***
Jam menunjukkan pukul 05.00 sore dan sekarang waktunya Sejeong untuk bersiap-siap pulang, tapi saat sedang membereskan tasnya dan mengenakan mantelnya, Chaeyeon datang dengan beberapa file ditangannya."Je, kau jangan dulu pulang. Daniel-ssi menyuruh kita memeriksa laporan keuangan ini karena dia bilang catatannya tidak sesuai dengan bukti fisiknya, dan dia mau kita tidak pulang sebelum ini sesuai" ujar Chaeyeon membuat Sejeong menghela nafas kasar dan meletakkan mantelnya kembali. "Ini kan laporan tahun lalu, kenapa kita yg harus memeriksanya?" tanya Sejeong heran karena disana tercatat bahwa akuntan yg mencatat dan membuat laporannya adalah Pak Lee. "Aku tidak tau, sudahlah ayo kita periksa" ajak Chaeyeon dia berusaha membuat Sejeong mau membantunya. "Ah ya sudah" ujar Sejeong lalu kembali duduk di kursi kerjanya.
Sedangkan diruangan lain Daniel terlihat sangat gugup dengan Ong, entah kenapa dia merasa sangat tegang sekarang dan hal itu membuat Ong tertawa sangat keras. "Apa kau segugup ini?" tanya Ong, Daniel hanya mendelik sebal karena sahabatnya ini malah meledeknya. "Ah aku tidak tau harus berbuat apa nanti" ujar Daniel lalu merebahkan badannya di kursi. "Kau tidak harus melakukan apa-apa. Cukup tenang saja Niel, karena hal seperti ini biasanya terjadi spontanitas." ujar Ong lalu mengelus bahu Daniel membuat adiknya ini sedikit tenang.
"Apa kau sudah memberitahu kakaknya?" tanya Ong memastikan karena dia tau Daniel akan menjadi pelupa saat gugup seperti sekarang. "Ahh jihoon dan woojin yg mengaturnya" terang Daniel "Hyung, bangunkan aku nanti" Daniel memejamkan matanya, dia berfikir bahwa dengan tidur dia bisa menghilangkan rasa gugupnya. "Kapan?" tanya Ong. "Saat Sejeong dan Chaeyeon selesai memeriksa laporan" ujar Daniel yg sekarang berhasil menuju alam mimpi dan meninggalkan Ong sendiri.
***
Sudah 2 jam Sejeong dan Chaeyeon memeriksa dan menghitung ulang laporan keuangan yg sangat tebal ini. Mereka berdua merasa tangannya sangat pegal karena tidak berhenti berkutat dengan bolpoin, komputer, dan kalkulator.
"Ahh selesai" ujar Sejeong senang lalu dia merentangkan kedua tangannya dan memijat-mijat pundaknya yg terasa pegal. Sedangkan Chaeyeon sedang merapikan file dan memasukkan kembali kedalam map. "Ayo kita pulang" ajak Sejeong "Je, antar aku menyimpannya ke ruang Daniel-ssi" ajak Chaeyeon yg sekarang sudah siap dengan tasnya dan memegang file keuangan tadi. Sejeong yg mengira Daniel sudah pulang daritadi pun langsung menarik tangan Chaeyeon untuk pergi keruangan Daniel.
Saat pintu terbuka, Sejeong dan Chaeyeon kaget melihat dua laki-laki sedang tertidur sangat pulas. Sejeong pun mendekatkan langkahnya pada dua laki-laki ini sedangkan Chaeyeon menyimpan file dimeja Daniel. "Apa kita harus membangunkannya?" bisik Chaeyeon sangat pelan. Sejeong mengangguk "Iya, mereka harus pulang" akhirnya Sejeong membangunkan Daniel sementara Chaeyeon membangukan Ong.
"Niel, ayo pulang" ajak Sejeong sambil menepuk-nepuk pipi Daniel pelan. "Je, Seongwoo-ssi tidak bangun" ujar Chaeyeon. "Coba lagi" ujar Sejeong akhirnya Chaeyeon memutuskan untuk mencubit hidung Ong membuat laki-laji itu langsung bangun karena sesak. Chaeyeon merasa bersalah dia langsung mundur dan menundukkan kepalanya, sementara Ong sangat kaget dan langsung menggoyangkan tubuh Daniel dengan kencang membuat Daniel terbangun.
"Ah Hyung kenapa kau membangunkanku?" ujar Daniel yg terus mengucek matanya dan belum menyadari kehadiran Sejeong dan Chaeyeon, saat penglihatannya jelas Daniel terlonjak kaget dia langsung melihat jam lalu mengambil kunci mobil dan menarik Sejeong meninggalkan ruangan. Sementara Sejeong hanya bisa diam, dan saat dia melihat kebelakang dia melihat Ong dan Chaeyeon mengikutinya dan Daniel. "Niel, kenapa kau buru-buru?" tanya Sejeong namun Daniel tidak menjawab apapun sampai dia melajukan mobilnya menuju rumah.
Sejeong dan Daniel tidak mengobrol sama sekali selama di mobil, Daniel hanya fokus menyetir sedangkan Sejeong memainkan handphonenya. Dan sekarang mereka sampai di halaman rumah, tapi Daniel tetap tidak bergeming dan dia turun meninggalkan Sejeong. Saat turun dia melihat 3 orang pria menawan Daniel dengan pistol dan 2 orang pria menutup mata dan membekap mulutnya, Sejeong tidak bisa berfikir lagi sekarang, dia ingin berteriak tapi mulutnya dibekap dan sekarang dia hanya mendengar suara tembakan dan hal itu yg membuat fikirannya sangat kalut.
"Niel, Kang Daniel, kau dimana?" teriak Sejeong dibalik isakannya, ya dia merasa sangat khawatir saat mendengar suara tembakan tadi. "Kalian siapa? Apa yg kalian mau dari Daniel?" teriak Sejeong lagi dia semakin terisak, dia tidak ingin ada hal buruk terjadi pada Daniel. Sejeong merasa sekarang dia dituntun oleh dua penjahat itu mungkin untuk menuju suatu ruangan dan menawannya.
Kedua penjahat itu berhenti menuntun Sejeong tepat di depan pintu kamar Somi, Sejeong benar-benar kesal dia tidak tau harus berbuat apa akhirnya dia mencoba lari namun tangannya dicekal oleh kedua penjahat bertopeng ini. "Dimana Kang Daniel?" teriak Sejeong sambil terus berontak. "Kenapa kau menangis hah? Apa kau khawatir?" tanya penjahat itu membuat Sejeong sangat kesal. "Sekali lagi dimana Kang Daniel?" ulang Sejeong. "Diamlah! Daniel ada di dalam" ujar salah satu penjahat itu lagi. Akhirnya tanpa berfikir panjang Sejeong membuka pintu kamar dan dia sangat terkejut saat melihat ada sesuatu yg tertata rapi disana, bahkan tidak menunjukkan sesuatu yg ditawan.
Sejeong melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, namun baru beberapa langkah dia merasa ada yg memeluknya dari belakang, dan dari wanginya Sejeong tau kalau itu laki-laki yg dia khawatirkan. "Kau menangis? Kau mengkhawatirkanku?" tanyanya lirih dan Sejeong bisa merasakan kalau Daniel menyimpan dagunya di pucuk kepala Sejeong. "Apa semua ini rencanamu?" tanya Sejeong kembali menangis dia kesal saat dia merasa khawatir tapi Daniel malah melakukan ini. Daniel yg merasa Sejeong menangis lagi langsung membalikkan tubuh Sejeong dan memeluknya erat.
"Maaf aku membuatmu khawatir" ujar Daniel terus mengelus lembut kepala Sejeong. "Aa-aapa kau tau aku sangat khawatir saat kau ditawan pistol tadi?" ujar Sejeong dengan suara yg cukup bergetar karena tangisannya. Daniel mengangguk dan tersenyum "Aku tau kekhawatiranmu, berhentilah menangis aku menyiapkan ini semua bukan untuk kau tangisi" ujar Daniel, Sejeong melepas pelukan Daniel lalu melihat kembali kearah tempat tidur. "Kenapa kau harus melakukan ini?" tanya Sejeong dengan mata yg sembab membuat Daniel tertawa.
Daniel menggenggam kedua tangan Sejeong erat "Aku melakukan ini karena aku mau membuka lembaran baru denganmu Je, mulai sekarang aku akan menutup lembaran lama dan memulai lembaran baru bersamamu. Apa kau mau memulainya dari awal denganku?" tanya Daniel dengan tatapan yg sangat hangat bagi Sejeong dan hal itu yg membuat Sejeong kembali menangis. Daniel kembali menarik Sejeong kedalam pelukannya "Menangislah, kali ini aku tidak akan melarangmu, setidaknya ini tangisan terakhir yg aku lihat, jadi jangan pernah menangis didepanku lagi" Sejeong yg mendengar itu hanya bisa terisak, dia sangat senang hari ini tapi dia juga merasa takut akan kemungkinan yg terus dia fikirkan selama ini. "Kau belum menjawabnya Je" ujar Daniel sambil terus mengelus punggung Sejeong lembut.
Sejeong mendongakkan kepalanya membuat pucuk kepalanya terbentur dengan dagu Daniel "Ah Mianhae" ujar Sejeong kaget lalu mengelus dagu Daniel, Daniel hanya bisa tersenyum melihat Sejeong yg benar-benar mengkhawatirkannya. "Lalu apa jawabanmu Kim Sejeong?" tanya Daniel lagi, Sejeong tersenyum sangat manis "Aku mau memulai semuanya dari awal denganmu, tapi aku minta jangan pernah merusak kepercayaanku padamu Niel, dan kau harus selalu ingat kalau privasimu juga privasiku begitupun sebaliknya."
Daniel mengangguk faham, dan tepat hari ini mereka berdua benar-benar melewati hari yg berbeda dari biasanya, dimana mereka berdua memutuskan untuk memulai cerita dari lembaran pertama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Asikk Daniel sama Sejeong official nihh yeorobun. Kira-kira gimana ya hari-hari mereka nanti?Jangan lupa vote+comment Gomawo ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
"If it was you" [Kang Daniel]
FanficAku tak akan pernah menahanmu. Jika bukan lagi denganku kamu senang berbincang. Sebab akan terasa menyakitkan - untukku dan untukmu. Jika harus terpaksa bertahan pada hubungan yang sudah tak lagi seperti yang kamu ingini. Bukankah kita selalu berkat...