Sore ini Daniel sedang duduk di balkon apartemennya, dia terus menatap langit dan mulai memejamkan mata untuk sekedar merehatkan fikirannya.
Drrtt..
Daniel merasa handphonenya bergetar dengan cepat dia membuka passwordnya lalu seketika dia diam saat melihat notifikasi pesan masuk dari Sejeong
Kim Sejeong
Niel, kau tidak masuk kerja hari ini?
readTanpa berniat membalasnya Daniel langsung menyimpan handphonenya kembali kedalam saku kemeja yg dia kenakan.
"Dari siapa Niel?" tanya Irene yg sekarang menghampiri Daniel dengan membawa air putih dan vitamin ditangannya
Daniel yg menyadari keberadaan Irene langsung bergeser tempat duduk untuk berbagi dengan sahabatnya itu
"Sejeong""Chat?" Daniel mengangguk lalu mulai meminum vitamin yg dibawa Irene
"Kenapa ga dibales?" tanya Irene
"Gausah nanti dia malah nanya-nanya, udah diemin dulu aja" tutur Daniel
"Niel, kau tau sikapmu sekarang itu keterlaluan" ujar Irene hati-hati karena takut menyinggung perasaan sahabatnya itu
"Maksudmu?" tanyanya
"Kau menjalin hubungan dengan Sejeong, tapi kau terus dekat denganku, terlebih lagi kau menutupi semua masalahmu dan membiarkan Sejeong berfikir sendiri? Sadar Niel, yg kau lakukan sekarang itu salah, seharusnya kau memberitahu Sejeong yg sebenarnya. Bagaimana jika dia salah faham?" decak Irene kesal
"Ren, aku menutupinya karena aku tidak mau Sejeong khawatir, dan sekarang Jaehwan hyung menyuruhku menjauhinya, karena dia juga khawatir akan masa depan Sejeong nantinya. Lalu menurutmu apa aku harus memberitahunya sekarang?" jawab Daniel dengan sedikit emosi
"Ya tapi caramu tetap salah, kau fikir dengan diam seperti ini Sejeong dapat mengerti? Niel, kau tau Sejeong membutuhkanmu, dan jika Sejeong tau kau seperti ini aku yakin dia akan meninggalkanmu, karena sikapmu sekarang membuktikan kalau kau hanya mencintai Sejeong untuk dirimu sendiri!" jelas Irene lalu berdiri dan berniat meninggalkan Daniel
Tapi langkahnya terhenti saat Daniel meraih jemarinya dan menyuruhnya kembali duduk "Duduklah, aku tidak mau berdebat denganmu"
Irene menghembuskan nafasnya kasar, dia kesal akan pemikiran Daniel tapi dia juga sadar Daniel sangat membutuhkan dukungan sekarang bukan tekanan seperti yg dia lakukan tadi. Tanpa ragu Irene mengusap punggung tangan Daniel dan menepuk-nepuk bahunya pelan.
"Maaf Niel, aku tau tadi itu keterlaluan. Tapi untuk masalah Sejeong tolong fikirkan lagi, karena sepintar-pintarnya kau menutupi masalahmu, pada akhirnya Sejeong juga akan mengetahuinya" pinta Irene dan dia mendapati Daniel tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari senja yg hampir hilang.
"Ren, apa menurutmu aku harus meninggalkan Sejeong?" tanya Daniel lalu menengadahkan kepalanya menahan tangis.
"Aku tidak bisa melihatnya berjuang sendiri seperti sekarang. Lagipula aku tidak pantas ada disampingnya" lirih Daniel, dia tidak menyadari air mata sudah terbendung dan hanya dengan menunduk saja air itu akan mengalir melewati wajahnya
Irene yg melihat Daniel seperti ini, menjadi ragu untuk memberi saran pada sahabatnya, dia tau bagaimana beratnya Daniel berjuang, dan dia juga tau bagaimana tulusnya Sejeong menanti perjuangan.
"Niel, coba fikirkan lagi. Jangan karena egomu saat ini kau jadi berfikiran seperti itu" ujar Irene menenangkan
"Kau harus melihat bagaimana sabarnya Sejeong menunggu, bahkan dia sampai mengirim pesan untukmu hari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanficAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...