Daniel tiba di kantornya pukul 8 pagi dan memang itu sedikit lebih telat dari biasanya, saat turun dari mobil dan memasuki lobby dia menjadi pusat perhatian para karyawannya yg lain karena mereka melihat pakaian serta wajah Kang Daniel yg kusut tidak seperti biasanya, dan mereka juga mengkhawatirkan direkturnya itu saat melihat sudut bibirnya berdarah dan kerah kemejanya pun terdapat bercak darah.
Tapi bukan Daniel namanya kalau sampai tidak bisa menahan sakit yg hanya sedikit merobek sudut bibirnya. Dia sudah terbiasa dengan rasa sakit yg lebih besar dari ini, dan sekarang setiap bertemu dengan karyawan dia selalu tersenyum padahal sangat jelas bahwa sudut bibirnya terasa perih saat terangkat.
"Sajangnim" panggil salah satu karyawan yg berada di meja resepsionist, Daniel yg merasa dipanggil pun menghampiri meja itu lalu tersenyum pada semua karyawan yg duduk disana. "Ada apa?" tanya Daniel dengan terus memaksakan tersenyum agar karyawannya tidak merasa khawatir tentang kondisinya sekarang. "Apa anda baik-baik saja?" tanya salah satu karyawan perempuan yg sedang memegang telepon. "Ah aku baik-baik saja. Apa kalian memanggilku hanya untuk menanyakan ini?" tanya Daniel ramah, bahkan sangat ramah. "Aniyo, tadi Sejeongnim dan seongwoonim mencari anda Sajangnim. Tadi Sejeongnim berpesan anda ditunggu di kantin untuk sarapan, dan Seongwoonim juga berpesan kalau anda harus menggantikan rapat pimpinan dengan direksi nanti siang dan untuk masalah semuanya Seongwoonim yg akan mengurusnya, jadi anda harus bersiap sekitar pukul 11 untuk pergi ke gedung pemasaran dan menemuinya."
Daniel menangkup wajahnya dimeja resepsionist membuat semua karyawan yg ada disana meleleh saat melihat pipinya yg chubby dan gigi kelincinya terpampang jelas di wajah tampan itu. "Kenapa pekerjaanku banyak sekali hari ini?" tanya Daniel yg hanya dijawab gelengan kecil oleh para karyawan. "Mungkin karena pimpinan Hwang sedang tidak ada sajangnim, jadi kau yg harus menggantikannya" ujar salah satu karyawan yg merupakan rekan kerja Sejeong di divisi keuangan. Daniel yg melihat rekan Sejeong langsung menarik tangannya dan mereka menjadi sangat dekat, sementara yg ditarik tangannya hanya bisa terdiam dan menahan panas diwajahnya. "Sajangnim, apa anda tau ini sangat dekat, bagaimana kalau pacar anda tau dan melihat ini? Mungkin pacar anda akan mengabaikanku nantinya" ujar Nayeon.
Daniel melepas pegangannya "Sejeong bukan orang yg seperti itu, dia bukan orang yg sangat mudah salah faham, jadi kau tenang saja" ujarnya yg kemudian memegang sudut bibirnya yg semakin terasa perih. "Daniel-ssi bibirmu?" tanya Nayeon yg sekarang melihat darah disudut bibir Daniel "Ah tadi aku menggigit bibirku saat sarapan, sudahlah aku tidak mau kalian melihatku seperti itu. Jadi, apa kau lihat Sejeong?" tanya Daniel pada Nayeon. "Alasan anda sangat tidak masuk akal sajangnim, Sejeong sedang ada dikantornya karena dia harus memeriksa keuangan perusahaan yg akan dipresentasikan oleh anda pada investor nanti siang" terang Nayeon, Daniel yg mendengar itu langsung bersemangat dan berlari menuju lift untuk pergi menemui Sejeong.
Saat berada di lift, Daniel merasa handphonenya bergetar dia pun melihat dan mendapati nama ayahnya tertera disana, akhirnya dia menggeser tombol hijau dan langsung mendengar suara bariton ayahnya dari sebrang telepon.
"Yeoboseo"."Yeoboseo, appa. Ada apa kenapa Appa menelfonku sepagi ini?" tanya Daniel yg sekarang keluar dari dalam lift dan berada di lantai tempat Sejeong bekerja.
"Daniel, apa kau bertengkar nak? Aku dengar para karyawan melihat bibirmu berdarah? Apa itu benar?"
Daniel yg sedang berjalan di koridor perusahaannya langsung diam dan mencari kursi untuk duduk, "Aniyo, aku hanya menggigit bibirku saat sarapan Appa, kau tidak usah khawatir" tutur Daniel berbohong.
"Chodingie, apa kau berbohong pada appa sekarang? Apa kau tau bagaimana marahnya ibumu sekarang, dia terus mengomel karena takut kau bertengkar dengan preman jalanan"
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanfictionAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...