"Jangan buat gue khawatir! Gue nggak suka!"
-Reina Putri Nugroho
.
.
.
.REINA menatap refleksi dirinya, muka kusut dengan sedikit pucat. Sempurna sekali.
"Wow, gue kayak mayat hidup."
Reina menghidupkan kran lalu membasuh wajahnya dengan perlahan. Air yang dingin langsung membuatnya merasa segar.
Kriett
Pintu kamar mandi terbuka dan Reina masih sibuk membasuh wajahnya.
"Wow, wow, wow. Lihat putri sok cantik ini, ngapain di toilet?"
Reina memilih acuh karena jujur, ia sedang malas berdebat. "Gak usah sok deh lo! Mana dua babu yang selalu ngikutin lo? Mana pacar lo?"
Reina mematikan kran dengan kesal. Ia tak terima jika kedua temannya dihina. Reina berbalik dan menatap tiga orang di depannya dengan wajah malas. "Ada apa lagi?"
"Gak usah pura pura bego! Sok banget lo jadi cewek! Gue udah bilang jauhi Reihan! J.a.u.h.i Reihan! Lo gak budek kan?! Jalang lo!"
Apa ketiga perempuan didepan Reina ini tidak tahu, jika Reina punya kesabaran yang tipis? mereka pura-pura tidak tahu? Atau kapasitas otak mereka yang terlampau kecil itu tidak mampu mengerti?
Lovita--salah satu dari tiga orang itu maju dan mendorong kedua bahu Reina keras sampai menabrak wastafel dan berakhir tembok, hingga kepala belakang Reina terasa nyeri dan juga pinggul nya yang sempat menabrak wastafel-juga ikut merasakan nyeri-
"Lemah lo! Baru juga didorong pelan, udah mimisan, klop deh sama Reno yang penyakitan!" Lovita tersenyum penuh kemenangan saat Reina hanya diam. Sara maju mendekat dan satu tamparan bersarang di pipi Reina.
Reina merasakan pusing luar biasa, ia tahu mimisan ini bukan karena kepalanya terbentur, melainkan, ada yang salah dari dalam dirinya.
Reina mengusap hidungnya dengan tangan, masa bodo dengan tangannya yang sudah dipenuhi bercak darah. Ia masih diam, masih ingin tau sejauh apa mereka bertiga akan lakukan pada dirinya jika memilih diam.
"Kenapa lo diem? Mana bela diri hebat lo itu? Kata lo, kesabaran lo tipis, kenapa gak marah?" Lovita tersenyum sinis, Sara dan Rafa menyeringai.
"Gue minta maaf kalau gue punya salah meskipun gue gak tau salah gue apa--"Reina sepertinya benar-benar kacau. Entah apa yang di pikirkan otak Reina, hingga ia meminta maaf, kepalanya terlalu berat untuk berpikir, sepertinya.
"Lo salah! Karena lo Reihan gak suka ke gue! Karena lo hidup, lo salah karena lo hidup!!" Lovita meninggikan suaranya beberapa oktaf hingga suaranya menggema di toilet.
"Karena lo jabatan gue hampir aja dicopot! Karena lo! Lo! Gue dibenci semua orang di PMR! Lo gak pantes hidup!" Mata Sara menatap penuh benci ke Reina.
"Gue gak pernah suka sama Reihan! Jangan buat gue ngehancurin tulang rusuk lo!" Reina jengah, ia berkata dengan nada tajam. Tangannya mengusap hidungnya yang berdarah dengan kasar. Tangan lainnya yang mengantung bebas, menggeggam amat kuat.
"Jalang kayak lo itu gak pantas bahagia lo--"
Bruk
Cermin wastafel itu retak. Tangan Reina memar dan merah, semakin menambah banyak luka ditangannya. Tangan nya mengepal erat, matanya menatap nyalang Lovita, Sara serta Rafa.
"Gak usah sok suci! Jangan buat gue bener-bener kelewat batas!" Badan Reina bergetar menahan amarah, nada bicaranya lebih dingin. Baru pertama kali ia dibully seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
please don't go [COMPLETE✓✓]
Teen FictionAmazing cover by:@ekuivalent #9 mainstream (15122019) #12 tenfic (15122019) #20 Reina (13012020) #31 Reno (13012020) Bagi Reina, Reno adalah parasit dalam kehidupannya yang tenang. Reno membuat hidupnya berputar 180°. Bagi Reno, Reina adalah matahar...