15

7.4K 1K 107
                                    

Sider banyak = tidak lanjut lagi.
Vote 35+ for next setiap chap ✨

🌚♥





"Woojin,"

Lelaki berambut cokelat kemerahan itu menoleh ke arah suara lembut yang memanggilnya.

"Iya Chaeyoung?"

Guratan merah tipis di pipi gadis itu mulai muncul. Langkahnya yang pelan mulai mendekati Woojin yang tengah membereskan bukunya untuk pulang.

"I-itu Woojin, apa-"

"Woojin,"

Ucapan Chaeyoung terpotong karena panggilan gadis berkulit pucat yang baru saja masuk kedalam kelas.

"Ah Raegun, aku sudah menunggumu dari tadi ..." rengek Woojin.

"Maaf, toilet saat pulang sekolah terkadang memang suka penuh,"

Raegun berlari-lari kecil ketempat duduknya, ia pun mengambil tasnya yang sudah rapi untuk dibawa ke loker itu. Woojin tersenyum melihat gerak-gerik Raegun sedari tadi, dan ia pun segera tersadar saat Chaeyoung masih berada disampingnya.

"Ah! Chaeyoung, tadi kau mau bilang apa?"

Chaeyoung menggeleng cepat,
"Ah, ti-tidak jadi ... a-aku akan pulang juga," Ucap gadis itu gugup.

Raegun sudah berada disampingnya, dan lelaki bergingsul itu tersenyum.

"Baiklah, kami duluan Chaeyoung, daah~"

Raegun tersenyum manis pada Chaeyoung, tangan Woojin pun langsung merangkul bahu gadis itu. Mengiringi jalan mereka untuk keluar kelas.

Merasa langkah kaki kedua pasangan itu mulai menjauh, senyum Chaeyoung berganti menjadi isakan kecil yang keluar dari bibir tipisnya.

"Hsk ... Woojin,"

Chaeyoung menyentuh dadanya yang terasa sesak itu. Ia terlambat sudah mendapati Woojin yang ternyata telah mencintai gadis lain, dan parahnya gadis itu adalah musuhnya, juga gadis paling dianggap rendah di sekolah ini.

Air mata masih terus mengalir dikedua pipinya. Isakan pun masih terus saja keluar dari bibir mungilnya, sampai ketika ia melihat sebuah silet kecil diatas meja guru, itu langsung  memberhentikan keduanya.

Chaeyoung mendekati silet itu lalu mengambilnya. Ia lihat lagi silet itu dengan seksama. Iris cokelat miliknya menjadi sendu.

Pikirannya kalut, ia lelah dengan semua rasa sakit hatinya, rasa lelah hidup dikeluarga mewahnya, dan ingin rasanya, ia mengakhiri hidupnya untuk sebentar lagi.




Zrasshh!!


***

"Raegun, kita mampir di kedai itu dulu mau?" Tanya Woojin sambil mengendarai mobilnya.

Lebih tepatnya mobil hasil taruhan bersama Justin, dan jadi mobil itu sering dipakai mereka berdua untuk pergi ataupun sekolah.

"Baiklah," Jawab Raegun dan tersenyum.

Raegun menyamankan posisi duduknya, lalu ia menoleh ke arah kaca jendela, melihat bagaimana pemandangan jalanan Busan yang ia lalui ini begitu sepi dan juga indah asri.

Help ✖ Guanlin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang