EXTRACHAP

124 22 1
                                    

(RENO) again.

Reno menghela napasnya pelan lalu menyenderkan punggungnya di kursi. Tangannya bergerak untuk mengambil radio yang ada di pojok meja belajarnya.

Radio itu pemberian dari kakeknya, jadi meskipun dia jarang menghidupkan radio itu, dia tidak pernah absen untuk merawat radio itu.

Tangan Reno iseng menghidupkan radio itu lalu mengotak-atiknya. Dia mendekatkan radio itu ke telinganya lalu memutar saluran dengan acak.

"Kembali lagi di radiofm23! Waduh, hari ini kita kebanjiran request lagu nih! Oke, gue bakal pilih bentar, yang caption-nya paling ambyar bakal gue puterin lagunya."

Reno mengerjap lalu menjauhkan radionya dan mengeraskan volume radio itu hingga batas maksimal, membiarkan rungunya mendengar suara keras beserta gemrisik khas radio lalu dia menaruh radio itu kembali pada tempatnya.

"Wah ini nih! Dari @shr00, Kak, request lagu A Thousand years punya nya mbak Christina Perri dong! Sama titip pesen buat lo yang selamanya nggak bakal jadi milik gue meskipun gue nunggu sampe jutaan tahun, gue tau, antara gue sama lo nggak akan pernah ada kata kita, tapi gue mau  ngomong kalo gue sayang sama lo."

"Waduh, mbak atau mas shr00 ini kayaknya generasi manusia ambyar nih, hahaha. Oke, sesuai request, gue puterin lagu yang lo minta!"

Reno mendadak terpaku dengan tubuh menegang. Mendadak otaknya diserang memori secara beruntun hingga membuatnya spontan meremas rambutnya diikuti ringisan tanpa suara.

Heart beats fast
Colors and promises

Reno mendadak teringat bagaimana bentuk senyuman terindah yang pernah dia lihat dalam hidupnya, Reno juga masih ingat betul gaun panjang cantik yang dikenakan oleh orang yang paling disayanginya itu. Reno masih ingat wajah setenang danau tanpa riak itu, Reno masih mengingat dengan jelas nyanyian dengan dentingan piano itu, Reno masih ingat cara nya tertawa dan menangis.

Reno mendadak mengingat semua hal yang ingin ia lupakan dari seorang yang paling dia sayang. Telinganya mendadak berdengung.

'Reno, gue sayang lo, tapi kata kita diantara lo sama gue nggak akan pernah ada. Gue nggak akan ngikat lo dan ngebuat lo terjebak sama gue lagi. Nggak akan.'

Reno tersenyum pahit saat suara itu membisikinya dengan nada terpahit yang pernah ia dengar.

I have loves you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

Senyum pahitnya berubah menjadi kekehan hambar. Reina dengan segala kenangannya selalu saja berhasil membuat mental Reno kacau berantakan.

"Padahal lo cuma pernah nyanyiin lagu ini sekali, tapi kenapa rasanya lo nyanyi ini berkali-kali di otak gue tanpa gue minta?"

"Padahal cuma lagu, tapi kenapa bisa ngelukai hati gue Rein?"

Mengingat Reina itu menyakitkan. Mengingat Reina itu menyesakkan. Melupakan Reina itu menyakitkan. Melupakan Reina itu menyesakkan.

Reno selalu merasa tidak punya hak atas kenangannya bersama Reina. Kenangan itu bisa muncul kapan saja lalu menghancurkan hati yang mati-matian Reno benahi. Kenangan itu tidak peduli sehancur apa dan sekacau apa perasaan Reno. Apa kenangan memang berlaku sejahat itu?

Atau Reno saja yang masih enggan melupakan segala hal tentang Reina?

Dok

Dok

Dok

Brakk

Brakk

"KECILIN RADIONYA WOY! GUE NGERJAIN SKRIPSI TYPO MULU RENO KAMPRET!" Teriakan Noval--satu-satunya saudara kandung Reno--menyadarkannya dari mode ambyar.

Pintu Reno dibuka dengan kasar, "gue tau ya kalo lo lagi ambyar, tapi tau sitkon kek bangsat! Itu suaranya Mbak Melly Goeslaw sampe ke kamar gue terus ngacauin ketikan gue plus hati gue sat!"

Reno menatap Noval malas, "bocah ambyar emang Abang tuh." Noval melotot lantas berjalan mendekat ke arah Reno. "Majuin pala lo biar gue enak nampolnya! Kalo mau ngomong tuh ngaca!"

Reno meraih radionya yang ternyata sudah berganti lagu lalu mengecilkan volume radionya. "Tuh! Udah, keluar sana!"

Noval mencibir lalu menatap ke segala penjuru kamar Reno.

"Heart beats fast, colors and promises," Reno mendelik saat Noval bernyanyi dengan kerasnya. Nadanya mengejek Reno sekali.

"Gue lempar kursi lo bang!"

"Ma! Dedek Reno mau ngelempar kursi!" Reno menahan umpatannya yang sudah di ujung mulutnya saat Noval kembali mengejeknya. Dia menggulum bibir lalu menarik napas dalam-dalam.

"KELUAR LO KAMPRET!"

"DASAR BOCAH AMBYAR BAPERAN!"

"NGACA!"

"RENO! NOVAL! TERIAK LAGI MAMA PUKUL PANTAT KALIAN PAKE SAPU!"

Noval tertawa lalu keluar dari kamar adiknya dan tidak lupa menutup pintu kamar adiknya.

Tawanya langsung hilang dan digantikan senyumnya yang mengembang samar. Skripsi, berisik, ambyar, semuanya berhasil ia karang dengan sempurna di depan Reno. Noval menghela napas. Adiknya benar-benar terkena dampak luar biasa dari seorang perempuan bernama Reina.

Dia jarang sekali menemui Reno karena cowok itu jarang ingin ditemui sejak kabar kematian Reina sampai ke telinga Reno. Dia rindu kedekatannya dengan Reno sebagai kakak-adik, lantas keinginannya itu membuat Noval harus pintar-pintar mempunyai akal untuk sekedar membuka pembicaraan dengan Reno.

Apapun pembicaraan itu dan se-tidak masuk akal apapun itu, Noval hanya ingin berbicara dan saling bertukar cerita seperti dulu.

Saat Reno belum mendapatkan Reina.

Saat Noval masih sering melihat Reno tersenyum bodoh hanya karena Reina membalas singkat chat miliknya.

Noval tersenyum, semua yang sudah terjadi benar-benar tidak bisa diulang kembali.

**

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang