29. Let's talk

51 22 4
                                    

"Tempat singgah doang? Maaf gue bukan halte."

-M
.
.
.
.
.


RANI langsung menoleh cepat kearah Roy, mulutnya menganga dan matanya melotot. Maura mengerjap beberapa kali lalu terkekeh miris.

"Lo mau jadiin gue pelarian?"

Roy sukses terbungkam saat Maura menatapnya tajam dan sulit diartikan.

Rani menepuk dua kali pundak Maura. Maura menoleh lalu menatap Rani dengan alis berkerut.

"Habis ini lo boleh nangis kok."Rani berbisik lirih dan sukses membuat Maura terdiam.

Rani kembali menyibukkan dirinya dengan laptop. Earphone besar sudah menempel ditelinganya. Lagu friend karya Annie Marie mengalun keras hingga Maura mendengarnya.

Maura mendengus 'mau nyindir gue apa nyindir diri sendiri sih? Gak ngaca! '. Maura kembali memusatkan atensinya pada Roy yang masih terdiam.

"Maaf. Maksud gue bukan gitu,"

"Ya. Maksud lo itu. Lo mau cari pelarian. Maaf, tapi gue gak bisa berjuang buat orang yang sama sekali gak punya rasa ke gue. Itu adalah hal paling goblok."

Kenapa Maura menyindir dirinya sendiri?

"Maaf. Yah, seharusnya gue nggak cari pelarian. Ternyata lo unik."Roy mendengus geli.

"Maksud lo?"dahi Maura berkerut

"Lo orang kedua yang nolak gue. Btw, makasih."

Maura terkekeh pelan lalu mengangguk. Ia tidak akan bertanya siapa yang berani menolak Roy dan berada di posisi pertama karena jelas ia tahu siapa dia. Maura dan Roy mengerjakan kegiatan mereka masing-masing seolah percakapan mereka barusan tidak pernah ada.

Reina kembali ketempatnya. Jari-jarinya sibuk menari diatas ponsel.

"Munafik."

Mata Reina fokus pada ponselnya. Maura menatap Reina tajam. "Gue cuma gak mau terluka!"

Reina mendengus lalu menatap Maura tajam. "Bukannya dari awal lo mutusin buat suka sama Roy, lo udah ngelukain diri lo sendiri?"

Maura diam. Rani melepas earphone nya lalu menatap kedua sahabatnya bosan.

"Sini,"

Rani menarik kepala Maura untuk mendekat ke pundaknya. Ia menepuk kepala Maura dua kali lalu berkata.

"Lo boleh nangis, atau tidur."

"Lo tidur aja. Berharap aja saat lo bangun nanti, dia balas perasaan lo itu." Reina menimpali dengan sakras. Maura mencibir lalu menegakkan kepalanya.

"Berisik!"

Reina acuh, lebih memfokuskan diri pada ponsel, sesekali ia mendengus geli.

❤️ Please don't go ❤️

Satu kata yang keluar saat Reina menginjakkan kakinya di tempat tujuan.

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang