Jam menunjukkan pukul set 6 pagi, Daniel pun meminta Ong untuk mengantarnya pulang sekarang.
"Hyung, aku harus pulang sebelum Sejeong bangun" pinta Daniel pada Ong.
"Kau tidak bisa pulang sendiri?" tanya Ong
Daniel menggeleng "Tidak, memangnya kau mau ada yg menculikku atau semacamnya?"
Ong mengerlingkan bola matanya lalu meraih kunci mobilnya "Kajja" Daniel pun bersorak kegirangan lalu memeluk Ong dari belakang.
"Gomawo, Hyung"
Saat di perjalanan pulang...
"Niel, kau yakin tidak akan membawa Sejeong?"
"Hmm" gumam Daniel.
"Kenapa?" tanya Ong lagi. Daniel pun menoleh pada sahabatnya ini, "Karena aku tidak mau melihat Sejeong menangis saat melihatku"
"Tapi apa kau yakin Irene bisa menemanimu dan tidak menangis saat melihatmu?"
Daniel menggeleng "Setidaknya jika Irene menangis aku tidak akan ikut menangis, karena aku tidak memiliki perasaan apapun padanya"
"Tapi setidaknya kau beritahu Sejeong dulu tentang tujuanmu untuk pergi, Niel. Kau tau dia selalu mengkhawatirkanmu setiap saat" jelas Ong membuat Daniel tertegun.
"Sudahlah Hyung, biar nanti Sejeong tau sendiri"
"Niel, lebih baik mengetahui kebenarannya darimu sendiri, daripada Sejeong mengetahui dari orang lain itu lebih menyakitkan untuknya Niel"
"Hyung, tolong jangan bahas Sejeong disaat seperti ini, kau tau perasaanku sekarang saat harus meninggalkannya dalam waktu yg cepat? Apa kau mengerti perasaanku?"
Ong menginjak rem mendadak membuat tubuhnya terhuyung kedepan, dia menoleh ke arah Daniel "Apa menurutmu aku tidak pernah mengerti Niel? Aku jauh lebih mengerti daripada dirimu sendiri. Kalau kau terus seperti ini, kau akan kehilangan orang-orang yg menyayangimu"
"Sudahlah Hyung, aku memintamu mengantarku untuk pulang bukan untuk berdebat seperti ini" ujar Daniel lalu melepas seatbelt dan pergi meninggalkan Ong yg sedang terdiam karena ucapan Daniel tadi.
"Bahkan disaat seperti ini kau masih mementingkan egomu, Niel" gumam Ong, lalu menginjak pedal gas meninggalkan Daniel yg berdiri untuk mencari taxi.
***
Setelah menunggu taxi cukup lama, akhirnya Daniel sampai di rumah dengan keadaan yg sulit diartikan, secara fisik dia baik-baik saja tapi entah hati dan fikirannya sekarang yg mungkin semua orang mengira baik seperti raganya.
Daniel naik ke lantai dua rumahnya, dan dia melihat Sejeong yg sedang duduk termenung dengan secangkir teh ditangannya.
"Kau sudah bangun?" sapa Daniel lalu berjalan menghampiri Sejeong.
Sejeong yg mengenali suara Daniel pun langsung menoleh dan tersenyum "Sudah, kau darimana Niel?" tanya Sejeong ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanfictionAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...