Sebelumnya biar kukenalkan diriku. Namaku Revita. Nama lengkapku Revita Ichelly. Nama panggilanku Vita, seorang bidadari sok imut yang diutus dari kayangan untuk bertemu dengan Pangeran cintanya.
Apaan sih ini?!
Omong-omong umurku 16 tahun. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Hobiku nonton film, baca buku, menulis, dan bengong mikirin ending sinetron Dunia Terbalik.
Cielah, udah kayak interview aja.
Oke aku cuma mau sedikit cerita tentang gimana kondisi fisik dan psikis kelas XI.IPS-5. Dulu sih waktu kelas sepuluh kayaknya adem, ceria, lumayanlah ada cogan. Sip, cogan lagi. Emang ya, dunia cewek nggak luput dari ngurusin makhluk berhormon testosteron. Kalau nggak itu, ya pasti ngomongin fashion, passion, style, dan nge go-spot. Itu mungkin cewek lain, aku nggak.
Aku lebih suka makan chocolatos sambil nonton Doraemon. Atau dengerin lagu Rossa sama Isyana. Oh sama Ungu. Tapi yang paling suka sih Charlie Puth sambil menghayal kalau aku yang sedang bernyanyi.
Ini kok berbelit-belit ya? Kembali ke lap-top!
Aku nggak pernah ngebayangin bisa sekelas sama orang-orang kayak Munir, Wawan, Andi, Anang, Ardi, Gino, Dodo dan Fahrul. Kalau melihat mereka jalan bergerombol aja kayak ngajak berantem. Ya iyalah muka pada sangar gituh, nggak ada alim-alimnya.
Mungkin karena aku terlalu bereksptektasi tinggi bisa ketemu seseorang di dunia baru ini, malah kayak ketimpa tangga. Ancur deh masa putih abuku. Sempat ngira bakal sekelas sama cowok yang yah, bener dikit lah. Giliran ada yang cakep, kelakuannya amit-amit. Ini apaan, isinya beruk semua. Astagfirulah, nggak deh.
Walau pun begitu, mungkin karena sudah lama bareng-bareng, orang-orang kayak mereka punya solidaritas yang cukup tinggi di banding anak lainnya.
Pernah beberapa waktu lalu, kelas IPS 5 sedang jam kosong. Para cowok biasanya main bola. Saat itu Anang tak sengaja melempar bola dan mengenai kaca jendela kelas sampai pecah. Kebetulan guru yang sedang mengajar di kelas sebelah mendengar dan langsung menghampiri ke kelas kami.
"Siapa yang melempar bola tadi?" tanya Pak Aslim, guru Geografi, sambil berapi-api. Kumisnya yang tebal terlihat bergerak-gerak mengikuti ujung bibirnya.
Anang dan lainnya seketika menunduk. Mereka cuma diam. Entah tak berani menjawab. Entah sengaja. Di tengah itu, Pak Riza, guru olahraga yang terkenal killer karena suka menghukum siswa yang melanggar aturan datang. Pak Riza sangat menjunjung tinggi disiplin, itulah sebabnya ia sangat tegas.
"Ada apa ini, Pak?" tanya Pak Riza kepada Pak Aslim.
"Ini loh, Pak, ada yang pecahin kaca tapi nggak ada yang mau ngaku," jawab Pak Aslim. Kini dia mulai mengusap-usap kumis tebalnya itu dengan kedua jari.
Pak Riza yang memang sudah mengenal Anang dan kawan-kawan karena keseringannya mendapat hukuman menatap mereka satu per satu. "Dengan kalian diam dan tak berbicara pun, Bapak akan tetap hukum. Sekarang bapak tanya sekali lagi, siapa yang pecahin kaca?!"
Awalnya mereka tetap diam, tapi tak berapa lama Anang mengangkat tangannya pelan. "S-saya, pak."
"Oh jadi kamu?"
"Maaf, Pak." Munir menyela. "Bukan hanya Anang, kami juga bersalah."
"Iya, Pak," tambah Wawan Kemudian Andi, Ardi dan yang lainnya ikut mengaku.
"Baiklah, kalian semua push-up masing-masing satu seri. Urusan kaca, nanti biar diurusin sama Pak Aslim," ujar Pak Riza. Sedang Pak Aslim sudah geleng-geleng kepala. Seakan bosan karena ulah mereka.
Dan begitulah, keseharian mereka pada awal-awal aku masuk ke kelas yang amazing ini.
📊
Hari H telah tiba. Ya, tanggal 17 Agustus. Hari dimana seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan. Begitu juga di sekolah ku.
Hari ini, barisan marching-band sudah bersiap dengan cantik untuk tampil di acara karnaval. Bukan cuma itu, Paskibra, PMR dan PKS juga tak kalah keren dengan seragam mereka. Tidak kelewatan juga barisan Pramuka.
Kelas-kelas lain pula tak kalah hebat dengan kostum-kostum unik ala tema karnavalnya. Ada yang memakai baju tentara, lalu profesi dan para pahlawan. Yang temanya menikah juga ternyata ada. Sementara yang temanya ulang tahun, mereka memakai topi-topi kerucut dan membawa balon tak lupa kue ulang tahun bohongan. Pokoknya keren.
Lalu kelasku?
Aku masih ingat, tahun lalu waktu masih kelas sepuluh, tema karnaval kelasku cukup unik. Yaitu bendera Indonesia.
Sekarang?
Toeengg!!
Aku memandangi teman-temanku yang mengenakan pakaian sama denganku, kemeja putih dan rok hitam ditambah kerudung hitam kayak mau kosidahan. Padahal, ceritanya kita mau mengantar jenazah ke pemakaman.
Yaps. Akhirnya mau tak mau ide kampret Munir terpaksa kita turutin dengan alasan waktu mepet dan katanya kalau setuju semua propertinya ditanggung para cowok. Ya beginilah kita.
Tapi, rasanya pengen ketawa juga sih. Di kala kelas lain mengambil tema ceria, keren, dan bagus-bagus. Kelasku temanya kematian, absurd sekaligus unik. Iyalah orang lain lagi suka cita, kita mah duka cita.
Kurang kamvret apa lagi?
Bagian ter-ter nya yaitu ketika gerombolan cowok datang ke sekolah dengan membawa keranda buatan yang terbuat dari bambu dan diselimuti kain batik di bahu mereka. Astagfirullah!
Lengkap sudaaah. Tentu saja, siswa-siswi yang lain tertawa terbahak. Bahkan ada yang menatap remeh. Dan kita cuma bisa mendengus. Sampai-sampai ada guru yang meledek kelas kami.
"Ini kok bawa-bawa keranda, gimana?" tanyanya sambil tertawa.
Dan, Munir lagi yang menjawab. "Gini kan, Pak, habis perang pasti ada yang mati. Nah, kita sebagai warga negara yang baik akan mengantar dan menguburkan jenazahnya. Baik banget kan kita, Pak?" Lalu perkataan Munir disusul tawa dari kawan-kawannya.
Aku ikut tertawa. Kadang, seburuk apa pun mereka, sebrutal apa pun mereka, senakal apa pun mereka, selalu ada hal unik yang terselip di dalamnya.
*****-Inayivsil
-24-12-2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Realitas Anak IPS
Teen Fiction#Buku1 Membaca ini, jangan harap baper-baperan, yang ada geleng-geleng kepala sambil ngucap "Astagfirullah!" "Anak IPS emang harus gini, gaol githu loch!" "Udah deh, kita tuh kayak gini itung-itung nikmatin masa SMA, kapan lagi coba!" "Nggak tahan s...