SPIN OFF

48 22 1
                                    











(MAURA)









"Kak, mama pergi dari rumah."

Sekujur tubuh Maura membeku saat mendengar penuturan Reza--adik laki-lakinya---via telpon.

"Gengs, gue ke kamar mandi bentar." Maura segera berdiri dari duduknya setelah menginterupsi pembicaraan Reina dan Rani yang duduk bersamanya di kursi kantin.

"Lo dirumah dek?"

Hening lumayan lama hingga Maura sampai ke toilet yang letaknya cukup terpencil dan jarang di pakai lalu masuk kedalam salah satu bilik toilet.

"Hm. Gue di skors."

Maura mendengus, "kebiasaan ah! Sekolah yang bener kampret! Buktiin lah kalo lo, bisa." Suara Maura tercekat di akhir. Dia mati-matian menahan tangisnya.

"Nangis aja kak. Gue nggak liat kok."

Maura bungkam lalu tersenyum sendu, "dek, gue nggak se-cenggeng itu kok."

Reza terkekeh sinis di sebrang telpon, "terserah kakak deh. Gue sayang lo kak."

Tutt tuttt

Maura menggenggam erat telponnya lalu menangis tanpa suara. Sesak sekali meskipun hanya menahan tangis sebentar.

Lelah sebenarnya. Maura benar-benar lelah dengan problematika kehidupannya. Ingin sekali dirinya menukar kehidupan miliknya dengan milik Reina yang terlihat begitu menyenangkan.

Dikelilingi orang yang penyayang, diberi satu cowok yang bahkan mau menukar apapun yang ia punya asal bisa bersama Reina.

Iri sekali dia pada kehidupan Reina yang sempurna.

Maura mengepalkan tangan nya yang bebas lalu memukul tembok dengan cukup keras.

"Capek." Lirihnya hampir tanpa suara.

Drtt

Maura menghela napas lalu mengecek satu pesan masuk yang ternyata dari Reina.

Reinpret
Keluar lo dari kamar mandi. Kesemutan bangsat, kaki gue.

Maura terkekeh lalu membalik badan dan membuka pintu bilik dengan cepat. Reina dengan kedua tangan terlentang lebar menyambutnya.


"Rein,"

Brukk

Reina terhuyung lalu tersenyum tipis dengan tangan sibuk mengelus punggung Maura yang bergetar.

"Hancur Rein. Nggak bakalan bisa balik." Suara parau Maura membuat Reina membuang napas berat.

"Lo nggak sendiri kok. Lo punya gue."

"Tuker kehidupan sama gue yok, Rein. Gue capek."

Reina tersenyum palsu. "Seindah itu kehidupan gue di mata lo, Ra?"

Maura mengatur napasnya yang tersengal lalu mengangguk. "Iri."

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang