Chapter 42

787 114 9
                                    

Sejeong merasa sangat beruntung sekarang, karena dia bisa bertemu dengan laki-laki seperti Daniel yg tulus menyayanginya. "Appa, kau tau? Aku sudah menemukan teman untuk menua nanti" ujar Sejeong bermonolog.

Sedangkan Daniel sekarang tiba di ruangannya dengan senyum yg terus merekah membuat Lisa sekretarisnya heran, tapi karena mengerti kalau kondisi Daniel sedang baik jadi Lisa tidak mengatakan apapun untuk menegurnya bahkan menanyakan tentang luka dan obat merah di ujung kerah kemejanya.

Daniel duduk dikursinya dan mendapati kotak makan berwarna biru tersimpan rapi diatas mejanya, dan ada amplop disampingnya. "Apa jawabanmu ada disini?" tanya Daniel sambil tertawa lalu membuka makanannya. Dia melihat sandwich dengan saus yg bertuliskan uri chodingie, Daniel merasa senang melihatnya dia pun bersorak ria seperti anak kecil saat mendapat makanan dari ibunya. "Wah kiyowo" ujar Daniel sambil terus memakan sarapannya.

Saat sedang menikmati sarapannya, dia dikagetkan dengan kedatangan Ong yg membawa dua cup coffee ditangannya. "Latte bro" ujar Ong langsung duduk didepan Daniel dan melihat kotak makan dan surat dimeja Daniel. "Wah wah, kau sarapan sendiri dan melupakan temanmu? Dan apa ini?" tanya Ong dan langsung mengambil surat dimeja Daniel. "Aku akan tinggal selama seminggu dengan Sejeong" tutur Daniel menjelaskan. "Serumah?" tanya Ong tidak percaya.

"Iya, kau juga bisa datang ke rumah untuk menginap. Bahkan aku akan mengadakan barbeque nanti" ujar Daniel. Ong langsung membaca surat itu, dan memang itu tulisan Sejeong.

Uri chodingie.. :)

Aku tidak tau keputusanku ini benar atau salah, tapi setelah aku fikir-fikir semalam sepertinya aku mau tinggal denganmu selama sepekan nanti karena aku juga takut jika tinggal di rumah sendiri.

Maaf membuatmu menunggu, Saranghae.

Ong tertawa sangat keras "Wah Niel, apa kemarin kau mengajaknya minum?" tanya Ong, Daniel menggeleng "Aniyo, aku belum pernah mengajaknya minum."
"Dia banyak berubah Niel. Sudahlah ayo minum" ajak Ong lalu mengangkat cup coffee miliknya. Saat kedua sahabat itu meminum kopinya tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan Sejeong yg berantakan dan berkeringat karena berlari.

Ong menyemburkan kopinya dan mengenai baju Daniel "Yakk! Ong-chongie bajuku kotor karena kopimu" pekik Daniel lalu mengambil tissue dan mengelap bajunya. "Mian, Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?" tanya Ong pada Sejeong yg sedang menatap gusar sekarang. "Mianhae, aku tidak tau kalau kalian sedang berbicara masalah pribadi." Sejeong berbalik dan memegang knop pintu dia tidak bisa menahan rasa malunya lagi, terlebih didepan Daniel.

Namun, tangannya ditarik oleh Ong "Apa kau mau membereskan urusan rumah tanggamu? Aku akan pergi, jadi bicaralah dengan Daniel. Ahh dan sepertinya ada pasangan baru yg akan tinggal bersama. Aku tunggu saat rapat nanti sajangnim" tutur Ong lalu pergi meninggalkan ruangan Daniel.

Sejeong masih berdiri membelakangi Daniel, dia tidak berani menatap bahkan melihat wajahnya sekalipun, rasanya sekarang dia berada ditepi jurang dan mungkin kalau dia berulah lebih daritadi maka dia akan terperosok dalam jurang tersebut.

"Je, duduklah kenapa kau terus berdiri disana?" tanya Daniel, namun pemilik nama itu tidak menghiraukannya. "Kim Sejeong, apa kau tidak pegal? Duduklah." ujar Daniel lalu berdiri dan menarik Sejeong untuk duduk. Daniel berjongkok di depan Sejeong yg sekarang terus mengalihkan pandangannya. "Kau kenapa?" tanya Daniel lagi tapi Sejeong masih tidak menjawab.

"Niel, apa kau membaca suratnya?" lirih Sejeong dia benar-benar malu sekarang karena dengan jelas dia menulis Saranghae.

"Iya aku membacanya, memang kenapa?" Daniel mencoba bersikap biasa karena dia tau kalau Sejeong sedang malu sekarang. "Kau membaca semuanya?" tanyanya lagi yg sekarang menatap Daniel dan melihat mata Daniel yg sangat teduh. "Iyaa, aku membaca semua yg tertulis disana. Memangnya kenapa?" tanya Daniel lagi. Sejeong menggeleng "Ah tidak apa-apa". "Bohong, kau menyembunyikan sesuatu kan? Apa yg mengganggu fikiranmu?" tanya Daniel. "Apa kau mengingat setiap kata yg aku tulis disana?" tanya Sejeong lagi.

Daniel tersenyum dengan luka yg sudah kering disudut bibirnya. "Ya aku ingat. Kau menyebutku choding, tapi tidak apa-apa aku mau menjadi chodingmu.." goda Daniel yg masih melihat wajah Sejeong yg risau. "Aku tau kau malu sekarang, tapi kau harus tau aku senang saat membaca surat darimu, jadi kau tidak perlu risau seperti itu setidaknya kau sudah mengakui perasaanmu. Nado saranghae Kim Sejeong" tutur Daniel membuat Sejeong menitikkan air matanya.

"Omo.. Kau menangis?" tanya Daniel. Dengan cepat Sejeong mengusap air matanya "Aniyo, aku hanya terharu kau tau aku memaksakan menulis surat itu karena aku tidak punya keberanian untuk menjawabnya langsung. Aku belum pernah seberani ini" jelas Sejeong lalu menunjukkan senyumnya. "Apa kau membawa baju ganti? Kau akan rapat tapi bajumu kotor Niel" tanya Sejeong tapi Daniel tidak menjawabnya dia hanya melihat laki-laki ini terus memandangnya dengan tatapan yg sulit diartikan.

"Kang Daniel, apa kau membawa baju ganti?" tanya Sejeong lagi, tapi laki-laki didepannya ini malah melakukan aegyo dengan menunjukkan kedua gigi kelincinya. "Kau ini kenapa, cepat ganti bajumu Niel. Kau akan rapat sebentar lagi" Daniel menggeleng "Rapat jam 11 kan? Sekarang baru jam set 10 Je, jadi aku akan mengajakmu pergi selama 1 jam bagaimana?" tanya Daniel. Sejeong hanya tersenyum "Kau tau ini jam kantor, kau tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu seenaknya"

"Pekerjaanku sudah selesai" ujar Daniel dia berbohong sekarang, padahal pekerjaannya masih sangat banyak tapi dia benar-benar ingin pergi dengan perempuan di depannya ini sekarang. "Jjinja? Apa aku harus memberitahu pimpinan nanti kalau kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untuk bermain?" ancam Sejeong. "Aku akan menyelesaikannya setelah kita pulang nanti, ya ya ya. Lagipula Minhyun Hyung tidak akan memarahiku." ujar Daniel dengan rasa percaya dirinya.

"Apa aku harus memberitahu Eonnie?" tanya Sejeong. Setelah mendengar kalau Sejeong akan mengadu pada So Ra, Daniel pun terdiam lalu cemberut dia memajukkan bibirnya. "Aigoo~ ayo bekerja. Aku akan kembali nanti dengan statistik keuangan untuk investor. Tapi sebelum rapat, kau harus mengganti bajumu." ujar Sejeong lalu beranjak pergi, namun belum dia membuka pintu Daniel memanggilnya kembali "Ahjumma, apa kau akan mengantarku membeli baju?" rengek Daniel seperti anak kecil. Sejeong membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Daniel "Yakk! memangnya aku setua itu apa?...." omel Sejeong tapi dia tidak sadar kalau didepannya ada karpet tebal yg seharusnya dia melangkah melewatinya, akhirnya dia terjatuh dan menimpa tubuh Daniel.

"Aww.." ringis Daniel karena badannya sekarang tertindih badan Sejeong. Sementara Sejeong masih menutup matanya karena takut saat terjatuh tadi, "Wah, kau harus diet sepertinya. Tubuhmu berat sekali" ujar Daniel yg sekarang menumpu badannya dengan kedua tangan kebelakang, tapi karena Daniel cukup kuat akhirnya dia bangun dengan memegang punggung Sejeong. "Je, kau bisa membuka matamu sekarang." tutur Daniel sambil tersenyum melihat Sejeong yg masih khawatir dia terjatuh kelantai.

Sejeong pun mulai membuka matanya pelan, saat dia membuka mata dengan sempurna dia melihat posisinya sekarang. Dia sedang duduk dipaha Kang Daniel. Ah apa lagi ini? tuturnya dalam hati. Sementara Daniel hanya tersenyum melihat Sejeong yg salah tingkah karena malu. "Kau tidak apa-apa? Apa ada yg sakit?" tanya Daniel dengan tangan yg masih memegang punggung Sejeong. Tapi yg ditanya malah memasang wajah kesal membuat Daniel mengernyitkan dahinya heran "Yakk! harusnya aku yg bertanya karena tubuhmu yg ada dibawah, tidak seharusnya kau mengkhawatirkanku." Sejeong pun berdiri dan meninggalkan Daniel namun entah dia akan memiliki adik lagi atau apa, dia terjatuh lagi dan membuat Daniel tertawa melihatnya.

"Kau terjatuh lagi?" ujar Daniel lalu berdiri dan menghampiri Sejeong. "Niel, jangan kesini." Daniel pun mempercepat langkahnya lalu dengan telak dia mengecup bibir ranum milik Sejeong. "Lain kali kalau jalan pake mata" ujar Daniel lalu meninggalkan Sejeong sendiri "Aku tunggu dimobil" ujarnya.

"Yak! kenapa kau menciu.. Ah sudahlah, pergi kau beli baju sendiri Kang Daniel" teriaknya dengan wajah yg memanas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf yaa cerita yg aku bikin malah tambah absurd kayanya.. Ah, sama aku mau ngasih tau kayanya If it was you bakalan tamat dibeberapa chapter kedepan, jadi maaf kalo nantinya alur cerita aku percepat..

Terima kasih ❤

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang