PELUH mulai membanjiri wajah Reina dan juga Fino yang menjadi lawan Reina. Fani? Sedang menghancurkan samsak, karena Fani dalam mode yang kurang baik kali ini.
Napas Reina dan Fino sama-sama memburu. Lewat isyarat mata akhirnya mereka sama-sama berhenti.
Fino mengambil dua botol air mineral yang ada di atas meja dan melemparkan satu botol ke arah Reina yang tengah meluruskan kakinya. Reina menangkap botol tersebut dengan mudah, membukanya lalu meneguknya hingga tandas dengan cepat.
Fino meluruskan kakinya disebelah kaki Reina. Fino terkekeh saat Reina meneguk minuman tadi dengan cepat.
"Bang Fani sebenernya kenapa sih?" Reina menunjuk kakak pertamanya dengan dagu. Reina menatap lekat abangnya sementara Fino mengendikkan bahu tak peduli. Reina menghela napas gusar, ia menatap prihatin 2 samsak yang sudah tak terbentuk akibat ulah kakak pertamanya yang sangat emosional.
Fino menatap saudara laki-lakinya itu dengan tatapan prihatin. Reina menghela napas ketika melihat ekspresi kakak keduanya yang berubah menjadi tatapan prihatin.
Reina mendecih, "pasti masalah cewek lagi." Reina berkata dengan nada sarkas membuat Fino menoleh cepat ke arahnya.
Fino mulai menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh adik tercintanya ini. Adik kecilnya itu bisa nekat menghampiri Fani dan akan sangat gawat sekali jika Reina menjadikan dirinya bahan pelampiasan untuk kembarannya. Fino menggeleng-gelengkan kepala seraya menatap Reina,
'jangan-lakuin-hal-konyol'
Reina memutar bola matanya bosan melihat tingkah kakaknya yang kelewat over itu. "Gue gak bakal mati ditangan Bang Fani, lo khawatir amat bang. lagi pula kalo gue luka, lukanya juga gak bakal parah. gue juga gak mungkin dimarahi Mama ataupun Papa."Fino melotot mendengarnya.
"Astaga demi boxer-nya si Panjul! Lo emang gak akan dimarahi dek, tapi gue sama si Fani yang akan kena batunya! Apa lo gak mikir uang jajan abang lo yang ganteng ini bakal dipotong sama Papa, apalagi kalo Mama kita tau lo lecet! Bisa-bisa fasilitas gue ditahan satu minggu full!" Fino berkata dengan nada kesal. Reina menatap malas kakak kedua sementara Fino mengeluarkan puppy eyes nya agar Reina berubah pikiran.
Reina bangkit dari duduknya. Baru saja ingin melangkah Fino memegang pergelangan tangan Reina, agar gadis itu diam dan menonton.
"Gue gak bakal kenapa-napa mungkin cuma lecet aja nanti, lagi pula Mama sama Papa baru pulang lusa."setelah mengatakan itu Reina menghampiri kakak pertamanya yang sudah berpenampilan acak acakan.
Reina memposisikan dirinya didepan samsak. Tinggal 1 inci saja reina akan terkena pukulan dari kakak pertamanya itu.
"Minggir dek." Fani berkata dengan nada tajam dan dingin, naasnya sudah sangat tak terkendali karena dirinya memukul tanpa samsak tanpa henti.
Reina tetap diam. Ada perasaan takut saat Fani menatap dirinya dengan pandangan seperti itu. Reina menatap manik kelam milik kakaknya. Tatapan mata yang menunjukkan bahwa dirinya amat terluka dan Reina tak suka hal itu.
"Masalah cewek lagi." Reina membuka suara dan menampilkan raut wajah datar. Fani tetap pada posisinya. Ia enggan menjawab pertanyaan adik kecilnya. Emosi nya masih tak dapat dikontrol.
"Luapin semuanya ke gue bang! Anggap gue cewek yang udah nyakitin lo!" Perintah Reina mutlak dengan mata berkilat tajam. Fani menuruti perintah Reina tanpa berkomentar. Fani menarik tangannya lalu mengarahkannya ke arah kepala Reina dan dengan cepat Reina menghindar sehingga yang terkena pukulan adalah samsak yang ada di belakang tubuh Reina. Fani membeku, apa yang barusan ia lakukan? Reina juga sama terkejutnya tapi memilih bersikap tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/143702273-288-k992545.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
please don't go [COMPLETE✓✓]
Genç KurguAmazing cover by:@ekuivalent #9 mainstream (15122019) #12 tenfic (15122019) #20 Reina (13012020) #31 Reno (13012020) Bagi Reina, Reno adalah parasit dalam kehidupannya yang tenang. Reno membuat hidupnya berputar 180°. Bagi Reno, Reina adalah matahar...