Chapter 18

987 131 3
                                    

"Kalau begitu aku ingin kau mengantarku ke tempat ayah" tutur Sejeong.

Daniel pun membukakan pintu untuk Sejeong, lalu dengan cepat dia berlari dan duduk disamping kemudi, dia sangat bersemangat untuk mengantar Sejeong.

"Niel, sebelum bertemu ayahku. Aku ingin pergi untuk membeli bunga dulu, ayahku sangat suka bunga" tuturnya

"Oke, oke. Ayahku juga sangat suka bunga, bahkan dia sampai tau arti dari bunga-bunga yg dibelinya. Apa ayahmu seperti itu juga?" tanya Daniel lalu tersenyum pada Sejeong, namun sekarang Sejeong sedang menunduk dan terisak entah apa yg dia rasakan sekarang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Daniel.
"Aku baik-baik saja, Niel apa pernah ayahmu menyakiti keluargamu?" ucap Sejeong dibalik isakannya. Daniel yg sedang mengemudi hanya bisa mendengarkan setiap pertanyaan yg diucapkan Sejeong tanpa bisa melihatnya.

"Setau aku, ayah belum pernah menyakiti keluarganya. Buktinya, aku dan keluargaku bisa seperti sekarang itu karena usaha Ayah" tutur Daniel menjelaskan. Tapi setelah dia mengatakan itu, Daniel mendengar isakan Sejeong yg semakin keras, dia pun memutuskan untuk berhenti di bahu jalan.

"Kau kenapa? Kenapa menangis, apa kau ada masalah dengan ayahmu?" tanya Daniel, tapi Sejeong malah semakin menangis. "Kau bisa cerita padaku, apa kau merasa sakit sekarang?" tanya Daniel lagi. Sejeong pun mengusap air matanya pelan lalu dia menatap Daniel.

"Tidak apa-apa, aku hanya senang masih ada orang yg beruntung sepertimu. Apa kau bisa cepat mengantarku bertemu ayah sebelum Mira pulang?" tuturnya dan sekarang dia menunjukkan senyumnya.

"Apa kau benar-benar tidak mau cerita? Aku siap mendengarkanmu" tutur Daniel tapi tidak dijawab oleh Sejeong, akhirnya dia kembali menyalakan mesin mobil dan pergi ke tempat ayahnya Sejeong.

Sesampainya di tempat yg ditunjukkan oleh Daniel, dia heran kenapa Sejeong membawanya kesini, Apa jangan-jangan..... Sejeong turun dari mobil dengan sebucket bunga yg telah dibelinya, dia terus berjalan dengan diikuti Daniel dibelakangnya.

Dugaan Daniel benar, ayah Sejeong telah meninggal. Pantas saja saat tadi di mobil membahas ayah mereka Sejeong menangis.

"Appa, aku datang. Maaf aku tidak membawa ibu dan Oppa, karena mereka mungkin belum bisa memaafkanmu. Tapi tidak apa, aku akan selalu menjengukmu" ujar Sejeong sambil kembali terisak dan menyimpan bunga yg telah dibelinya di atas nisan ayahnya.

"Kau tau, aku selalu ingin bercerita padamu tentang masalah yg aku hadapi, namun Ibu selalu melarangku, jadi Mianhae Appa, mungkin kedepannya aku bisa menjengukmu setiap hari"
"Apa kau tenang disana? Aku sudah memaafkanmu, dan jangan khawatir aku tau Ibu dan Oppa juga sudah memaafkanmu. Jadi bahagialah disana, kami pun akan bahagia disini dan akan terus mengingatmu." ujar Sejeong, dia menangis sekarang air matanya mengalir, dia sangat sakit jika harus mengingat kenangannya bersama sang ayah, meskipun menyakitkan tapi masih ada hal-hal kecil yg Sejeong tau bahwa ayahnya sangat menyayangi keluarga.

Daniel yg melihat perempuan ini menangis juga merasa iba terhadapnya, Daniel mendekati Sejeong lalu dia merangkul perempuan itu, Sejeong semakin menangis.
"Kau tau appa. aku merindukanmu, maaf dulu aku tidak menemani saat kau berjuang melawan penyakitmu itu, Mianhae appa, mianhae. " Sejeong terus meminta maaf pada ayahnya yg sudah terbujur kaku dibawah sana.

"Sudahlah, kau jangan menangis. Apa yg akan kau katakan pada Mira kalau dia melihat matamu sembab seperti ini?" ujar Daniel.

Sejeong mendongakkan kepalanya pada Daniel, dia melihat laki-laki itu tersenyum padanya.
"Jangan menangis, cantikmu hilang"
"Kau tau, aku pun pernah merasa sedih saat ditinggalkan oleh Kakek dulu, aku merasa bersalah karena tidak bisa melihat dia berjuang melawan penyakitnya, sama sepertimu yg tidak bisa menemani ayahmu"
"Sekarang, ayahmu bahagia disana. Dia tidak ingin melihatmu menangis seperti ini, jadi tersenyumlah karena tangisanmu hanya akan memberatkan ayahmu disana" tutur Daniel.

Mendengar semua perkataan Daniel, Sejeong malah semakin menangis dia benar-benar sakit sekarang.
"Mianhae appa, aku dulu tidak menurut padamu, aku belum memperbaiki resumeku, dan sekarang aku hanya bekerja part time di supermarket, dan menjadi guru privat muridku dulu. Kau tau appa, aku sangat kesulitan mencari uang untuk membantu Eomma dan Oppa. Aku tidak tau apa yg harus aku lakukan sekarang, terlebih lagi aku tidak bisa meminta saranmu seperti dulu." ujar Sejeong lagi dan dia kembali menangis lalu berjongkok di samping nisan ayahnya, dengan menundukkan dan menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya itu.

Daniel yg melihat itu kemudian ikut berjongkok disamping Sejeong, dia menyenderkan kepala perempuan ini pada bahunya yg lebar itu, dia ingin Sejeong berhenti menangis.

"Mianhae, ahjussi. karena aku anakmu tidak dapat bekerja tetap lagi, tapi terlepas dari semuanya, kau harus tau anakmu ini selalu melakukan yg terbaik dengan semua kemampuan yg dia punya. Aku berjanji akan menjaga anakmu Ahjussi. Aku akan membantunya memperbaiki resume dan mendapatkan pekerjaan yg tetap dan membuatmu tenang disana."
"Dan satu hal yg ingin aku beritahu pada Ahjussi, kalau aku menyayangi anakmu. Aku akan menyayangi dan menjaganya seperti aku menjaga keluargaku" Ucap Daniel.

Sejeong yg sedang menangis, kembali terisak dengan perkataan Daniel, kenapa laki-laki itu harus mengatakan itu disaat seperti ini.

"Aku tidak tau apa yg telah kau lakukan pada keluargamu, sampai anakmu ini benar-benar merasakan sakit sekarang. Tapi, aku akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yg sama sepertimu, aku akan menjaga anakmu dan tidak akan menbuatnya menangis dan merasakan sakit seperti sekarang. Kamsahamnida Ahjussi, karena dengan melihatmu seperti sekarang, jadi aku bisa belajar dari kesalahan-kesalahanmu. Tenanglah disana, tidak perlu menyesali semua perbuatanmu dulu, anggaplah aku sebagai bayaran atas semua penyesalanmu." tutur Daniel.

Sejeong menangis, dia benar-benar tidak menyangka kalau Daniel akan mengatakan semuanya disini. Dia mengangkat kepalanya dan dengan mata yg sembab itu, dia memberanikan diri menatap laki-laki disampingnya ini. Daniel tersenyum lalu menarik Sejeong untuk kembali bersender di bahunya, tapi Sejeong tidak mau dia langsung berdiri.

"A.. pa kau bisa berdiri, Niel?" tanya Sejeong. Daniel yg mendengar itu langsung berdiri dan melihat Sejeong dengan mata yg membesar karena sembab dan wajah yg memerah, Daniel bingung ada apa sebenarnya dengan ayahnya dulu.

Setelah merasa Daniel berdiri dengan tegap, Sejeong mendekatinya lalu memeluk Daniel erat, dia benar-benar nyaman bisa mengenal Daniel, semua rasa sakitnya seakan hilang saat dia dengan Daniel. Meskipun mereka baru saling mengenal, namun jauh dari hatinya mereka sudah mengenal sangat lama sebelum mereka bertemu.

Daniel diam mematung, dia merasakan isakan Sejeong yg kuat pada dadanya. Daniel pun membalas pelukan itu, dia mengelus rambut Sejeong pelan.
"Berhentilah menangis, kau tau kau sangat jelek saat menangis." goda Daniel dia ingin melihat Sejeong kesal lalu memarahinya, tapi tidak sekarang, yg dia terima hanya isakan Sejeong yg terus menguat saat dia berbicara.

"Gomawo, Daniel-ssi" ucap Sejeong pelan. Daniel pun tersenyum mendengar itu semua, dia melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Sejeong.

"Berhentilah menangis, sekarang kita akan menjemput Mira. Apa yg harus aku lakukan kalau Mira melihat Eommanya menangis? Sudah ya, aku dan Mira akan mengajakmu ke suatu tempat yg sering kami datangi" ujar Daniel sambil mengusap air mata Sejeong.

Sejeong mengangguk, lalu mereka berpamitan pada ayah Sejeong, dan memasuki mobil untuk menjemput Mira.

Mianhae, Sejeong.. Appa, hanya menyakitimu selama ini. -ucap Ayah Sejeong dibalik penyesalannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Annyeong👋

Uhhh akhirnya full fokusnya Daniel Sejeong, tapi kenapa ada yg potek yaa😭

Jangan lupa Vote+Commentnya

Gomawo❤

"If it was you" [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang