prolog

675 47 37
                                    

"Kita harusnya nggak dipertemukan jika salah satu diantara kita akhirnya memilih pergi."
-1.2/1.2

.
.
.
.
.
.

Reina pov

"PAGI panda!" aku menolehkan kepalaku dan melihat seorang yang berlari tergesa gesa ke arahku. Dia, Renovaldi ardiansyah.

"Apa?"tanyaku to the poin sedangkan yang aku tanyain masih ngatur napasnya yang pendek-pendek. "Jutek nya," ujarnya sambil memanyunkan bibir. "Jadi makin suka!"lanjutnya membuat aku spontan mutar bola mataku malas.

"Gue lagi males kalo lo mau ajak gue berantem, No, mau lo apa?"tanyaku to the poin, lagi. Dia menghela napas gusar kemudian tersenyum lebar.

"Ke kelas bareng yuk, sini gue gandeng!" ajaknya seraya mengulurkan tangan kanannya ke arahku dan memasang wajah tengilnya yang menyebalkan.

"Lo tuh kalo bego ya bego aja sendiri gak usah nyari temen. Kelas kita itu beda kampret!"nah, aku semprot kan. Belum tau apa aku lagi pms.

Perempuan menjadi singa.

"Galak amat sih. Iya emang beda kelas, tapi kan tetep searah." Pantang menyerah sekali cowok satu ini. Oke, kali ini aku mengalah. Kunyuk satu ini emang keras kepala.

"Ya Udah terserah lo aja."ucap ku pasrah. Aku melirik Reno sekilas, cowok itu tersenyum lebar sekali lalu menggenggam tanganku untuk berjalan bersisian.

Sial. Cowok ini seenaknya saja!

Aku mengetatkan rahangku dan mati Matian menahan umpatan agar tidak keluar dengan bebas dari mulutku. Cowok ini benar-benar menguji kesabaran ku.

Reina pov end

"Ck! Jangan gandeng tangan gue sembarang! Risih! Lepas!"Reina mendesis seraya mencoba melepaskan genggaman Reno yang malah makin mengerat. "Udah diem Panda, gak diem gue bawa ke KUA lo." Reno berujar diiringi seringaian. Reina melotot tak terima.

"Gue risih! Mereka lihat gue kayak lihat buronan tau gak! Lagi pula lo sama gue gak ada hubungan apapun. Gausah gandeng-gandeng!" Bentak Reina dengan suara tertahan. Pergelangan tangan Reina makin digenggam erat oleh Reno.

"Gak ada hubungan apa-apa ya," gumam Reno pelan, tapi terdengar jelas oleh telinga Reina. "Emang gak ada hubungan apa-apa!" ketus Reina lalu mulai mendahului Reno sehingga tampak Reina yang menarik tangan Reno.

"Gue suka sama lo Panda." Ucapan Reno membuat langkah Reina terhenti. Reno juga berhenti melangkah dan menatap punggung Reina yang ada satu langkah didepannya. Genggaman tangan Reno juga terlepas menyisakan genggaman kosong.

Reina membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Reno datar. Kata itu lagi. Reno sudah mengatakan hal ini berkali kali sejak satu minggu yang lalu. Kata yang sama setiap harinya. Mungkin sudah sekitar berpuluh puluh kali. Tapi oh ayolah, raut wajah Reno sama sekali tak menunjukkan keseriusan saat berbicara, apalagi pandangan mata reno yang tampak kosong saat berbicara hal ini berkali kali. Reina tak bodoh, ia tau Reno tak serius dalam perkataannya.

Reina mendengus kasar dan memutar bola mata jengah, "oh ya? Terus gue harus bilang wow gitu?" sinis Reina seraya menatap manik mata Reno. "Jangan bilang wow, gue emang udah wow dari dulu. Gue maunya lo bilang 'gue sayang sama lo Reno' ." senyum mengembang di wajah Reno. senyum yang sangat lebar hingga membuat Reina ingin menimpuk wajah Reno dengan buku biologi yang ada dalam tas-nya.

"Halu!" desis Reina dengan raut wajah datar. "tapi kalo gue bener-bener sayang sama lo gimana? Terus gue jatuh cinta beneran sama lo gimana? Lo mau jadi pacar gue?" tanya Reno dengan raut wajah serius. Reina meneguk salivanya dengan susah payah.

Deg

'Nih bocah pasti bercanda lagi' batin Reina.

"Bodo amat!"desis Reina tajam seraya bergegas pergi. Entah kenapa rasanya jantung Reina berdetak dua kali lebih cepat. 'jatung gue kenapa? Perasaan gue nggak punya riwayat jantung.'

Bodo amat??

"Gue bakal bikin lo jatuh cinta sama gue panda, inget itu Reina Putri Nugroho!" teriak Reno dengan senyum menawan saat punggung reina mulai hilang di tikungan koridor sekolah.

"Lo emang gak peka Panda, tapi gue suka." gumam Reno rendah dan senyum menawan yang belum pudar.

Disisi lain Reina sedang berusaha mati matian menenangkan jantungnya. tiba-tiba Reina teringat ucapan Reno tadi, "gak mungkin." gumam Reina rendah.

Entah kenapa tadi Reno terlihat sangat serius ketika berbicara. Geli dan horor bersamaan. 'kenapa gue tiba-tiba takut?' Reina kembali memegang dadanya yang berdetak cepat lalu memilih mempercepat langkahnya ke kelas yang terletak diujung koridor.

*****

'Harusnya hari itu, lo nggak perlu ngomong tentang perasaan lo.'

-1.1/1.2
.
.
.
.
.
.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Alohaa.....ini cerita pertama saya semoga pembaca suka. Maaf kalo ada kesalahan EYD,vtypo, dan lain sebagainya.

Masih butuh saran!!

Jangan lupa vote🌟 and comment🗨️.

Revisi : 28 Mei 2019
Nalovzz

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang