Mengalah

21.9K 1.4K 107
                                    

Selama beberapa hari, Andrew berada di sisi Jedin. Mungkin merasa kasian, mungkin juga ada perasaan berbeda yang mulai membiak di hatinya. Ia memang tak merawat gadis itu. Hanya menatap wajahnya yang seakan tertidur pulas dengan tenang. Dipegangnya tangan dingin Jedin hangat

" Entah kenapa, aku tak bisa tertawa lagi jika kau tertidur, mungkin sudah terbiasa dengan kegilaanmu." Ujarnya tanpa ekspresi. Andrew tidak tahu kalau Harleen berada di balik pintunya dengan Henry yang tersenyum memperhatikan ekspresi Harleen di depannya.

Sakit, kenapa dia dulu tidak ada saat aku menderita seperti saat ini dia begitu perhatian dengan Jedin?

Come on Harleen kamu harus tegar


" Bangunlah Jedin. Bukankah kau berjanji akan membantuku?" Ujar Andrew dengan suara gemetar. Bayangan gelak tawa dan kegilaan gadis itu kembali tergambar jelas di benaknya. Beberapa detik, ia kembali menatap lekat paras Jedin. Hingga...

Drrrrrtttt   dddrrrttt. Ponsel Andrew berdering

" Ada apa?" Tanya Andrew tegas. Raut wajahnya berubah saat mendengar apa yang dikatakan suara di seberang

" Tuan... saham kita.. saham kita turun k..arna investor kita hampir semuanya berpindah pada PT. Unisave dan PT. Alexandrea Group. K..ita hampir bangkrut!"

" Kletak." Handphone itu langsung terjatuh di lantai. Wajah Andrew langsung memerah

" Tuan... tuan.. halo.. tuan... tuan!"

Andrew mengusap wajah tampannya. Dia benar benar dibuat bingung dan down dengan kabar yang dia terima.

Henry... menang?

Jauh dalam sedihnya...

Tap Tap Tap

Andrew mengangkat wajahnya melihat Henry mendorong kursi roda Harleen melangkah masuk ke dalam ruangan itu.

" Skakmatch, apa kau sudah mendapat kabar tentang perusahaanmu Andrew?" Senyumnya tenang membuat jari jari Andrew mengepal erat. Sudah jelas dia sangat bahagia.

" Rip Abraham!" Tawanya puas sembari mengacungkan jempol lalu membaliknya. Tanda menghina.

" Aku memenangkan pertarungan kita sejak kecil, kau ingat bagaimana kau memukulku dan menghancurkan masa depanku dulu?" Senyum Henry melipat tangannya di depan dada

Andrew memerah, sorot matanya menajam, dan jari jarinya mengepal erat.


Kenangan masa kecil

" Anak anak, lukislah wajah orang yang paling baik menurut kalian di dunia ini!" Perintah guru saat itu masih teringat jelas di benak Andrew. Ia dengan kaki kecilnya melangkah ke sebuah bangku lalu mulai mencoretkan kanvas dengan cat air dan menggambar sketsa yang dia beri nama ibu. Senyum lebar tergambar di bibir kecilnya saat gambar itu terbentuk. Ia mengenang dengan jelas wajah orang tuanya.
Ibu yang begitu cantik yang sangat mencintainya. Andrew memang tidak mengingat dengan jelas mengapa orang tuanya bisa meninggal tapi ia berusaha dengan keras berbaur dengan orang lain walaupun entah kenapa mereka menilainya gila.

Hingga...

" Kau melukis pelacur paling hebat di kota ini hah?" Tegur salah seorang temannya.
Andrew tak mendengarkan. Ia masih tetap melukis di kanvas tak peduli

" Ibuku bilang untuk tidak berteman denganmu. Ayahmu pemabuk dan ibumu suka menggoda pria pria bahkan kaupun sangat aneh."

" Krak." Saat itulah, kanvas yang dipegang Andrew patah. Ia menoleh ke arah Henry yang tersenyum menantang

DOR ( A Psycho Husband )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang