Chapter 47

635 104 1
                                    

***
Sejeong tidak bisa tidur sekarang, dia terus memegang kalung yg diberikan Daniel dan terus berfikir apa yg dimaksud Daniel. Sudah dua hari ini dia terus membahas pergi, memangnya dia akan pergi kemana? Karena merasa tidak tenang akhirnya Sejeong menghubungi Irene, dia mendapat kontak Irene dari kartu nama yg perempuan itu berikan saat Sejeong mengunjunginya dengan Daniel.

Irene 🔒

P
Ren, apa aku ganggu?

Ah tidak, ada apa Je?
Apa ada masalah?

Ren, apa aku boleh bertanya tentang Daniel?
Aku rasa aku bisa mendapat jawaban darimu.

Bertanya apa?

Apa kau tau Daniel akan pergi kemana?
Daniel selalu membahas dia akan pergi, dan sepertinya dia akan pergi jauh.
Perasaanku selalu tidak enak saat Daniel seperti itu.

Ahh, mungkin Daniel akan pergi keluar kota untuk pekerjaannya.
Kau tidak usah khawatir Je.

Tapi dia bilang dia akan pergi sendiri.

Ah aku tidak tau Je.
Je, aku harus pergi nanti aku chat lagi.

Ah ya sudah maaf mengganggu Ren.
(Read 22.45)

Sejeong menyembunyikan wajahnya pada bantal dia tidak tau lagi harus mencari tau maksud Daniel pada siapa, karena Irene saja yg merupakan sahabatnya tidak tau apa-apa. Akhirnya karena dia rasa dia tidak bisa tidur, dia pun pergi ke kamar Daniel siapa tau laki-laki itu juga belum tidur. Sejeong mengetuk pintu kamar pelan "Niel, kau sudah tidur?" tanya Sejeong sambil terus mengetuk pintu. "Belum kenapa Je?" tanya seseorang dari dalam. "Ah apa kau akan tidur sekarang? Aku tidak bisa tidur" jawab Sejeong lagi, dan sekarang pintu kamar terbuka menampilkan wajah Daniel yg sangat pucat membuat Sejeong khawatir.

"Niel, wajahmu pucat? Kau sakit?" tanya Sejeong.
"Tidak, kenapa kau tidak bisa tidur?" tanya Daniel sambil menutup pintu kamarnya. "Emm, aku tidak tau. Tapi Niel wajahmu benar-benar pucat" tutur Sejeong. Daniel pun menarik Sejeong ke ruang tengah "Aku hanya kelelahan. Kau tidak usah khawatir seperti itu" ujarnya sambil tersenyum.

"Niel, apa kau tau aku tidak suka orang yg berbohong. Jelas-jelas aku melihat wajahmu pucat, apa aku harus memanggil dokter?" tanya Sejeong lalu Daniel menggenggam tangan Sejeong. "Percaya padaku, aku tidak apa-apa kau tidak usah khawatir Je" ujarnya meyakinkan. akhirnya Sejeong diam meskipun hatinya masih merasa ada hal yg disembunyikan Daniel. "Sekarang apa kau ingin melakukan sesuatu agar kau bisa tidur?" tanya Daniel sambil terus memperhatikan wajah Sejeong yg terlihat khawatir.

"Aku ingin melakukannya, tapi aku tidak yakin kau mau membantu" jawab Sejeong lalu menundukkan kepalanya membuat Daniel bingung akan sikap Sejeong sekarang. "Memangnya apa yg akan kau lakukan?" tanya Daniel lalu mendekap bahu Sejeong membuat perempuan ini merasa semakin bingung, sakit tapi sedikit lebih tenang. "Aku ingin menanyakan sesuatu Niel, dan ini mungkin menyangkut keluargamu" tutur Sejeong yg sekarang menatap kearah Daniel. "Aku mau kau menjawab semua pertanyaanku nanti" Daniel mengernyitkan dahinya "Kalau aku tidak bisa menjawabnya karena itu privasi?" tanya Daniel membuat Sejeong sedikit bingung lagi antara ingin menanyakan atau tidak, tapi karena ini waktu yg tepat agar dia tau masalah Daniel dia rasa dia harus menanyakannya.

"Emm, kalau itu sangat privasi kau tidak usah menjawabnya" tutur Sejeong ragu meskipun dia sangat ingin tau privasi apa yg selama ini Daniel sembunyikan darinya. "Oke, ayo mulai pertanyaan pertamamu" ujar Daniel yg sekarang menatap Sejeong lekat.
"Apa kau pernah memberi barang yg sama seperti ini pada perempuan lain?" tanya Sejeong sambil menunjukkan kalung yg dia pakai, dan sekarang dengan jelas Sejeong melihat Daniel tertegun dan tidak menjawab apapun. "Apa ini privasi bagimu?" tanya Sejeong lagi tapi Daniel tetap tidak bergeming.
"Kalau pertanyaan pertama kau tidak bisa menjawabnya, aku tidak jadi bertanya" ujar Sejeong lalu berdiri untuk beranjak pergi.

Namun, belum dia melangkahkan kakinya Daniel menarik tangannya dan berakhir dengan memeluknya. "Untuk apa menanyakan sesuatu yg sudah kau tau kebenarannya?" bisik Daniel tepat di telinga Sejeong. Sejeong merasa sesak dia tidak tau harus seperti apa sekarang, karena sekarang dia mengerti tentang apa yg dia lihat selama ini, dan dia juga sudah tau kebenaran dari yg Ong bicarakan dulu.

Flashback On

Ong dan Sejeong sedang ada di ruangan pemasaran sekarang, mereka sedang menunggu jam makan siang untuk mengajak Daniel pergi dan agar tidak bosan akhirnya mereka berdua larut dalam obrolan masing-masing.

"Apa kau berteman lama dengan Daniel?" tanya Sejeong pada Ong yg sedang meminum kopinya. "Iyaa, aku berteman dengannya sangat lama, memangnya kenapa?" tanya Ong karena dia heran kenapa Sejeong menanyakan hal ini padanya. "Apa aku boleh bertanya padamu Seongwoo?" Ong menaikkan alisnya sebagai tanda kalau Sejeong boleh bertanya apapun padanya.

"Apa kau tau sepupu Daniel?" tanya Sejeong membuat Ong sedikit terkejut "Sepupu? Maksudmu Joy?" tanya Ong dia tidak bisa menceritakan apapun tentang Joy dan Daniel pada Sejeong. "Iyaa Joy, apa kau tau kenapa Daniel sikapnya selalu berubah saat ada Joy? Aku pernah melihatnya dua kali membentak Joy sampai Joy menangis" jelas Sejeong membuat Ong semakin bingung harus menjawab apa.

"Emmm, aku tidak tau mungkin Daniel merasa sedikit canggung karena sudah lama tidak bertemu Joy" Sejeong memicingkan mata tidak percaya, dia melihat kebohongan tersirat dari mata Ong. "Apa kau akan membohongiku? Kalau begitu aku tidak akan memberi tahu apapun tentang Chaeyeon. Beritahu aku Seongwoo aku tidak akan marah". Ong yg mendengar itu sangat dibuat bingung, tidak mungkin dia membocorkan privasi Daniel pada Sejeong, karena keluarga Daniel sendiri tidak tau apapun tentang ini.

"Seongwoo-ah kau benar-benar akan menutupinya? Apa ada yg salah dengan Daniel dan Joy?" desak Sejeong dan sekarang Ong pun menceritakan semua kebenarannya pada Sejeong, dan tanpa diketahui Daniel.

Sejeong tau semuanya kalau Daniel bersifat seperti itu karena dia tidak mau melakukan kesalahan yg sama seperti yg dulu dia lakukan, yaitu mencintai anggota keluarganya sendiri.

Flashback off

Sejeong menitikkan air matanya, dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan yg sekarang dia ketahui tapi dia mengingat ucapan terakhir Ong yg membuatnya semakin ingin terus merangkul Daniel.

'Sekarang Daniel kuat karena bertemu denganmu Je, jadi jangan pernah membenci Daniel atau merasa risih karena mengetahui kebenarannya, tapi jadilah kekuatan terbesar Daniel, kau harus membantu dia untuk lepas dari masa lalunya. Aku tau kalian saling mencintai, jadi jangan pernah melepas satu sama lain karena hal yg tidak kalian ketahui kebenarannya, semua yg aku ceritakan tadi belum sepenuhnya benar, jadi kau bisa memastikan kebenarannya nanti pada Daniel saat dia benar-benar siap menceritakannya. Jangan pernah memaksa dia bercerita karena apa yg kau paksakan nanti malah membuatnya semakin ingat bukan membuatnya lupa. Buat dia mengeringkan luka dan membersihkannya, jangan buat dia membuka lukanya lagi' dan semenjak itu Sejeong tau kalau kehadirannya disini dan dengan cara dia menemani Daniel selama sepekan akan membuat Daniel lupa akan masa lalunya, meskipun Sejeong tau akan banyak terjadi kemungkinan yg dia hadapi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Annyeong..

Aku mau ngasih tau nih dari sekarang, kalo kemungkinan if it was you ini sangat panjang dan masih lama akhirnya.. Jadi jangan bosen buat baca if it was you yaa, aku bakalan ngasih surprise nanti.

Vote+commentnya juga jangan lupa yeorobun.. Gomawo

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang