41

4.9K 597 39
                                    


Note : CHAPTER DEPAN TAMAT, bakal aku next kalo udah vote 70. Terimakasih, salam sesama wannable ❤




🌚♥






"Semenjak kedatangan'nya' .. kami semua bangkit ..."

"Dan semenjak kedatangan'nya' kami semua ditidurkan ..."

"Dan sekarang ... kami semua kembali bangkit ..."

"Dan kami bangkit untuk membalaskan dendam kami ..."

"Terutama padamu ..."

Kedua kelopak mata itu terbuka dengan paksa hingga mata hitam yang menjadi sedikit merah karena tidurnya terganggu akibat mimpi buruk tersebut. Tubuh Raegun sudah penuh keringat, dan ia melirik jam yang menunjukkan pukul 6 pagi.

"Kenapa ... Kenapa kata-kata itu terngiang lagi setelah sekian lama?"

Rambut hitamnya ia acak sebentar lalu tangannya beralih ke wajahnya, mengusapnya pelan, dan akhirnya ia bangkit untuk ke toilet untuk cuci muka dan buang air.

Ketika tangannya terbuka untuk mengambil obat dibalik lemari kecil di atas wastafel, matanya sempat bertatapan dengan sosok hantu gadis berpakaian hanbok di pojok pintu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Raegun.

"Harusnya kau sadar, mimpi itu peringatan untukmu."

Sebelum sempat menjawab, hantu itu sudah terbang keluar jendela toiletnya. Raegun hanya bisa menghela napas pasrah dan menatap cermin didepannya dalam diam.

Selama ini ia juga merasa bahwa ada yang aneh dengan segala peniduran yang ia lakukan, apa akan terus berjalan seperti itu, atau berhenti di finalnya?

Selesai membasuh tubuhnya selama beberapa menit, ia pun keluar untuk berjalan menuju kamarnya, namun ketika ia melewati ruang tamu, Ibunya sedang duduk di atas sofa dengan koper disampingnya, yang tentu membuat Raegun bertanya-tanya.

"Ibu, ingin kemana?"

Taera menyuruh Raegun untuk mendekatinya, "Ibu lupa bilang, ibu disuruh pindah kerja selama seminggu di Seoul, kau baik-baik disini sendirian,"

Raegun cemberut, "Ibu tidak mengajakku? Bukankah kau ingin bertemu menantumu? Aku bisa mengantarkannya,"

Taera tertawa pelan, "Siapa? Chimin? V? Jihoonie? Baejin? Atau si Kuanleen?"

Raegun ikut tertawa, "Aku bercanda, hati-hati, jangan lupa oleh-olehnya."

Taera sudah dijemput oleh mobil milik temannya, Raegun juga tidak bisa mengantar Ibunya untuk ke bandara karena ia juga akan pergi sekolah setelah ini. Akhirnya ia hanya mampu untuk melambaikan tangan dan berdoa keselamatan Ibunya, tanpa tahu bahwa yang sebenarnya tak selamat adalah dirinya setelah ini.

***

Saat di sekolah, Raegun butuh waktu untuk menenangkan diri di atas atap, sendirian, seperti dulu. Sengaja ia ingin menjauh dari sekumpulan manusia dan hantu yang masih juga muncul di hadapannya. Raegun ingin merasakan ketenangan saat dulu ia masih belum mempunyai teman sama sekali.

Seperti sekarang ini, di atap sekolah saat jam istirahat, melihat awan mendung di atas sana membuat hatinya sejuk, untuk sebentar dia mengenyampingkan hal duniawi dan berkomunikasi dengan Tuhan dalam kesendirian.

Help ✖ Guanlin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang