42 [ END ]

8.6K 702 304
                                    

[ Play Mulmed ]

🌚♥


Hembusan angin yang tak lagi bersahabat tak membuat gadis berambut panjang itu goyah akan pertahanannya untuk menghadapi takdir yang dikatakan. Bahkan langit pun mendukung sang angin, ia berubah menjadi gelap ditambah kilat petir yang menghiasinya.

"Apa yang sedang terjadi?" Gumaman itu keluar dari bibir tipis sang kekasih, dan Raegun menatapnya datar, entah apa yang dipikirkan gadis itu.

"Kita sedang berada di dunia lain, Guanlin."

"Apa maksudmu!?" Guanlin berteriak, melawan suara angin dan petir yang menganggunya.

"Kau juga bisa lihat, disana, teman-teman kita, mereka semua menjadi tawanan para hantu dibelakangnya, hantu yang sudah pernah ditidurkan."

Guanlin mengikuti telunjuk Raegun ke arah kaca besar sekolah yang dimana para seluruh murid serta guru berada disana dengan tatapan kosong, jiwa mereka sedang dikendalikan.

"Tapi, apa maksudnya semua ini!? Kenapa bisa!?" Guanlin menggeleng tak mengerti.

Raegun tersenyum. "Ini akhirnya Guanlin. Apa kau kali ini juga ingin membantuku menyelamatkan mereka?"

"Tentu saja!"

Raegun mengulurkan tangannya pada Guanlin yang langsung saja diterima baik oleh pemuda tersebut, menggenggamnya, dan mereka berdua di tengah badai angin berjalan masuk ke dalam sekolah, mencari tahu apa yang ada di dalamnya.

Di dalam sekolah yang sepi ini, Raegun dan Guanlin, dua manusia yang selamat, melihat ke arah sekeliling mereka yang sudah berjajar rapi para murid dengan sebuah pisau di tangan mereka masing-masing.

"Woojin?"

Woojin, Jihoon, Sungwoon, Daniel, Jinyoung, Mina, dan Seulhee, mereka memimpin baris depan. Tak ada lagi senyuman atau wajah berseri-seri dari mereka, hanya pucat dan tatapan tajam penuh dendam.

Hantu Da Vinci yang sudah lama tak terlihat muncul di belakang Ini dengan seringai wajah tengkoraknya pada Raegun saat ini. Ia menjetikkan jarinya sebagai perintah kepada para murid disana.

"Bunuh mereka!"

Jantung Raegun berdetak lebih cepat, dan ia melirik Guanlin hingga kedua mata itu bertatapan.

"LARI!"

Kedua insan itu berlari menerobos para murid yang dirasuki dan tentu saja mereka berlari dengan lebih lamban dari biasanya, memudahkan Guanlin dan Raegun untuk segera bersembunyi di manapun itu.

Tepatnya di ruang musik.

"Raegun! Mereka semua kerasukan setan! Dan apa itu ... Da Vinci? Bagaimana bisa ..."

Guanlin terengah-engah dan wajahnya memerah karena kelelahan, sementara Raegun masih memutar otaknya untuk berpikir langkah selanjutnya yang ia ambil.

"Aku tidak mengerti, yang aku tahu ... Mereka semua hanya menginginkanku, namun bukan untuk langsung dibunuh, melainkan bertemu dengannya ..."

"Dengannya? Dengan siapa!?"

Raegun menggeleng pelan, ia benar-benar buntu akan hal itu, namun tidak dengan misi penyelamatan temannya terlebih dahulu.

"Guanlin, kita akan kalah jika hanya berdua. Aku ingin kau membantuku dengan cara ini,"

Raegun memberitahukan rencananya pada Guanlin dan lelakinya itu mendengar dengan seksama walau akhirnya ia kurang setuju, tapi mau bagaimana lagi.

Help ✖ Guanlin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang