Chapter 50

783 96 12
                                    

***
Setelah selesai mengobrol dan mengambil beberapa foto di kamar yg penuh dengan balon tadi, Daniel akhirnya mengajak Sejeong keruang makan untuk mengenalkannya pada semua penjahat yg merupakan teman-temannya. "Selamat Sejeong-ah" teriak mereka semua bersamaan membuat Sejeong sangat malu. "Akhirnya bapak direktur kita punya calon istri" teriak salah satu penjahat bertopeng tadi. "Niel, aku belum mengenal mereka" bisik Sejeong membuat Daniel tertawa. "Ahh, aku lupa. Ayo sini" Sejeong pun mengikuti Daniel untuk berkenalan dengan teman-temannya "Yoon Jisung" "Ha Sungwoon" "Park Jihoon" "Park Woojin" ujar mereka menjabat tangan Sejeong, "Kim Sejeong" ujar Sejeong ramah, lalu Daniel mengajak Sejeong duduk disebelahnya.

Ong mengulurkan tangannya pada Sejeong "Apa kau tidak akan berkenalan denganku?" tanya Ong sedikit jahil. "Tidak" jawab Sejeong singkat lalu mengobrol dengan Chaeyeon dan Irene membuat Ong gondok. "Je, aku belum mengenalkanmu pada temanku yg lain" ujar Daniel membuat Sejeong kembali menatapnya "Siapa?" tanyanya "Itu" Daniel menunjuk kearah ruang tengah, disana duduk laki-laki yg sedang membaca buku dan sama sekali tidak menghiraukan suasana ramai diruang makan. Daniel menarik tangan Sejeong "Hyung, ini pilihanku" ujar Daniel membuat Sejeong malu. Laki-laki itu mengalihkan buku dari depan wajahnya lalu tersenyum pada Daniel dan Sejeong. "Pilihanmu tepat Niel" ujarnya.

Sejeong langsung memeluk laki-laki didepannya ini, dia tidak menyangka kalau Daniel merupakan teman dari kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejeong langsung memeluk laki-laki didepannya ini, dia tidak menyangka kalau Daniel merupakan teman dari kakaknya. "Oppa" rengek Sejeong sambil terus memeluk Jaehwan kakaknya. "Kau sudah dewasa Je" ucap Jaehwan sambil mengelus rambut adiknya ini. "Tapi Niel, apa kau benar-benar mau menerima keluargaku?" tanya Jaehwan. Daniel mengangguk "Aku ataupun keluargaku menerimanya, Appa dan Eomma tidak mempermasalahkan apapun. Bahkan, sebelumnya memang Appa berniat mengenalkanku pada Sejeong" jelas Daniel membuat Sejeong heran dia tidak mengerti dengan yg dimaksud Daniel dan Jaehwan.

"Kalian membicarakan apa?" tanya Sejeong penasaran, Daniel langsung duduk disamping Sejeong dan mengusak rambutnya "Teruslah pura-pura tidak tau Je" Sejeong pun tersenyum "Aku takut Niel, kita berasal dari keluarga yg berbeda" lirih Sejeong menundukkan kepalanya. Jaehwan tersenyum melihat adiknya yg sudah dewasa ini. "Je, kau tau Daniel itu teman Oppa yg tidak pernah mempermasalahkan apapun. Jadi, kalian jalani saja dulu, buang jauh-jauh ketakutanmu". Daniel merangkul pundak Sejeong membuatnya bertubrukan dengan dada bidang miliknya. "Kau dengar itu? Aku mencintaimu bukan karena harta Je, jadi kau tidak perlu khawatir, kau dan aku sama berasal dari keluarga yg sama-sama membesarkan anaknya dengan baik" mendengar itu sekarang, sedikit membuat Sejeong lupa akan ketakutannya.

"Yeorobun! Ayo makan" teriak Woojin antusias. Tapi sayang Jaehwan harus pamit pergi lagi karena dia harus menemani ibu dan mengurus pamannya. "Niel, aku titip Jeje padamu. Jangan pernah membuatnya menangis, atau aku yg akan membuatmu menangis nantinya" ujar Jaehwan. Daniel pun memberi hormat seakan-akan mengerti akan perintah dari calon kakak iparnya itu. "Je, jaga dirimu baik-baik jangan merepotkan Daniel. Kalau bisa kau pulang untuk membersihkan rumah" pesan Jaehwan pada adiknya. Sejeong pun mengangguk "Siap, titipkan salamku pada ibu dan paman Oppa" Jaehwan mengangguk lalu pamit meninggalkan rumah keluarga Kang.

***

Setelah rencananya hari ini selesai, semua teman-teman Daniel pulang begitu juga dengan Chaeyeon yg sekarang diantar pulang oleh Ong, tapi satu teman Daniel belum pulang karena tidak ada yg menjemputnya, ya dia Irene.

"Ren, apa kau tidak dijemput?" tanya Sejeong yg melihat Irene masih duduk diruang tamu. "Ah aku disini tinggal sendiri Je, keluargaku tinggal di Kanada semua" jawab Irene yg sekarang sedang mencari kontak saudaranya untuk meminta jemput. "Oh, kenapa kau tidak meminta Daniel mengantarmu pulang?" tanya Sejeong lagi membuat Irene tertawa dan Daniel yg menghampiri kedua perempuan ini heran. "Wae? kenapa kau tertawa seperti itu?" tanya Daniel lalu duduk disamping Sejeong. "Niel, kau bisa mengantar Irene pulang kan?" tanya Sejeong membuat Daniel dan Irene saling menatap serius.

"Aku? Mengantar Irene pulang?" tanya Daniel sambil menunjuk mukanya memakai jari telunjuk. Sejeong mengangguk "Iya, Irene tidak ada yg menjemput dan kalau naik bis sekarang sudah malam Niel. Ah atau kau menginap saja disini, kau bisa berbagi kamar denganku" Irene dan Daniel menggeleng "Je, apa kau tidak merasa cemburu?" tanya Irene hati-hati. "Tidak, untuk apa aku cemburu lagipula kalian berteman sangat lama, dan sekarang Daniel hanya mengantarmu pulang. Itu bukan hal yg salah, jadi pulanglah dengan Daniel" jelas Sejeong membuat Daniel tersenyum lalu mengusak rambutnya "Apa aku benar-benar boleh mengantar Irene pulang?" tanya Daniel "Boleh, cepat Niel sebelum larut malam" titah Sejeong.

"Iyaa, aku akan mengambil dulu kunci mobil di atas kau tunggu disini Ren" ujar Daniel lalu pergi meninggalkan Irene dan Sejeong yg sedang mengobrol.

Setelah meminta izin Sejeong, akhirnya Daniel mengantar Irene pulang, dan seperti biasa bukan mereka namanya kalau tidak mengejek atau mengobrolkan apapun seperti saat kecil dulu. "Choding sudah besar" ledek Irene sambil terus tertawa, yaa sepulangnya dari rumah Daniel tadi sampai sekarang dijalan Irene terus meledek Daniel. "Ayolah ren, berhenti meledekku seperti itu" pinta Daniel namun Irene tidak menghiraukannya. "Uri Choding sudah besar, sangat besar, sangat sangat besar"

Daniel yg kesal langsung membekap mulut Irene dengan tangan kirinya sementara tangannya yg lain terus memegang stir. "Ren" pekiknya membuat Irene semakin tertawa. Irene melepas tangan Daniel yg menutup mulutnya dan sekarang menatap Daniel serius. "Niel, kenapa kau terus membahas kepergianmu pada Sejeong?" tanya Irene membuat Daniel sedikit memelankan laju mobilnya. "Karena aku mau dia siap dan bisa menerima kapanpun aku pergi, Ren" jawab Daniel sedikit kikuk. "Tapi caramu salah Niel, bahkan kau baru memulainya, setidaknya kau membahagiakannya dulu sebelum membuatnya sedih Niel" ujar Irene "Bersikaplah dewasa Niel, kalau memang kau tidak akan memberitahu Sejeong lebih baik jangan pernah membahasnya".

"Tapi kalau aku terus membuat kenangan yg membuat dia bahagia, dia akan merasa sakit saat aku pergi Ren." tutur Daniel menjelaskan dan tidak terasa mereka berdua sampai di halaman rumah Irene, tapi Irene belum berniat pergi karena masih ada hal yg ingin dia bicarakan dengan Daniel. "Setidaknya kalau kau akan bersikap biasa juga, jangan terus membahasnya kau tau kemarin malam dia bertanya padaku, lalu apa yg harus aku jawab? Menurutku sebelum waktunya nanti lakukan yg terbaik untuk apa yg kau mulai sekarang Niel, aku melihat Sejeong benar-benar tulus menyayangimu. Jadi bagaimana pun caranya kau harus memberitahu tanpa meninggalkan luka padanya, jangan pernah mengecewakannya, sudahlah aku pergi. Kau harus cepat pulang Sejeongmu menunggu di rumah" ujar Irene lalu meninggalkan Daniel dan masuk kerumahnya, sedangkan Daniel masih duduk terpaku dia terus memikirkan apa yg Irene bicarakan tadi.

Apa aku harus memberitahumu Je? Tapi aku belum siap untuk menceritakannya, bahkan memikirkannya saja aku tidak bisa apalagi untuk membahas semuanya. tutur Daniel dalam hati, lalu meninggalkan pekarangan rumah Irene.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Daniel mau pergi kemana sihh emangnya?

Jangan lupa vote+comment yeorobun! Gomawo❤

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang