16. Mereka

65 30 1
                                    

"kenapa gak mau nangis? Air mata ada buat dikeluarin, bukan di pendam."

-0.0

.
.
.
.
.

RANI pov

Hari ini Reina tidak masuk sekolah. Saat pingsan di taman kemarin aku panik dan untung saja ada Reihan yang duduk dibawah pohon. Dia menghampiriku dan tanpa berkata apapun dan langsung menggendong Reina.

Pagi nya Reina memberi tahu ku, kalau dia tidak akan masuk hari ini karena demam dan sepulang sekolah nanti aku akan pergi ke rumahnya karena aku khawatir. Sekalian numpang makan siang.

Aku menyusuri lorong yang cukup legang karena entah, aku kesambet apa sampai bisa dateng sepagi ini.

"Ran!"

Suara nya bariton, dan jelas cuma laki-laki yang punya suara kayak gitu. Roy Pamungkas. Dia ketua OSIS yang menurut pandangan ku menyukai, ah bukan, tepatnya mencintai Reina.

Terlalu jelas dimataku.

"Apa?"

Aku tahu apa yang akan dia tanyakan pasti ini tentang Rei--

"Reina. Lo tau dia dimana? Laporan keuangannya dia bawa." na. Ada udang dibalik batu. Dan dugaan seorang hacker memang selalu benar kan? Aku tahu itu.

"Reina bilang besok bakalan dia bawa."

"Reina emang kemana? Gak masuk?" Aku hanya mengangguk singkat.

"Reina emangnya kenapa?" aku mendengus pelan. Ini kenapa Roy se-kepo ini padahal dia bukan siapa-siapa nya Reina.

"Gausah kepo deh. Lo bukan siapa siapanya." Roy memutar bola mata malas. "Apa salahnya kalau gue tau? Masalah buat lo nya?"

Giliran aku yang memutar bola mata malas, "Sakit."

"Hah?"aku memutar bola mata jengah. Sebenarnya dia ketua OSIS atau ketua klub jurnalis sih? Tanya-tanya terus.

"Mendadak budek lo?"

"Reina sakit apa?"bukannya menanggapi sindiran ku, cowok itu malah bertanya hal lain. Aku menatap datar Roy. Wajahnya terlihat khawatir.

Maklum, sudah terlanjur bucin.

"Demam." Roy berbalik dan mulai melangkah menjauhi ku. Apa-apaan itu tadi? Dia tak mengucapkan terima kasih dan langsung pergi? Sopan sekali!

Aku melangkahkan kaki ku lagi dan belum genap 6 kali aku melangkah seorang menghentikan langkah ku lagi.

"Ran!"

Dia laki-laki menyebalkan. Reno. Dia menatap ku sambil menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Apa yang sedang ia cari? Cctv kah?

"Mana panda?"

Oh Tuhan! Kenapa aku tak sadar siapa yang ada dihadapan ku? Reno pasti akan menanyakan Reina. Apa aku harus menjelaskan untuk yang kedua kali nya?

"Gak masuk."

"Kenapa? Acara keluarga? Bolos? Males? Mager? Bosen? Atau jangan-jangan sakit?!" Aku menatap datar Reno. Yah tapi ku akui dia perhatian. Tapi, dia kan bukan siapa siapanya Reina. Punya hak apa dia?

"Gausah khawatir, lo nggak punya hak." Reno mendengus remeh, "Reina calon pacar gue." Aku langsung mendecih, "iya kalo jadi," ledekku seraya menatapnya jenaka.

"Jadi Reina kenapa?"

"Sakit."

"Heh, apa?!" Aku menutup telinga ku saat Reno menaikkan nada suaranya. Suara nya tak sama seperti perempuan yang menaikkan suaranya, lebih ke berat, dan besar serta sedikit serak. Aku tidak munafik sih, aku jatuh cinta pada suaranya.

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang