Selesai (1)

1.2K 85 12
                                    

Setelah melewati masa-masa sulit, UTS, Uprak, Simulasi, US, UNBK dan terakhir detik-detik menunggu kelulusan juga SNMPTN, akhirnya tiba juga di hari ini. Hari Perpisahan.

Huh nggak nyangka bisa sampai di detik ini. Rasanya baru kemarin masuk SMA, ketemu sama Munir dan kawan-kawan, berdebat sama teman-teman cewek dan ngerasain masalah cinta-cintaan ala remaja yang aneh menurut aku.

Melihat teman-teman, mendadak perasaan sedih itu muncul. Bagaimana pun, bersama mereka, susah senang dilewati sama-sama. Pertengkaran, debat yang tiada tuntas, serta tawa dan canda yang selalu jadi penghias di setiap permasalahan. Kekocakan mereka akan kurindukan nanti.

Ternyata benar, mungkin jika aku tak bertemu mereka, masa putih abu-ku akan berjalan datar dan biasa saja. Ya. Mungkin. Walau awalnya bukan seperti ini yang kuharapkan, tetapi aku menemukan hal-hal luar biasa lewat sebuah kesalahan.

"Hei, Vit. Udah siap?" Raisa menghampiriku yang sedang mematut di depan cermin.

"Iya, udah."

"Cantik banget hari ini," tambah Raisa. "Kamu gak biasa dandan jadi pas didandanin kayak gini kayak wow banget."

Aku tertawa kecil. "Iya gak biasa dandan gini, jadinya pengin garuk. Gak nyaman."

Raisa ikut tertawa. Lantas aku, Arlina, Helma, Lisa, Raisa dan Aiko keluar dari salon. Kebetulan, kami berenam memilih salon yang sama. Pergi ke sekolah ikut mobil pamannya Aiko.

Ternyata sudah banyak yang datang. Saat itu aku melihat cowok-cowok dengan tampilan berbeda. Memakai kemeja putih dibalut jas hitam dipadu celana hitam. Lebih rapi. Rambut mereka yang sering awut-awutan hari itu disisir dengan tambahan kuasan gel. Anjayy, kalau mereka seperti itu setiap hari mungkin kita juga akan betah sekelas. Haha.

"Hei, kalian baru datang?" sambut Giya kepada kami. Cewek itu terlihat anggun banget. Pakai kebaya modern, juga tetap pakai kerudung. Make up-nya bagus dan cocok buat dia.

"Iya nih. Untung acaranya belum dimulai," jawab Arlina. Kami cuma mengangguk menyetujui.

"Ya udin, ke sana yuk! Ikut foto sama cowok-cowok," ajak Giya.

Dan akhirnya kami pun menghampiri para cowok. Beneran, ngeliat mereka kayak gitu, adem banget. Jauh beda dari pas masih sekolah.

Yang paling mencolok menurut aku adalah Wawan. Rambutnya yang biasa kupluk, amburadul, sekarang dipangkas rapi bergaya spike style. Wajahnya juga lebih berseri. Nggak seperti orang baru bangun tidur lagi.

"Ngapain sih, Vit, ngeliatin gue terus? Naksir yaa?" seloroh Wawan tiba-tiba. Dia mengerlingkan mata yang kubalas dengan delikan.

"Ih ogah banget!" kesalku. "Tapi jujur ya, hari ini lo keliatan cakep bener, Wan. Lebih cerah gitu. Coba aja tiap ke sekolah lo kayak gini. Cewek-cewek mungkin bakal betah jadi pacar lo."

"Awww makasih, mbak Vita. Padahal dari dulu gue emang cakep," responnya bangga. Amit-amit ni cowok satu. Sok kecakepan banget!

Aku hanya memutar bola mata mendengar ucapan Wawan. Tiba-tiba, dia pindah ke sebelahku dan tangannya merangkul bahuku. Lalu dengan cepat dia berbisik di telingaku. "Lo naksirnya nggak tepat sih, gue udah terlanjur jatuh cinta sama cewek lain."

Mataku mengerjap pelan. Ngomong apaan sih ni cowok? Tetapi aku tak peduli kalimat awalnya. "Cewek lain? Siapa lagi yang bakal jadi korban lo?"

"No no no, yang ini bukan sembarangan. Gue udah berhenti jadi playboy. Dan gue udah nemuin the one buat nanti dampingin hidup gue."

WOW! Sejak kapan Wawan jadi dramatis gitu? Tapi aku penasaran juga. "Siapa sih?"

"Lo liat deh cewek yang pake baju merah itu." Wawan menunjuk sosok cewek berbaju kebaya merah yang sedang mengobrol dengan Kina.

Aku ternganga. "Giya? Seriusan lo?"

Wawan nyengir. "Iya. Gue suka sama Giya. Sayang juga."

Jidatku sukses dapat tepukan. Lantas aku memicingkan mata pada Wawan. "Eh bentar. Emang lo yakin nggak akan nyakitin dia?"

"Yakinlah," jawab Wawan pede setengah tiang.

"Kalo gitu ungkapin sana. Berani nggak?" tantangku.

"B-berani."

"Guys, selfie dulu yuk!" teriak Munir memecahkan pembicaraan aku dan Wawan.

"Ayok!"

Di tengah asik foto-foto, netraku melayang ke arah lobi. Lebih tepatnya ke arah sosok Angga dalam balutan pakaian yang sama seperti cowok lainnya. Udahlah, mau diapain aja dia mah tetep ganteng sih. Tapi sekarang, lebih gimana aja. Lebih charming dan cool.

Hanya saja, siapa cewek yang berdiri di sebelahnya sambil menggandeng lengannya? Aku belum pernah melihatnya.

Saat ingin memperhatikan lebih jauh, tiba-tiba ada pengumuman kalau acara akan dimulai. Kami serentak sibuk mencari kursi. Aku mendapat posisi di tengah. Sempat kulihat Angga dan gadis itu duduk di depan. Siapa ya?

Setelah acara pertama, yaitu sambutan, dilanjut dengan sedikit hiburan yang diisi tari jaipong serta menyanyikan lagu perpisahan yang bikin pengen nangis. Puncak kesedihan adalah ketika kita satu persatu bersalaman dengan guru-guru dan teman yang lain. Tanpa sadar air mata menitik. Apalagi ketika Bu Devi bilang "Semoga sukses ya, nak. Kamu akan menjalani hidup yang sesungguhnya."

Jleb banget! Aku tak peduli lagi orang-orang melihatku, saat itu juga aku menangis. Bukan cuma aku, banyak teman-teman yang lain juga menangis.

Perpisahan memang selalu menjadi momen paling menyedihkan. Karena kita nggak tahu apakah setelah ini masih bisa bertemu lagi atau tidak. Seperti dulu.

Pemberian medali bersamaan dengan acara salaman tadi. Usai itu, dilanjut dengan acara foto satu per satu. Setelah difoto, pasti makan-makan. Nah, setelah itu acara selesai deh. Paling terakhir acara foto bersama dan pelepasan balon udara sambil nyanyi-nyanyi.

Aku dan teman-teman sekelas memutuskan foto bersama di kelas. Sebagai kenang-kenangan, katanya.

Sebelumnya, aku sempat mengobrol bersama Giya. Sebenarnya sejak beberapa minggu lalu, aku ingin menanyakan tentang masalah orangtuanya. Tetapi tidak menemukan waktu yang pas. Baru sekarang bisa.

"... Trus sekarang gimana, Gi?"

"Yaa udah selesai, Vit. Orangtua gue resmi bercerai. Tapi mereka janji akan menjamin kehidupan gue. Katanya, berpisah kadang lebih baik daripada bersama tapi terus saling menyakiti dan malah membuat mental anak terganggu. Gue hargai keputusan mereka. Gue mencoba menerima," terang Giya panjang lebar dengan tenang. Kalau seperti itu adanya, aku ikut lega.

"Lo yang sabar, Gi."

"Makasih, Vit. Ya udah jangan bikin gue tambah sedih nih. Mendingan tuh kumpul sama mereka, katanya mau foto bersama."

"Oh iya yah. Ayo!"

🎤Selamat tinggal kasih..
Sampai kita jumpa lagi.. Aku pergi takkan lama..
Hanya sekejap saja kuakan kembali lagi..
Asal kau.. Setia menanti di sini..

***

-Inayivsil
-11-07-2018

Realitas Anak IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang