Being Important [Sejeong Birthday Project]

802 60 6
                                    

Anyang, Gyeonggi.
16:00 KST

-----

Sejeong sedang termangu didepan jendela kamarnya, dia terus memikirkan perkataan teman-temannya saat disekolah kemarin, dimana mereka yg selalu diantar jemput oleh ayahnya sedangkan Sejeong hanya pergi seorang diri berbekal sepeda hadiah dari ibunya.

Perih.

Mungkin itu yg dirasakan Sejeong sekarang, saat semua teman-temannya masih mempunyai orang tua yg lengkap sedangkan dia dan kakaknya harus tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah. Dan, mungkin karena hal ini pula Sejeong menjadi menutup diri terhadap laki-laki yg selalu saja mendekatinya. Karena dia selalu meyakinkan diri bahwa semua laki-laki sifatnya sama seperti ayahnya yg selalu menyakiti hati ibunya.

Sejeong mulai menitikkan air mata setelah dirasa hatinya tidak cukup kuat menahan semua sakit yg dia pendam. Hingga suara pintu kamar berhasil mengalihkan atensinya, dengan segera Sejeong mengusap air mata dan menyembunyikan kesedihannya.

"Siapa?" tanyanya saat sedang bercermin untuk merapikan rambutnya.

"Ini kakak, keluarlah. Ada yg ingin kakak bicarakan padamu" jawab kakak Sejeong dari luar.

Dengan cepat Sejeong pun membuka pintu dan mengekori langkah kakaknya yg berjalan terlebih dulu.

"Apa yg ingin kakak bicarakan?" tanya Sejeong saat keduanya sudah sampai disuatu taman didekat rumah.

Kakak Sejeong tersenyum simpul lalu menepuk kursi taman dan menyuruh Sejeong duduk, Sejeong pun duduk dan menatap kakaknya heran.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kakak mengajakku kesini?"

"Je, sebenarnya apa yg terjadi padamu?" tanyanya membuat Sejeong mengernyit heran.

"Aku tidak apa-apa. Kenapa kakak bertanya seperti itu?" alih-alih memberi jawaban, Sejeong juga kembali bertanya pada kakaknya karena tidak mengerti dengan situasi yg terjadi sekarang.

Kakaknya hanya tersenyum lalu mengusap rambut Sejeong pelan "Tolong jangan berbohong, kakak tahu apa yg mengganggu fikiranmu. Apa ini karena ayah?"

Sejeong terdiam beberapa saat, lalu menatap langit pagi ini yg dia rasa sangat cerah. "Tidak, aku tidak sedang memikirkan ayah akhir-akhir ini" ujarnya berbohong.

"Je, kakak tahu kau perempuan yg kuat tapi tolong jangan menyimpan bebanmu sendiri. Kakak dan Ibu tahu kau selalu menangis setiap malam, itu semua karena ayah kan?" tanya Kakaknya lagi dengan nada bicara yg sedikit lebih tinggi.

"Apa kakak tahu bagaimana beratnya hari-hariku disekolah? Semua orang selalu bertanya, kenapa ayahmu tidak pernah mengantarmu? Apa kau tidak punya ayah?" jawab Sejeong sedikit terisak, dia benar-benar sudah tidak tahan lagi dan menurutnya ini saat yg tepat untuk mengeluarkan semuanya, di depan kakaknya sendiri.

Kakak Sejeong menghela nafas panjang, dia mendekati adiknya lalu menyandarkan kepala adiknya itu pada bahunya. "Sudahlah jangan menangis, lagipula bukan kau saja yg tidak diantar ayah ke sekolah kan?"

Sejeong semakin terisak "Tapi kenapa mereka terus bertanya padaku, Kak"

"Mungkin itu cara teman-temanmu menguji sejauh mana kau kuat dengan kehidupanmu, Je." tuturnya sambil mengusap surai Sejeong.

"Apa aku terlihat lemah dimata mereka?" tanya Sejeong pada kakaknya.

Kakak Sejeong menopangkan dagunya pada kepala adiknya ini "Ya, mungkin kau terlihat lemah karena kau sulit mengekspresikan dirimu. Kau selalu saja mengalah saat terkena ocehan mereka, dan hanya bisa memendam lalu menangis di kamar sendiri, itu sangat lemah"

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang