"Apa anda mempunyai janji dengan orang lain hari ini?"
Semua orang yg ada diruangan itu langsung melihat pada Daniel.
"Kang Daniel, apa pertanyaan tadi mempunyai pengaruh besar terhadap karyawan anda nantinya?" tanya Pak Lee.
"Kang Daniel apa anda mempunyai pertanyaan yg lebih penting dibandingkan pertanyaan tadi?" tanya Minhyun.
Daniel melihat ke sekitarnya. "Wae?" tanyanya. "Apa anda tahu, pertanyaan saya dapat menentukan karyawan kita dapat memanage waktunya dengan benar atau tidak, dan tentu itu sangat berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan." ujar Daniel dengan raut wajah yg serius. "Dan, satu lagi pertanyaan terpenting bagi saya adalah ini, jadi apabila karyawan tidak dapat menjawab maka dapat dipastikan dia tidak bisa menjadi karyawan diperusahaan kita".
Sejeong bingung, apa yg dikatakan Daniel itu serius? Atau dia hanya menggertak saja? Apa maksud dari pertanyaan Daniel? Akhirnya dia memutuskan untuk menjawabnya.
"Saya tidak mempunyai janji dengan siapapun, pak" jawab Sejeong dengan hati-hati.
"Bagus kalau begitu saya tunggu anda di loby setelah selesai wawancara ini" ujar Daniel yg langsung pergi begitu saja setelah berpamitan pada 4 rekan kerjanya.
Sejeong menghela nafas kasar, apa maksud Daniel? dan apa dia direktur di perusahaan ini? Iya, Sejeong baru menyadarinya saat tadi karyawan perempuan yg memanggilnya dengan sebutan 'Sajangnim'. Kenapa dia terus dipertemukan dengan Daniel?
Setelah selesai melakukan interview dengan beberapa calon atasannya nanti, Sejeong dengan cepat berpamitan pada semua yg ada di ruangan ini, dan ingin segera menemui Daniel. Dia keluar dari lift, matanya terus mencari keberadaan laki-laki yg membuatnya gemetar sejak tadi. Setelah cukup lama mencari, akhirnya dia menemukan Daniel sedang duduk di loby dan menyumpal telinganya dengan earphone.
Sejeong dengan perasaan yg masih gugup seperti tadi saat interview langsung menghampiri laki-laki itu, dan dengan cepat melepaskan earphone yg menggantung pada telinga Daniel, Daniel yg mendengar lagunya terputus itu langsung mendongakkan kepala dan melihat Sejeong ada di depannya dengan wajah yg mungkin bisa dibilang kesal. Dia pun dengan cepat memasukkan handphonenya kedalam saku celananya lalu menarik Sejeong agar perempuan ini duduk disampingnya.
"Niel, Ah Pak Daniel kenapa anda tidak pernah memberitahu kalau anda merupakan direktur di perusahaan ini?" tanya Sejeong sangat formal.
"Tidak usah formal seperti itu, kau bisa memanggilku seperti biasa" jawab Daniel dan sekarang wajahnya sedikit bisa tersenyum dibanding tadi saat di ruangan interview.
"Niel kau belum menjawab pertanyaanku" ujar Sejeong.
"Memang kau bertanya apa?" tanya Daniel dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau direktur dari perusahaan ini?" ulang Sejeong
Daniel tersenyum lalu mendekatkan tubuhnya pada Sejeong, dan menyenderkan kepalanya pada bahu Sejeong. Membuat siapapun yg melihatnya iri, sangat iri.
"Memang kau pernah bertanya? Lagipula, untuk apa aku memberitahumu" tutur Daniel sambil memainkan ujung sweaternya, seperti anak kecil yg sedang bercerita pada ibunya.
Sejeong yg risih karena diperhatikan oleh semua karyawan yg melewati loby, langsung memegang lengan Daniel berniat untuk membangunkan Daniel. "Niel, duduk yg benar semua karyawanmu daritadi memperhatikan kita" ujar Sejeong sambil terus mendorong tubuh Daniel, namun tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan Daniel sampai dia akhirnya mengalah dan menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanfictionAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...