"Gue nyerah aja. Boleh kan?"
–1.2/2.2–.
.
.
.ROY mengehela napas panjang. Koridor sekolah terlihat sangat sepi dan terkesan angker. Langkah kaki Roy menggema, saat tiba di ujung koridor, mata Roy menangkap sosok familiar yang memunggunginya.
Itu Maura.
Roy mengerjap. Dia berhenti melangkah, matanya menatap lekat punggung Maura. Senyum samar tercipta di bibir Roy, tawa hambar pun lolos dari bibirnya.
"Kesayangan gue."
Roy kembali melangkah, matanya masih fokus pada satu orang, hingga dia sadar bahwa jaraknya dengan Maura hanya 3 langkah. Roy bertanya dalam hati. Apa yang sedang dilakukan Maura? Menunggu jemputan? Kenapa sibuk dengan ponsel?
Roy menelan ludah saat ia kembali mengambil langkah lalu bersiap menyentuh pundak Maura, sosok didepannya justru mengantongi ponsel lalu melangkah ke arah jalan raya dengan terburu-buru. Maura akan menyebrang ke sisi lain jalan. tangan Roy perlahan turun. Mengehela napas, Roy membelokkan arah dan matanya langsung tertuju pada banyaknya mobil dan angkutan umun yang sedang berkendara.
Dahi Roy saling bertautan kala melihat mobil dengan warna silver melaju dengan kecepatan diatas rata-rata dan beberapa kali oleng. Roy memegangi kepalanya, mimpi waktu itu memasuki otaknya tanpa permisi.
Tunggu, sosok yang dia lihat adalah Reina bukan Maura. Tidak. Tak ada waktu berpikir sekarang. Maura harus selamat.
Mobil itu mengarah pada Maura yang berhenti di tengah jalan karena macet. Seperti orang yang menjadi pahlawan kesiangan, Roy berlari lalu membawa Maura dalam dekapannya. Roy berguling, Maura tersentak, belum sempat berkata tubuhnya seperti dihantam palu besar.
Maura dan Roy sama sama terlempar dan jatuh ditempat yang sama karena Roy sangat mendekap erat Maura.
"Selamat sore, Mau." Mau. Panggilan kesayangan Roy untuk Maura. Maura tersentak. Dia menatap wajah Roy yang setengahnya sudah berlumuran darah dengan nanar, sudut bibir Roy terangkat. Maura menggeleng, kepalanya sakit sebab terbentur trotoar cukup keras. "Lo apa apaan sih?! jadi pahlawan kesiangan buat nolong gue?!"
Roy terkekeh pelan. Tangannya yang penuh memar bergerak, jari tangan Roy bergerak untuk membersihkan rambut yang berserakan di dahi Maura.
"Gue cinta lo."
"Gak usah berlagak kayak mau mati kayak novel dan sinetron yang sering gue baca dan tonton. Itu nggak banget." Roy tersenyum lebar.
"Gue cinta lo."
"Lo jangan ninggalin gue! Gue merinding kalo lo ulang kata itu!"
"Yang nentuin kita mati atau hidup itu, Tuhan. Kalau gue belum pantes,----gue bakalan diijinin untuk tinggal lebih lama, tapi----kalo Tuhan udah kangen banget gue juga gak bisa ngelarang---semua keputusan ada di tangan Tuhan."
"Shut up! Lo bener-bener buat gue merinding!"
"Gue cinta lo, Mau. Sampai kapanpun, lo adalah tempat gue pulang. Gue sayang sama lo, lo harus tetep hidup." Roy terbatuk. Maura ingin berdiri tapi tubuhnya tak mau diajak kompromi. Tubuhnya mati rasa. Kerumunan orang mulai terbentuk.
Maura menggeleng dalam dekapan Roy, "jangan mati, gue mau minta maaf--"
"Udah gue maafin." lirih dan parau. Roy mencium dahi Maura. Maura terisak keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
please don't go [COMPLETE✓✓]
Fiksi RemajaAmazing cover by:@ekuivalent #9 mainstream (15122019) #12 tenfic (15122019) #20 Reina (13012020) #31 Reno (13012020) Bagi Reina, Reno adalah parasit dalam kehidupannya yang tenang. Reno membuat hidupnya berputar 180°. Bagi Reno, Reina adalah matahar...