"Kau pikir hanya kau saja yg menderita? Kau pikir hanya kau saja yg merasa rindu? Kau pikir hanya kau saja yg merasa kecewa terhadap semuanya?"
"Ah dan satu lagi, apa kau juga pernah berfikir bagaimana patahnya aku saat aku mengetahui kau berbohong hanya untuk memenuhi rasa egoismu?"***
Daniel menghela nafasnya kasar, dia benar-benar tidak bisa membendung amarahnya saat ini, dia masih menyayangi adik sepupunya, sangat sayang, tapi dia juga tidak bisa terus di dalam kondisi dimana dia dibohongi dan harus dihadapkan pada situasi dimana ayahnya mengetahui semua yg terjadi.
Daniel dengan suara yg berat karena menahan tangis, membalikkan badannya dan menatap pada perempuan di depannya ini. Dia benar-benar patah sekarang, dia ingin menenangkan sepupunya, dia tidak bisa melihat adik sepupunya menangis seperti itu tapi disini dia juga berfikir, bukan hanya adik sepupunya saja yg sakit bahkan dirinyalah yg paling merasakan sakit.
"Mianhae, Niel-ah" hanya kalimat itu yg terdengar oleh Daniel dibalik isakan perempuan ini. Daniel sekarang ikut terisak, apa ini yg harus dia dengar setelah apa yg perempuan ini lakukan padanya?
"Kau tahu sakitnya aku saat harus terus mengingatmu? Kau tahu bagaimana rasanya jadi aku? Apa kau tahu?" teriak Daniel membuat perempuan di depannya ini semakin terisak dan merasakan sakit.
"Kau egois Joy, kau hanya berfikir rasa sakit yg kau lalui saja selama ini. Apa kau tau siapa yg menanggung rasa sakit terbesar disini?" tutur Daniel sambil terus terisak dan sesekali mengusap air matanya."Mianhae Niel, mianhae" ujar Joy dibalik tangisannya. Dia mencoba menghampiri Daniel dan ingin memeluknya seperti yg dia lakukan dulu jika melihat Daniel menangis seperti ini. Daniel yg melihat setiap langkah yg dilakukan perempuan di depannya, langsung mundur dan menjauhkan dirinya dari Joy.
"Niel, tolong aku bisa jelaskan semuanya" tutur Joy lagi dan menghentikan langkahnya.
Daniel menatap ke arah lain. "Tolong jangan pernah berniat mendekat, dan apa kau bisa pergi sekarang?" tanya Daniel dan terus mengalihkan pandangannya, air matanya terus mengalir dia benar-benar terlihat bodoh di depan sepupunya sendiri.
"Niel, please aku benar-benar bisa menjelaskan semuanya?" teriak Joy sambil terus terisak, dan sekarang dia bersimpuh di depan Daniel membuat laki-laki itu iba, tapi Daniel tetap pada pendiriannya, dia tidak mau menyentuh perempuan itu lagi, dengan berbicara saja dia sangat sakit apalagi jika menyentuhnya?
"Berhentilah memohon seperti itu, jangan merendahkan harga dirimu di depanku." ujar Daniel dia sudah lebih tenang sekarang dibanding tadi, air matanya berhenti menetes karena dia fikir untuk apa menangisi hal tidak penting seperti ini. "Oh dan satu lagi, apa aku terlihat sangat bodoh dimatamu? Sampai kau berani membohongiku? Dan apa perasaanmu berhasil setelah menyembunyikan semuanya?" teriak Daniel lagi, dan Joy hanya bisa menangis setiap mendengar semua yg terlontar dari Daniel.
"Kau pandai Niel, sangat pandai. Aku menyembunyikan semuanya karena aku takut kau akan sakit hati jika mendengar semuanya saat itu" tutur Joy dan sekarang dia sudah berdiri dan menatap Daniel dalam. "Aku tidak mau kau merasa sakit hati Niel"
Daniel tersenyum sinis.
"Lalu, kau fikir aku tidak sakit saat aku tau semuanya dari Ayahmu? Bagaimana jika dulu aku mengenalkan diri sebagai pacarmu? Apa kau siap menghadapi masalah yg akan terjadi?" bentak Daniel. "Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi. Berbahagialah bersama Sungjae, dan jangan pernah berani untuk menemuiku lagi." ujar Daniel lalu pergi meninggalkan Joy yg terus menangis. Daniel membalikkan badannya, dan menatap Joy dalam. "Aku sudah memaafkanmu." teriak Daniel lalu kemudian benar-benar pergi meninggalkan Joy.Daniel memasuki lift, dia benar-benar hancur sekarang, mata yg sembab dan wajah yg memerah membuat siapapun pasti akan bertanya-tanya ada apa dengannya? Akhirnya dia pun memutuskan untuk tidak menemui keluarganya lagi, dan menuju mobil untuk menenangkan diri.
Saat di mobil, Daniel meraih ponselnya dan menghubungi Somi untuk menyuruh Sejeong menemuinya setelah selesai makan. Dia terus menunggu, namun suara operator yg terdengar, akhirnya karena tidak ada pilihan lain Daniel pun menghubungi kakak iparnya.
"Yeoboseo" ujar laki-laki di sebrang telfon. "Niel, kau dimana? Kenapa tidak kembali? Sebentar lagi kita akan selesai dan akan pergi ke Busan jadi cepatlah kesini" ujar Kakak iparnya itu.
"Ah, aku sedang di mobil Hyung, Aku sudah kenyang, jadi tidak kembali. Hyung, aku ingin berbicara dengan Sejeong, bisakah kau meminjamkan handphonemu?" tanya Daniel.
"Kau tidak mempunyai nomor Sejeong?" tanya Minhyun, dia bingung kenapa seorang pacar tidak mempunyai nomor pacarnya sendiri.
"Ah dia tidak mengangkat telfonku, jadi aku fikir aku bisa meminta bantuanmu" tutur Daniel lega karena dia bisa memberikan alasan yg mungkin bisa dipercaya oleh Minhyun. "Oh tunggu sebentar"
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Daniel mendengar suara yg ingin didengarnya dari sebrang sana, walaupun Daniel tau pasti perempuan ini akan mengomelinya. Dan benar saja, Daniel mendapatkan beberapa ocehan yg terus menerus dari perempuan ini.
"Yeoboseyo. Kang Daniel, apa kau gila? Kenapa kau meninggalkanku bersama keluargamu? Ah aku hampir tidak bisa bernafas tadi" ujar Sejeong tapi dia tidak mendengar suara apapun daei handphone Minhyun.
"Yeoboseyo, Yeoboseyo, Yeoboseyo." panggil Sejeong berulang kali "Ah kenapa dengan handphone ini, Niel kau selalu saja membuatku khawatir" ujar Sejeong lagi, dia mengira bahwa terjadi gangguan signal tapi sebenarnya memang Daniel hanya diam dan mendengarkan ocehan dari Sejeong, tapi saat dia mendengar bahwa perempuan itu mengakui bahwa dia selalu khawatir pada Daniel, dia pun turun dari mobil lalu berlari untuk menghampiri perempuan itu.
"Je, kau dimana?" tanya Daniel pada Sejeong, ya setelah dia berlari tadi akhirnya dia berfikir dan membuat panggilan pada Sejeong, Jeje fikirnya.
"Mm, aku sedang di dalam kamar mandi." jawab Sejeong. "Kau tidak apa-apa Niel?" tanya Sejeong pada laki-laki yg sekarang ini entah dimana dia tidak tau.
"Keluarlah, aku ingin menemuimu" tutur Daniel lalu sambungan pun terputus, Sejeong menatap dirinya di cermin dia berfikir Apa ini maksud ayah dulu? Bahwa aku bisa membawa perubahan pada orang-orang disekitarku? fikir Sejeong lalu pergi keluar dari tempatnya saat ini. Saat dia ada diambang pintu dan berjalan menunduk karena merapikan dressnya ini, tiba-tiba ditarik oleh seseorang dan
Bughh
Tubuhnya menabrak dada bidang laki-laki yg ada di depannya sekarang, Sejeong mendongakkan kepalanya mencoba menatap pemilik tubuh tersebut, dan sekarang dia mendapati Daniel sedang tersenyum padanya. Sejeong hanya diam dan tidak bergerak seinchi pun dari tempatnya saat ini, dan saat dia sedang menatap laki-laki ini dalam tiba-tiba sebuah tangan mengelus punggungnya dan Daniel membisikkan sesuatu padanya, dan membuat Sejeong meneteskan air matanya.
"Gomawo, Aku benar-benar bahagia bisa mengenalmu, dan kau harus ingat ini. Aku akan terus menjagamu seperti ayahmu menjagamu dulu" bisiknya lalu mempererat pelukannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sama-sama Niel. hheTo be continued :)
Jangan lupa Vote+Comment
Gomawo😘 -Niel
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanfictionAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...