3. Peruntuh dunia

161 39 7
                                    

"Bukan benci yang membuat kita menjauh dari orang lain, tapi kecewa."
.
.
.
.



ESOK harinya Reno benar-benar datang ke rumah Reina untuk menjemputnya. Nafa tersenyum ramah dan mengajak Reno untuk sarapan bersama. Reno sudah menolak secara halus namun Nafa adalah perempuan keras kepala, akhirnya Reno mengangguk sopan dan menerima ajakan tersebut.

Ceklek

Pintu kamar Reina terbuka. Sang pemilik ruangan ternyata sudah siap dengan memakai seragam lengkap tak lupa menguncir kuda rambutnya sama seperti kemarin.

"Ayo cepet turun, Reno udah nunggu di bawah." ucap Nafa riang. Ah sepertinya Nafa menyukai sikap sopan Reno.

Reina menyerngit sesaat lalu kemudian ingat bahwa hari ini dia akan diantar oleh Reno. Reina mengangguk lalu berkata, "sebentar lagi."

Nafa menuruni tangga lalu menuju ke arah dapur. Melihat Reno yang tengah tersenyum hangat kepadanya. 'ah benar benar calon menantu yang baik' batin Nafa lalu terkekeh pelan seraya menyelesaikan acara masak masaknya didapur.

Reina turun dengan wajah datar. Ia melihat Reno tengah diinterogasi oleh kedua abangnya. Dalam hati ia terkekeh pelan. Ah, yang benar saja, Reno amat gugup melihat pandangan kedua kakaknya yang begitu tajam bagai silet. Reina sebenarnya juga masih mencoba berfikir, bagaimana Reno tau alamat rumahnya?

"Ngapain sih bang," tegur Reina saat kakak kakaknya masih gencar bertanya. "gapapa cuma penasaran aja, berani banget gitu deketin Adek gue."sahut Fani ringan sementara Fino hanya mengangguk.

Reina memutar bola matanya, 'ya udah, ayo berangkat." ajak Reina dengan nada jutek. Dalam hati abang abang nya bersorak lega. Mereka berdua hanya takut kehilangan perhatian Reina yah walaupun itu perhatian kecil.

"Loh Reno nya mau di bawa kemana? Dia mau sarapan bareng kita dulu." Nafa yang baru keluar dari arah dapur mencegah.

"Gak perlu ma, udah mulai siang ntar telat." tolak Reina halus.

"Ya udah tapi mama bawain bekal buat kalian berdua dan kalian harus foto bareng saat makan, biar Mama percaya dan mama gak nerima penolakan."ujar Nafa tak dapat dibantah, Reina hanya mengehela napas panjang dan mengangguk agar bisa cepat berangkat ke sekolah.

"Gak perlu repot repot Tante."ucap Reno kelewat sopan membuat Reina sedikit terkejut lalu mendengus, 'pencitraan dasar iblis.'

"Tante gak pernah repot kok." Reno tersenyum ramah ke arah Nafa yang kelewat baik.

Fani dan Fino terus menatap tajam Reno. Meneliti pemuda itu dari atas hingga bawah. Tatapan intimidasi yang bisa saja membunuh Reno ditempat. Reno membalas dengan senyum hangat yang membuat Reina terpesona sesaat lalu mengutuk keras dalam hati.

"Nih bekal untuk kalian berdua, hati-hati dijalan!" Nafa tersenyum ramah. "Makasih tan, kalau begitu Reno sama Reina berangkat dulu, assalamualaikum tante, bang." Reno mencium punggung tangan Nafa, lalu mengandeng Reina untuk keluar rumah.

Reina tercengang karena perlakuan Reno barusan. Dalam hati ia sudah mengumpat berkali kali.

"Yuk berangkat Rein."Reno berucap lembut. Mulut Reina sedikit terbuka.  'suka banget pencitraan dasar monyet kurang asem!'

❤️Please don't go ❤️

"Panda jangan diem mulu dong! Bicara apa gitu."Reno menatap jalan raya dengan pandangan fokus. Reina menolehkan kepalanya ke arah Reno dan menatap datar.

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang