dengan tiba-tiba mengapit bahu Aulia dengan tangannya. Fitri dan Rina yang menyadari itu langsung ngacir dan membiarkan Aulia dan Nassar berduaan dengan alasan yang dibuat-buat.

"Aa udah sembuh?"

"Udah kok, tadi pagi ke luar dari RS."

"Maaf Aul ga jemput."

"Aih, gak papa aku tahu kok jadwal latihan kamu kan padat. Ikut aku yuk?"

"Kemana?"

"Ikut aja." Nassar lalu menuntun Aulia menuju mobilnya.

"Kemana sih, A?" tanya Aulia lagi ketika ia memakai sabuk pengaman.

Nassar melihat jam tangannya, ia menimbang jam malam asrama Aulia. "Hmm, kita cari yang manis-manis yang deket aja deh."

"Aul ada ja . . .m . ."

"Tau kok, jam malam asrama kan? Aku janji ga akan telat. Berangkat!" Nassar lalu memacukan mobilnya.

@ @ @

Sepiring ice cream superbesar dengan coklat dan hiasan manis yang sangat cantik. Aulia hanya memandangi makanan yang terlihat mewah itu. Sedangkan Nassar hanya memesan segelas teh hangat.

"Ayo makan, katanya sih coklat dan es krim adalah sajian pas melepas penat dan stress. Kamu kan baru latihan. Pasti makanan ini bikin kamu semangat lagi."

Aulia hendak menyendok eskrim itu ketika tangan Nassar menahannya.

"Kamu udah makan berat belum tadi?" tanya Nassar.

"Udah aa, tadi makan nasi di kantin bareng Rina ma Fitri."

"Oh yaudah kalo belum aku pesenin dulu yang lain. Aku takut kamu sakit perut."

Aulia tak mendengar karena sudah tak sabar dengan eskrim dihadapannya.

"Kamu sama Chakra udah lama kenal?"

"Chakra sama Aulia hampir bareng gabung agensi. Dia duluan sih, sebenernya dia lebih tua tapi di asrama kita udah sepakat melupakan senioritas jadi manggil nama aja." Jawab Aulia sambil kembali menyendokkan sendok ke eskrim yang rasanya sangat enak.

"Terus hubungan kamu gimana ma dia?"

"Dia baik, Aulia kan ikut audisi dari luar kota ya A. Dia termasuk yang ngurusin dan merhatiin Aulia. Ifan juga sih, tapi Chakra lebih sering interaksi karena dia orangnya gokil dan bantu banget Aulia sama bahasa Indonesia. Dulu pas awal soalnya Aulia ga terlalu paham dan lancar bahasa indonesia yang baik dan benar." Aulia masih asik dengan makanannya sambil menjawab.

"Kalo perasaan kamu sama dia?" Nassar bertanya lagi, kali ini sukses membuat Aulia tak jadi menyuapkan sendokan eskrimnya dan menatap tajam pada Nassar. Kini Aulia sadar kemana arah pembicaraan Nassar.

"Maksud Aa?"

"Ayo kita break." Tawar Nassar.

Aulia memandang Nassar dengan tidak percaya.

bersambung . . .

NB: Pas kemarin update "Between Love n Hate" ada banyak request buat update yang ini juga. Jadi author update... yang request kemarin dan yang baca juga tolong vote n komen ya. . . sambill kita sama-sama positif nungguin 'gimik' selanjutnya di LIDA ASIA. . . ^^

Beautiful LoveWhere stories live. Discover now