Geografi 18

1.3K 89 0
                                    

Sejak hari itu, tak ada lagi konflik. Satu-satunya masalah cuma... HARI INI UJIAN!

Ya selama seminggu ke depan sekolahku akan melangsungkan Ujian Akhir Semester 1. Biasanya, teman sebangku selama ujian diubah. Bukan lagi sekelas. Dicampur dengan adik atau kakak kelas. Waktu kelas sepuluh aku digabungnya sama kakak kelas. Karena sekarang kelas sebelas, jadi digabungnya dengan adik kelas.

Masalahnya... mau nanya kan gengsi. Masa kakak kelas nanya ke adik kelas? Nggak banget. Beda sama dulu. Mau nanya apa juga wajar kan sebangkunya sama yang lebih berpengalaman. Udah banyak tahu.

Tapi, sebodo amatlah. Mau adik kelas kek, hajar aja. Sayang kan, siapa tahu aja dia tahu hal-hal yang aku nggak tahu.

Kelasku dibagi dua bagian. Parahnya, tetap aja aku sekelas sama Munir, Gino. Dan aku baru tahu lagi kalau mereka nanya jawaban nggak sempat aku jawab, gila, marahnya kek beruang. Ya udah mending pura-pura budek aja!

Teman-teman sedang sibuk menghapal, tiba-tiba aku tersenyum-senyum sendiri.

"Heh, belajar lu, bukan mikirin dia terus!" Ih anjir, nggak ada kerjaan apa ya nih cewek. Udah ngagetin nggak ada sopan-sopannya.

"Ganggu kesenangan orang aja lo mah, Lis," aku ngedumel.

"Abisnya mesem-mesem sendiri."

Aku memonyongkan bibirku. Tapi kemudian aku kembali senyum-senyum. Ah, sebodo amat sama Lisa. Ini efek tadi pagi. Waktu masuk gerbang aku berpapasan dengan...dengan.. Angga!

Hei cuma berpapasan doang?

Ya enggaklah. Setelah turun dari motornya Angga berlari kecil ke arahku. Kami jalan berbarengan. Ah senengnya! Walau cuma sebatas teman.

"Lo ruangan berapa, Vit?" tanyanya.

"Ruangan dua puluh. Lo?"

"Gue sepuluh."

"Jauh ya."

Tiba-tiba dia tersenyum. "Jangan kecewa gitu. Kelas kita cuma terhalang sembilan kelas."

Aku cengo. Itu benar nggak sih dia yang bilang? Kok rasanya manis banget.

"Yeuh malah bengong," ucapannya menyadarkanku. Aku mengerjapkan mata. Kenapa sih kalau dekat dia aku suka mendadak bego? Argh!

"Ehehe maaf," cengirku.

"Udah sampe tuh. Sana masuk, gue juga mau ke kelas."

Eh? Kembali aku tersadar. Dia mengantarku sampai ke ruangan dua puluh? Omaigat! Dia kan di ruangan sepuluh! Pengen lompat-lompat. Tapi cuma bisa tergugu.

"Ih kenapa sih dari tadi bloon mulu," decaknya yang membuat aku malu sendiri. Rasanya mau ngilang aja.

"Eh iya makasih, ya udah sana lo ke kelas," kataku setelah kembali dari lupa keadaan.

"Oke. Gue ke sana, bye." Baru dua langkah, tiba-tiba dia balik lagi. "Eh jangan lupa belajar. Semangat ya!"

Lagi, ketiga kalinya aku cuma bisa ternganga. Radarku cuma mampu mengingat dia tertawa melihatku lalu berbalik dan hanya menyisakan punggung tegapnya yang semakin menjauh.

Ya Allah, gini banget ya kalau jatuh cinta?

Sampe nggak sadar kalau sejak tadi Kina udah menatapku seperti mau menerkam. Lalu dia melengos dan masuk ke ruang 19. Wow!

*****

-Inayivsil
-28-03-2018

Realitas Anak IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang