Chapter 38

821 113 1
                                    

***

Daniel hanya diam sambil sesekali meringis melihat luka ditangannya, dia baru menyadari kalau tangannya berdarah daritadi. Sejeong yg melihat itu langsung melajukan mobil dengan cepat membuat Daniel berpegangan erat.

"Je, kau kenapa? Ini bukan ajang balapan. Je hati-hati" ujar Daniel. Tapi tidak didengar oleh Sejeong, dia terus melaju dengan kecepatan yg mungkin diatas rata-rata seseorang mengemudi, setelah cukup lama dia memarkirkan mobil Daniel dibahu jalan lalu keluar dari mobil, membuat Daniel terus melihat kearahnya.

Daniel melihat Sejeong masuk ke apotik disebrang jalan. Entah kenapa melihat perlakuan Sejeong itu, Daniel merasa cukup tenang dibanding tadi. Dia terus melihat Sejeong, tidak cukup lama Sejeong kembali dengan beberapa obat luar untuknya. Sejeong mengambil kapas lalu membasahinya dengan alkohol untuk membersihkan luka Daniel dulu. Saat akan membersihkannya, Daniel menjauhkan tangannya karena takut dengan apa yg akan dilakukan Sejeong.

"Niel, aku mau membersihkan lukamu. Sini" ujar Sejeong menarik tangan Daniel.
"Kau tau, lukaku akan perih kalau kau membersihkannya dengan itu" tolak Daniel.

"Niel, kau mau infeksi? Sini kau pegangan saja. Aku tau kau kuat, diam jangan bergerak" ujar Sejeong lalu menarik tangan Daniel yg luka, Sejeong mulai mengusapnya dengan alkohol tadi, membuat Daniel meringis kesakitan lalu secara tidak sadar dia menelungkupkan wajahnya pada bahu Sejeong, dia tidak mau melihat lukanya.

Saat Daniel seperti sekarang, Sejeong dengan cepat membersihkan luka Daniel lalu memberikannya obat merah dan memasang perban pada tangannya. "Sudah beres." ujar Sejeong, namun Daniel tetap pada posisinya tadi, dia tidak mengangkat kepalanya dari bahu Sejeong.

"Niel.. Aku sudah mengobati lukamu. Niel" tutur Sejeong sambil menggoyangkan tubuh Daniel, karena Daniel tidak duduk dengan benar akhirnya Sejeong menjauh dan sekarang terlihat kalau Daniel daritadi tertidur saat diobati. Sejeong tersenyum melihat kelakuan laki-laki disampingnya ini, karena takut melihat lukanya sendiri dia sampai tertidur.

Setelah dirasa cukup selesai mengobati luka Daniel, Sejeong melajukan mobilnya lagi untuk membawa Daniel kesuatu tempat yg mungkin bisa membuatnya tenang.

Saat sedang menyetir, Sejeong mendengar Daniel menggertakan giginya dan sesekali mengigau menyebut semua nama anggota keluarganya atau menyebut ramyeon yg dia suka, membuat Sejeong sesekali tertawa. Tapi ada hal yg membuat Sejeong tertegun, saat Daniel mengigau laki-laki itu meminta maaf padanya. Sejeong tidak tau apa hal yg menggangu Daniel sampai dia terus menyebut namanya dan meminta maaf sejak tadi.

Sejeong berniat membangunkannya, tapi dia melihat Daniel yg tertidur pulas dan hal itu yg membuatnya mengurungkan niatnya. Sejeong berhenti disebuah rumah berpagar coklat, dia melepas seatbeltnya dan seatbelt Daniel. Dia turun terlebih dulu, untuk memapah Daniel masuk kedalam rumah tersebut.

Dengan tenaga yg cukup kuat, dia memapah Daniel yg sedang tertidur lalu masuk kedalam rumah, saat sudah masuk dan akan menidurkan Daniel dia sudah tidak cukup kuat lagi sampai-sampai dia dan Daniel terjatuh dan sekarang Daniel dan dia terbaring dengan tangan yg masih menggantung dileher Sejeong dan berhadap-hadapan. Laki-laki tersebut masih tertidur saking lelahnya, sedangkan Sejeong langsung berdiri dan meninggalkan Daniel yg sedang tertidur di matras.

***

Wangi ramyeon menyeruak keseluruh ruangan, membuat laki-laki yg sedang tertidur itu mengerjapkan matanya dan bangun dari tidurnya. Dia melihat keseluruh ruangan, Dimana ini? tanyanya. saat dia sedang memikirkan hal-hal aneh yg mungkin terjadi padanya, dia mendengar suara dari arah dapur dimana wangi ramyeon tadi berasal.

Daniel pun bangun, dan pergi kearah suara yg dia dengar tadi. Saat diambang pintu, dia melihat perempuan yg tidak asing baginya sedang memasak ramyeon. Daniel pun menghampirinya dan duduk di kursi pantry.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Daniel tiba-tiba membuat Sejeong terkejut dan tidak sengaja melukai jarinya.
"Aww.." ringisnya. Daniel yg melihat Sejeong terluka langsung menghampiri perempuan itu dan menghisap darah di jari Sejeong. "Kau seperti vampire Niel, apa kau menyukai darahku?" tanya Sejeong sambil tertawa. "Ahh, aku tidak membangunkanmu, karena tadi aku lihat kau tertidur sangat pulas".

Daniel menatap perempuan ini tajam. "Jangan bercanda, kau sedang terluka sekarang. Dan apa disini ada kotak P3K?" tanya Daniel khawatir. Sejeong hanya tersenyum, lalu mencuci lukanya "Sudahlah ini hanya luka kecil. Harusnya kau mengkhawatirkan lukamu" ujar Sejeong lalu membuka laci yg ada diruangan disamping dapur, dan memasang plester ditangannya.

"Maaf, karena aku tanganmu jadi terluka" ujar Daniel sambil mengelus jari Sejeong yg sudah tertutup plester. "Ah, tidak ini salahku, sekarang duduklah aku memasak ramyeon untukmu" pinta Sejeong, lalu mengangkat mangkuk berisi ramyeon yg dibuatnya dan menyajikannya di depan Daniel.

"Aku tidak tau ini seleramu atau bukan, tapi aku memasaknya sesuai dengan yg kau mau saat kau mengigau tadi" ujar Sejeong lalu duduk di depan laki-laki ini.

Daniel melongo, dia malu karena mungkin tadi dia mengigau aneh dan semuanya terdengar oleh Sejeong. "Ah, tidak salahnya aku mencoba ramyeon buatanmu. Dan sekarang, kita ada dimana?" ujar Daniel sambil terus memperhatikan rumah ini.

"Aku membawamu ke rumah ayahku. Dulu, saat ayahku sakit dia tinggal disini sendiri. Dan sekarang aku selalu datang kesini setiap akhir pekan untuk merawat rumah peninggalan ayah" tutur Sejeong dengan tatapan sendu. "Ahh, sudahlah ayo makan"

Daniel pun mengangguk lalu mulai mencoba ramyeon yg dibuat oleh Sejeong. Namun, saat dia akan mengambil sumpit didepannya, tangann kanannya diperban dan itu cukup membuatnya kesulitan untuk memakan ramyeon. Sejeong yg melihat itu, langsung mengambilkannya untuk Daniel dan menyuapi laki-laki di depannya ini. Daniel sempat tertegun, saat Sejeong memintanya untuk membuka mulutnya dan mau untuk dia suapi.

"Ayo, Niel. Kau harus makan siang. Aku tau tanganmu susah untuk mengambil ini kan? Jadi sekarang duduk yg manis, Chodingie" pinta Sejeong lalu mendekatkan sumpit itu pada mulut Daniel. Daniel pun menerima ramyeon itu.
"Wow, aku belum pernah memakan ramyeon yg enak seperti ini" ujar Daniel sambil terus makan, sedangkan Sejeong daritadi hanya melihat laki-laki ini makan. "Ah, kenapa kau tidak makan? Kau harus mencoba ini" tanya Daniel.

"Aku sudah kenyang" jawab Sejeong tersenyum, namun sekarang Daniel malah mengambil sumpit ditangan Sejeong lalu dengan sedikit kesulitan dia mengambil ramyeon untuk dimakan oleh Sejeong. "Ayo, kau harus makan. Aaaaa" pinta Daniel pada Sejeong.

Sejeong pun membuka mulutnya lalu memakan ramyeon yg ditawarkan Daniel. "Bagaimana enak bukan? Ah Eomma aku ingin setiap hari memakan ramyeon ini" rengek Daniel seperti anak kecil, membuat siapapun tertawa melihatnya termasuk Sejeong.

Setelah cukup lama Daniel menghabiskan ramyeon yg dibuat oleh Sejeong. "Aku kenyang. Sekarang, apa yg akan kita lakukan? Tidak mungkin kan kita kembali ke kantor? Sekarang sudah jam 2 dan aku sangat malas kalau harus ke kantor lagi." tutur Daniel.

Sejeong berdiri dan merapikan mangkuk bekas Daniel. "Apa kau mau jalan-jalan Niel?" tanya Sejeong yg masih berkutat dengan pekerjaannya di dapur.

"Aniyo, aku ingin pulang ke rumah. Tapi kau harus ikut denganku, dan sekarang aku yg menyetir." ujar Daniel, lalu pergi meninggalkan Sejeong. "Aku tunggu di mobil" teriak Daniel, lalu hanya dijawab senyuman oleh Sejeong.

Kelakuanmu memang seperti anak kecil Niel. tutur Sejeong dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Garing yaa? Mian, author belum terinspirasi lagi.. Jangan bosen buat baca Niel sama Jeje ya..

Gomawo❤❤

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang