Last Dream ( Ending )

45.5K 1.6K 219
                                    

" Andrew?" Harleen memeluk lengan suaminya yang masih berdiri di sisi jendela dengan pakaian serba hitam yang masih belum dia ganti sejak pagi. Harleen tidak pernah melihatnya sesedih itu.

" Aku membunuh semua keluargaku." Gumamnya pelan. Andrew benar benar sangat terpukul, ia kemudian berbalik menatap paras cantik Harleen di hadapannya. Ia juga tak kalah pucat. Beberapa lebam gara gara Henry terlihat di wajahnya.

" Kau harus menjauh dariku Harleen, aku tidak mau menyakitimu. Jika aku marah, aku bisa kehilangan kesadaranku. Menjauhlah dariku!" Imbuhnya. Tapi, Harleen justru memeluknya hangat

" Mungkin karna itu, Vier membawaku ke tempat ini. Sayang, aku tidak hanya istri, aku juga doktermu kan? Kau mungkin tidak akan bisa melupakan semua kejadian di masa lalu, tapi aku tidak akan melepaskan tanganmu di masa depan." Ucapnya menenangkan

" Apa kau sudah gila mau menjadi pendamping orang sepertiku? Kau lihat apa yang terjadi pada Vier? Dia begitu setia di sisiku. Tapi..." Andrew tersenyum pucat menepis air matanya yang memaksa turun

" Jika kau Jocker maka aku Harley." Harleen menatap suaminya lekat.

" Bagaimana kalau kita menemui Jadin sekarang?" Ajaknya. Andrew hanya mengangguk mengikuti. Tapi sesampainya mereka di ambang pintu...

" Andrew?" Andrew berhenti melangkah. Lagi lagi air matanya menetes turun. Ia seakan melihat bayangan Vier menunduk hormat di sana

" Tuan pakai sepatu anda dulu!" Vier tampak berlari mengejar Andrew. Dan...

Tok

Andrew melemparkan botol minumnya ke kening Vier yang hanya menarik napas lalu tersenyum tenang

" Aku sudah bilang, aku tidak akan berangkat ke rumah guruku dengan mobil itu. Kau mengerti!" Bentaknya

" Tapi kenapa tuan? Anda meminta dibelikan mobil yang baru tapi anda menolak memakainya sekarang."

" Aku bilang aku tidak mau! Aku mau mobil berwarna merah bukan biru! Dasar tidak berguna!"

" Baiklah, saya akan meminta guru anda ke tempat ini kalau begitu. Bagaimana?" Vier tersenyum. Mendengar itu, Andrew mengembungkan pipinya kesal

" Aku tidak mau." Gumamnya lucu

" Alasannya apa lagi?" Vier tersenyum

" Dasar pelayan bodoh! Aku tidak mau belajar! Aku malas. Kau mengerti." Barulah Andrew jujur. Mendengar itu, Vier tertawa

" Siapa yang menyuruhmu tertawa hah?" Celetuk Andrew

Andrew tersenyum menyeka air matanya mengingat kenangan itu. Perlahan, Harleen menautkan jari jarinya di celah celah jari Andrew

" Dia akan selalu ada di sini. Semuanya akan baik baik saja." Senyumnya menidurkan kepalanya di pundak Andrew, membuat Andrew tersenyum manis.

Mereka kemudian melangkah menuju ruang perawatan. Melihat kondisi Jedin yang masih sama.

" Apa yang harus kita katakan padanya jika dia membuka mata?" Harleen memerah.

" Apapun yang sebenarnya." Jawab Andrew membelai rambut halus Jedin yang tetap terbaring bagai mayat hidup.

" Aku tidak menyangka, Henry sejahat ini." Harleen memegang tangan dingin Jedin lembut

" Tidak ada yang bersalah Harleen, sejak kecil dia memang jahat." Andrew memegang pundak istrinya itu menenangkan. Sebelum...

" Uhuk uhuk." Andrew terbatuk. Benar, sejak kepergian Vier, Andrew sama sekali tidak memejamkan mata sedetikpun.

" Aku akan meminta pelayan mengambilkan minuman." Harleen berdiri dari duduknya. Tapi...

DOR ( A Psycho Husband )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang