Air mata

18.7K 1.3K 113
                                    

" Uhuk Uhuk." Sekali lagi Henry terbatuk. Ia mencoba menyelimuti Harleen di kamarnya. Perhatian Henry membuat Harleen meneteskan air mata

" Henry maafkan aku."

" Ssttt istirahatlah! Jangan banyak bicara. Aku akan menemanimu." Senyum pemuda itu. Padahal dia sendiri menahan luka yang jauh lebih menyakitkan. Harleen tak ingin menyakiti Henry lebih jauh lagi. Perlahan, ia memegang lengan Henry membuat pemuda itu menatap ke dalam matanya

" Boleh aku meminta satu hal?" Tanya Harleen sendu

" Apa?"

" Apapun yang kau tahu tentang Vier, bahwa dia yang menyakitimu tolong jangan kau katakan pada Andrew ya?" Pinta Harleen justru membuat kening Henry mengernyit

" Wait, kau membela penjahat? Harleen kalau aku bisa aku bahkan ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri! Dia mematahkan jari jariku!" Tekan Henry dengan wajah memerah. Harleen memegang tangan pucat Henry lembut

" Demi bayi di dalam kandunganku ini tolong penuhi keinginanku." Pintanya mengarahkan tangan Henry ke perut datarnya.

" Bayi?" Wajah tampan Henry berubah tegang

" Kau hamil?" Tanyanya lagi

Harleen mengangguk pelan

Aku tahu ini akan menyakiti hatinya
Tapi... berapa lama lagi aku akan diam?
Semakin aku diam, semakin dalam luka yang akan dia rasakan

" Maafkan aku Henry, aku masih sangat mencintai Andrew. Dan.."

" Anaknya?" Potong Henry dengan mata yang mulai berkaca kaca. Harleen hanya bisa mengangguk pelan

" Harleen kau menghianatiku?" Suara pemuda itu mulai gemetar

" Henry aku tidak pernah menghianatimu, kau teman terbaik dalam hidupku, kau pahlawan bagiku, kau nyawa ke duaku. Aku berhutang segalanya padamu tapi jangan paksa aku membayarnya dengan hatiku. Aku tidak mencintaimu." Jujur Harleen akhirnya.

Henry menarik tangannya dari genggaman Harleen pelan. Pemuda itu memejamkan matanya sekilas, membiarkan air matanya jatuh. Lalu ia mencoba tersenyum seraya berdiri dari duduknya

" Tidurlah! Ini sudah malam." Ucapnya singkat kemudian berbalik dan melangkah ke arah pintu tanpa menoleh lagi

" Henry!!" Panggil Harleen. Henry menghentikan langkahnya lalu tanpa menoleh ia berujar :

" Jangan mengucapkan apapun lagi Harleen! Vier hanya mematahkan jari jari kakiku. Tapi kau mematahkan hatiku dan rasanya sangat sakit." Dia kemudian berjalan ke luar sebelum akhirnya menutup pintu. Dan Harleen, dia menangis sesak

" Henry maafkan aku! Maafkan aku!"

Dia sangat baik selama ini
Dia mengorbankan segalanya
Hartanya, perhatiannya, bahkan saat aku sendirian hanya ada dia di sampingku
Henry maafkan aku...
Aku bisa memberikan apapun padamu
Kecuali... Hati

***

Waktu mulai berjalan, malam memeluk keluarga Abraham dalam dilema dan kesedihan. Harleen menangis sendirian, Henry merapikan barang barangnya dan memilih pergi tanpa sepatah katapun. Lalu ketika pagi menjelang..

Di sana...

Andrew meneteskan air mata. Jari jarinya meremas kertas yang tertinggal tepat di sisi ranjang yang di atasnya bertumpuk stelan jas dan dasi pelayan setianya. Subuh tadi, Andrew bergegas ingin menemui Vier dan membuatnya membayar semua perbuatannya. Tapi, Andrew tak menemukan apapun selain surat pengunduran diri dan ceceran darah sang pelayan yang tampak mulai mengering di atas kasur. Xavier yang selalu setia berdiam di sisinya, kini pergi meninggalkannya. Andrew yang tidak pernah menghadapi apapun sendirian, kini harus menjalani semuanya seorang diri. Tanpa sang pelayan berdasi hitam. Bahkan sebelum dia sanggup memanggilnya dengan kata ayah satu kalipun.

DOR ( A Psycho Husband )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang