"dipertemukan dengan cara aneh dan akhirnya dipisahkan dengan menyakitkan. Kadang takdir selucu itu."
-1.2/1.2
.
.
.
.
.REINA menatap lurus area lapangan basket. Disana ada Reno yang tengah mengoper bola basket bersama teman-temannya.
Hari ini, seluruh guru sedang mengadakan rapat yang entah membahas apa. Hal ini membuat siswa memiliki kebebasan untuk keluar kelas, entah itu untuk ke kantin, bergosip ria tentang temannya sendiri dan beberapa memilih ke lapangan utama, terutama untuk laki-laki.
Reno mendribel bola basketnya kembali, lalu melemparnya ke arah temannya dan dikembalikan lagi ke arah Reno. Keringat mulai membasahi dahi Reno bahkan rambutnya sudah mulai lepek karena keringat.
Sorakan riuh mulai terdengar saat Reno memasukkan bola ke dalam ring. Reina sempat berpikir sejak kapan gadis-gadis mulai memenuhi lapangan basket? Ah, Reina baru ingat! Ada sosok yang sangat digemari banyak kaum hawa disana. Reno. Yah, laki-laki itu menjadi pusat perhatian para gadis.
Reno membersihkan keringat yang ada di dahinya menggunakan punggung tangan lalu cowok itu mendongak menatap ke kelas Reina yang ada di lantai dua, ah mungkin maksudnya ke arah Reina itu sendiri. Pandangan mereka saling bertabrakan.
Angin menggoyangkan ringan rambut panjang milik Reina, membuat Reno menyunggingkan senyuman lebar tanpa sadar ke arah Reina.
Kejadian itu tak lama karena Reina memilih memutus kontak mata dan menyibukkan dirinya dengan novel yang ia ambil dari mejanya dan membukanya secara acak.
"Sejak kapan lo jadi kelelawar? Bisa lo baca buku ke balik kayak gitu? lucu, lucu, cocok jadi komedian." Rani--sahabat Reina--datang membawa dua kaleng cola. Rani terkekeh melihat kelakuan sahabatnya yang sepertinya sedang salting, sehingga membaca buku saja terbalik.
Reina merutuk dalam hati karena ia baru sadar bahwa buku yang ia baca terbalik. Untung disini tidak ada orang kecuali Rani dan Reina itu sendiri. Reina nyengir garing ke arah Rani.
Reina melempar buku novel nya asal lalu menerima lemparan kaleng cola dari Rani. Entah kenapa rasanya tenggorokan Reina mengering. Reina membuka botol sofdrinknya lalu meneguknya perlahan. Sensasi terbakar membungkus tenggorokannya.
"Belakangan ini lo suka banget merhatiin Reno, kenapa? Lo udah mulai suka sama Reno?" tanya Rani membuat Reina tersedak minumannya. Rani yang melihatnya bukannya menolong malah menertawakan tingkah sahabatnya yang kadang ceroboh.
"Gila lo. Temen lagi kesusahan bukannya ditolong malah diketawain!" sungut Reina sebal. "Lagi pula gue gak ngeliatin Reno! Ngomong-ngomong kemana si Lovita?" lanjut Reina mengubah topik pembicaraan.
Rani mendengus kasar, sahabatnya ini sedang menyangkal fakta dan mencoba mengalihkan topik ternyata.
Come on! Rani bersahabat dengan Reina sejak mereka masih menggunakan popok. Rani tak bodoh, ia tau sahabatnya itu tengah berbohong.
"Ck, lo itu nggak pinter boong, kampret! Ngaku aja kenapa sih! Susah amat! Gak bakal gue ketawain!" Rani berdecak sebal sedangkan Reina menunjukkan wajah yang dipolos-poloskan.
"lah emang gue harus ngaku apa? Kalo gue itu cantik gitu? Kalo gue imut gitu?" Reina menaik turunkan alisnya lalu terkekeh saat Rani memasang wajah masam.
"Lo ngomong apaan sih? Ngaco banget sat! Apa tadi lo bilang? Gini nih kalo MSG di cemilin macem makan kue kering." sinis Rani seraya berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
please don't go [COMPLETE✓✓]
Teen FictionAmazing cover by:@ekuivalent #9 mainstream (15122019) #12 tenfic (15122019) #20 Reina (13012020) #31 Reno (13012020) Bagi Reina, Reno adalah parasit dalam kehidupannya yang tenang. Reno membuat hidupnya berputar 180°. Bagi Reno, Reina adalah matahar...