26

6.2K 736 91
                                    

🌚♥


Dikediaman rumah keluarga Lai terdengar sangat ramai saat ini. Ada beberapa pemuda dan para gadis tengah berkumpul diruang tamu keluarga Lai tersebut, dan Lai bungsu ini tidak lain adalah Lai Guanlin, sang tuan rumah.

"Aku paling kesal saat Woojin selalu saja memelukku saat tidur di sampingku!" Seru Sungwoon dengan mimik wajah tidak enak dan Mina pun tertawa lebar disampingnya.

"Habisnya kadang aku suka bermimpi aneh-aneh, jadi aku harus memeluk sesuatu untuk-"

"Tetap saja seperti homo!" Tukas Sungwoon sebal.

Mereka semua yang ada didalam ruang tamu ini terus bersenda gurau sambil bercerita-cerita tentang apapun.

Karena sejak pulang sekolah tadi, Woojin mengajak untuk berkumpul bersama, dan karena Raegun pertama kali baru ikut berkumpul seperti ini, Guanlin juga untuk pertama kali menyediakan rumahnya untuk disinggahi.

Raegun tersenyum senang melihat mereka yang tengah berbahagia menceritakan pengalaman-pengalaman yang lucu itu. Tapi semakin ia terhanyut dalam kebahagiaan itu, ia juga semakin merasakan ada hawa iblis menyeramkan dari balik Daniel yang juga sedang tertawa disana.

Raegun memegang ponselnya, lalu bangkit dari duduknya, dan sorotan semua terpaku pada gadis itu.

"Ah kenapa kau bangkit Raegun?" Tanya Seulhee bingung.

"Ada panggilan masuk sebentar, aku permisi keluar," ucap Raegun dan menunduk.

Tanpa mendengar jawaban dari teman-temannya, Raegun sudah keluar dari rumah itu terlebih dahulu. Dan tanpa basa-basi, Guanlin pun juga ikut keluar, ditambah beberapa siulan dari teman-temannya.

Lai berwajah tampan itu melihat Raegun yang tengah duduk di bangku taman miliknya, tidak sedang menelpon, melainkan memejamkan matanya menikmati angin sore disana.

"Kenapa kau berbohong?"

"Eh?"

Guanlin duduk di samping gadis itu dengan santai, tatapan matanya tidak pada gadis itu yang padahal sebaliknya.

"Kau tidak suka keramaian ya?"

"Eh?"

Beberapa kali Raegun dibuat bingung oleh pertanyaan Guanlin yang tiba-tiba itu. Mata hitam redupnya memerhatikan tangan Guanlin memetik sebuah bunga dandelion yang berada disebelah bangku tamannya.

"Kau tahu, aku juga tidak suka keramaian ..." ucap Guanlin, dan untuk pertama kalinya mata mereka kali ini bertatapan. "Terkadang aku suka untuk memainkan dandelion ini, karena... aku bisa melihat adanya ketenangan saat aku meniupnya hingga berterbangan di sekelilingku ..."

Guanlin memberikan dandelion itu kepada Raegun, dan diterima dengan wajah memerah oleh gadis itu.

Sebenarnya ia keluar untuk menghindari hawa menusuk dari belakang Daniel, tapi sepertinya ia mendapatkan yang lebih baik saat ia bersama Guanlin disini.

Raegun memejamkan matanya, menutup mata indah yang menjadi perhatian Guanlin saat ini. Bibirnya yang merah tipis itu pun dengan pelan meniup dandelion tersebut hingga berterbangan di sekeliling mereka.

Mata Raegun berbinar-binar indah saat melihat pemandangan disekitarnya, dan pada saat ia ingin menatap Guanlin, suatu benda yang kenyal nan lembut sudah menempel di pipinya.

Help ✖ Guanlin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang