Ekonomi 25

1.2K 89 1
                                    

Hari pertama fullday!

"Eh entar pulang sekolah pergi ke toko buku yuk!" aku menghampiri Lisa dengan wajah berbinar.

"Seriusan?" Lisa mengangkat satu alisnya. "Lo lupa ya?"

"Apaan?"

"MULAI SEKARANG KITA KAN FULL DAY! BALIK JAM EMPAT! NGGAK KEBURU, VITA! KESOREAN!"

Spontan aku menutup telinga menggunakan kedua tangan saat mendengar teriakan Lisa. Setelah keadaan aman, kulepaskan tanganku. "Hah, fullday ya?" tanyaku mendadak bego.

"Bukan, fullpen," desis Lisa. "Makanya orang ngomong tuh jangan nutup telinga. Gimana sih."

"Ya gimana gue gak tutup telinga. Suara lo kek kuntilanak kejepit gitu."

Satu tabokan mendarat di lenganku. Aku meringis. "Sakit ih."

"Salah sendiri."

Aku tergelak. Sedetik, bibirku kembali cemberut. Iya ya, hari ini kan fullday. Jam dinding di kelas menunjukkan pukul sepuluh. Buset, masih enam jam lagi! Apa-apaan nih sekolah nguras waktu. Masa seharian penuh di sekolah terus? Mending kalau ada pemandangan bagus atau kegiatan seru, ini mah belajar mulu bikin otak bilet!

📊

"Hei hei, ternyata pulang jam empat itu udah ditambah satu jam les tambahan. Berarti belajar resmi cuma sampai jam 3. Bentar lagi kan kita mau UN," terang Raisa sekitar jam satu siang itu ketika kita lagi ngumpul di taman.

Yaps, kali ini taman adalah tempat favoritku dan teman-teman karena dekat banget sama ruangan kelas. Beda kalau dulu. Jauh banget. Nah, habis sholat dzuhur biasanya kita ngumpul di taman itu.

Di sana selain ada pohon rambutan yang besar dan rindang (cocok banget kan buat merenung), juga ada kolam ikan dengan desain berseni. Iyalah, wong yang bikinnya juga Pak Bandi, guru seni. Hehe. Bukan cuma kolam, tempat duduknya aja bagus. Mejanya dibentuk dengan aksen yang mirip seperti pohon ditebang. Pokoknya unik deh!

Sekedar pemberitahuan, setiap hari taman itu tidak pernah kosong. Gimana nggak kosong, orang pusat wifi sekolah ada di sana. Pasti penuh terus. Nah kalau pagi-pagi atau istirahat pertama, biasanya banyak anak IPA yang duduk di sana. Awalnya kukira lagi belajar, eh ternyata lagi download film sama main game Mobile Legend. Yaelah!

Tapii kalau istirahat kedua, pas abis sholat dzuhur, giliran kelas IPS nih yang ngumpul di sana. Ngabisin tempat. Dan anak IPA ngalah, pada diem di depan kelasnya.

Tapi kalau boleh jujur, yang membuat aku betah duduk di sana adalah karena aku bisa memandang dia lebih lama tanpa diketahui oleh siapa pun. Sering banget dia duduk di gazebo depan kelasnya sambil fokus ke ponsel. Dan ini kesempatan aku untuk bisa menatapnya. Hihi.

Hanya saja kali ini, aku sedikit curiga pada Lisa. Akhir-akhir ini dia juga sering memandang ke arah yang sama denganku. Di satu waktu, aku nanya. "Lis, sebenarnya lo sering mandangin siapa sih di sana?"

Lisa nampak terkejut. "Eh kok lo tau gue sering ngeliatin ke sana?"

"Ya jelaslah. Lo kata mata gue katarak sampai nggak nyadar. Lo kan duduk di samping gue."

"Eh ituu, gue ngeliatin si Uji."

"Hah? Ujii?" tanyaku heran. "Oh lo naksir sama dia ya?"

"Huss, ngomong sembarangan. Mana mungkin gue naksir sama cowok yang udah punya cewek."

"Yeu bisa aja kan."

"Nggaklah. Gue cuma sebel aja. Tapi sekaligus gemes sama dia. Orangnya nyebelin tapi lucu secara bersamaan." Lisa mesem-mesem.

Ngomong apaan nih orang? Naksir kok muter-muter.

Saat itu, aku memilih kembali melihat ke arah Angga yang sedang mengobrol dengan Uji. Pantes aja Lisa ngeliatin ke sana juga, orang dua cowok itu barengan mulu.

"Wei, wei lo pada, masuk masuk cepet!" Tapi kayaknya nggak bisa damai kalau cowok-cowok absurd udah datang tanpa diundang.

"Apaan sih, belum bel juga," kilah Aiko pada Dodo.

"Budeg lo piara. Bel udah bunyi dari tadi," Gino menimpali dengan muka sangarnya.

"Heh enak aja bilang cewek gue budeg!" Munir menatap Gino kesal.

"Eh ampun-ampun boss," Gino sungkem sambil cengengesan.

Sementara aku, Lisa, Raisa, Helma dan Arlina cuma memutar bola mata kesal.

"Enak aja, sejak kapan gue jadi cewek lo? Ogah banget!" Ketus Aiko yang sontak membuat wajah binar Munir surut. Ngeliat itu, justru kita ketawa.

Fakta baru, ternyata Munir naksir Aiko dari kelas sebelas. Tapi baru kesebar dan ngakunya sekarang. Ya ampun! Nggak nyangka. Pantesan cowok itu sering banget deketin Aiko. Dimana ada Aiko, di situ ada Munir.

"Jangan ngomong gitu, entar lo karma jadi suka sama gue," goda Munir sembari menaikturunkan alisnya ke arah Aiko.

Cewek itu cuma menatap Munir malas. "Jangan mimpi."

"Gak papa. Mungkin hari ini lo benci sama gue. Tapi nanti, pasti lo kangen sama gue," ucap Munir dengan bangganya.

"Anjir mendramatisir," cicit Gino.

"Najis ih," balas Aiko dingin.

Sesaat aku menatap Munir. Ada kesungguhan di matanya ketika berbicara dengan Aiko. Sepertinya dia memang tulus suka sama Iko. Tiap hari perhatian terus sama Iko. Tapi namanya suka ya gak bisa dipaksa, Aiko selalu menolak Munir.

Rumit ya. Tapi ternyata cowok kayak Munir punya sisi lembut juga sama cewek yang disayanginya.

****

-Inayivsil
-19-05-2018

Realitas Anak IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang