➖🚨➖
[ PENENTUAN TERAKHIR AKAN DICETAK ATAU TIDAK, TERGANTUNG MINAT KALIAN. ]
RAEGUN terpaksa menunda kepergiannya lagi, ia mengatakan ada urusan kepada ayahnya yang akhirnya mengerti, Raegun sendiri juga sebenarnya lupa bilang bahwa ia akan berhenti di pekerjaannya. Guanlin menjemputnya dengan motor baru yang tentunya berbeda dari 5 tahun yang lalu, namun masih dengan rasa yang sama ketika mereka berdua berboncengan.
"Kenapa aku merasa kalau ini deja vu, ya?" Tanya Guanlin ketika mulai menjalankan motornya.
"Hanya perasaanmu saja."
Hanya butuh waktu satu jam untuk menempuh jalan raya yang sialnya macet, ketika sampai di lokasi kejadian keduanya sama-sama meringis miris. Begitu banyak darah yang berceceran bahkan terciprat dimana-mana.
Raegun juga menatap sedih pada beberapa orang yang tengah menangis keras, mungkin salah satu anak atau kerabat mereka adalah pelaku bunuh diri. Raegun tanpa sadar juga menitikkan air matanya, ternyata bukan hanya dia yang merasakan hal seperti ini.
Guanlin yang menyadari hal itu buru-buru memulai pembicaraan penting mereka. "Begini Raegun," Raegun menoleh ke arah Guanlin dan menghapus jejak air matanya. "tadi saat aku melamun, kupikir itu hanya mimpi, karena aku mendapat penglihatan tentang para siswi yang mulanya hanya berdiri di depan rel,"
Raegun membulatkan matanya tak percaya. "Kau... melihatnya?"
"Iya, namun kali ini aku heran. Selama lima tahun aku hanya bisa melihat adegan sebelum pembunuhan, bukan bunuh diri,"
"Apa jangan-jangan ini memang pembunuhan?"
"Aku tak mengerti, tapi jika itu sebuah paksaan, kenapa mereka terlihat sangat senang dan seakan-akan sudah bersiap untuk melompat?"
Raegun mengusap wajahnya kasar, ia masih belum mengerti tentang hal yang seperti ini. Raegun hanya bisa berkomunikasi dengan yang tak kasat mata, bukan berurusan dengan orang kriminal atau semacamnya.
Netra hitam cantiknya pun tak sengaja menangkap bayangan arwah berseragam yang melewatinya begitu saja. Langsung saja ia berlari mengikuti arwah yang mulai berjalan menjauh dari sana, mau tak mau Guanlin juga mengikutinya dengan tidak mengerti.
"Tunggu!"
Raegun meraih lengan sang arwah yang lantas terkejut, sama seperti Guanlin juga. "K-kau!? Kau bisa melihatku?"
"Ya, seperti yang kau rasakan sekarang, dan aku ingin kau menjelaskan sebab kalian bunuh diri-"
"Aku tidak tahu."
Arwah gadis itu menunduk, namun Sakura malah meraih kedua bahunya. "Kau belum bisa pergi ke neraka maupun surga, arwahmu belum tenang!"
"D-darimana kau tahu?"
Raegun menggeleng dan tersenyum. "Aku akan membantumu untuk bisa pergi dengan tenang, beritahu apa yang kau tahu tentang kejadian kali ini."
"A-aku bahkan tak tahu apa yang membuatku bunuh diri, aku hanya ingat terakhir ketika pulang sekolah,"
"Lalu bagaimana bisa di sakumu ada buah stroberi?" tanya Raegun, sedangkan Guanlin hanya menatap percakapan Raegun dengan heran.
"Ah, seseorang memberinya padaku, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja."
Gadis pintar keturunan Park itu makin mendesak, ia akan meneliti lebih dalam. "Apa kau sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja?"
Arwah gadis itu mendadak berwajah murung dan mengangguk. "Aku habis dibully."
KAMU SEDANG MEMBACA
Help ✖ Guanlin [ ✔ ]
Terror[ SEASON 1 COMPLETED ] [ Highest rank #1 in Horor ] [ Highest rank #10 in Horror ] ----------------------------- Kisah tentang Park Raegun, yang selalu dikucilkan dan dibully oleh satu sekolah, terutama anak sang pemilik sekolah tersebut, Lai Guanli...