"Selagi bisa, kenapa enggak?"
–1.1/1.2–.
.
.
.
.
.
"NGELIHATIN apa? Kok serius banget?" Reina tersentak dari lamunannya lalu pandangannya jatuh pada Reno yang sekarang sedang tersenyum lebar."Loh, sejak kapan lo disini?"
"Sejak tadi?"
Reina memperhatikan Reno yang melangkah lalu duduk di ujung kursi panjang tepat disamping kursi rodanya.
"Nggak capek lo? Tiap sore kesini? Nggak punya PR gitu?"
"Udah selesai dong. Makannya kesini." Reina mengangguk pelan lalu mengalihkan pandangan ke arah air mancur yang memang ada di taman rumah sakit.
"Mau cerita?"
Reina menghela napas lalu menatap langit dengan pandangan menerawang. "Gue pingin ngeluh No. Tapi kesiapa?"
Reno diam lalu tersenyum, "kamu kan punya aku." Kali ini Reina ikut tersenyum tipis lalu menatap langit yang mendung. "Jangan ah. Lo gaboleh sampe terbebani. Bentar lagi ujian kenaikan kelas kan?"
"Kamu ikut ujian kan, Rein?" Reno malah balik bertanya lalu melihat sebelah sisi wajah Reina. Angin berhembus lumayan kencang hingga mampu menerbangkan rambut Reina. Gadis itu terkekeh ironi, "Semoga ya Ren. Hehe."
Reno menghela napas lalu tersenyum masam saat melihat Reina hanya menatap kosong kedepan.
"Jangan ngelamun. Kamu makin cantik soalnya."
Reina menarik senyum tipis, "kalo gue tidur, tetep cantik gak?" Reno mengangguk antusias lalu mengingat-ingat saat mengingat Reina yang tidur dengan wajah damainya.
"Tapi, No,"
"Tapi kenapa?"
"Gue nggak akan kelihatan cantik lagi kalo botak. Gue nggak akan cantik lagi kalo makin kurus. Gue nggak akan cantik kalo muka gue pucet kayak gini No."
Reno terbungkam bersamaan dengan suara Guntur yang berbunyi keras. Reno menghela napas pendek lalu berdiri dan berjalan menuju ke bekalang kursi roda Reina lalu mensejajarkan wajahnya ke dekat telinga Reina.
"Mau hujan. Kita masuk ke dalem oke?"
"Bentar,"
"Kamu nggak boleh kena hujan, Rein."
"Gue temenan sama hujan No." Reno menghela napas, "mereka pasti ngerti. Kamu nggak harus main tiap kali mereka turun."
"Gue cuma takut nggak bisa ngerasain hujan lagi. Gue cuma takut rindu sama bau hujan. Gue takut besok nggak ada lagi waktu."
Reno menggulum bibir nya lalu memutar kursi roda Reina. Dia selalu benci ketika Reina mengungkit hal yang menyangkut dengan waktu. "Kita balik. Aku kebelet nih."
"Tinggal aja gue. Bisa balik sendiri kok entar." Reno berhenti mendorong kursi roda lalu berjalan dan berlutut di depan Reina.
"Aku sayang kamu, oke?"
Reina menatap Reno lalu terkekeh hambar, "No, kita nggak ada hubungan apapun kalo lo lupa."
❤️ Please don't go ❤️
Ceklek
Tangan Reina berhenti menulis lalu menatap ke arah pintu yang dibuka. Reina melongo di tempat saat melihat siapa sosok yang ada di depan pintu.
"Woy! Gue secantik itu apa? Ngelihatin nya gitu banget." Reina mengerjap.
"Maju cepet kek kampret! Berat ini kantong kresek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
please don't go [COMPLETE✓✓]
Teen FictionAmazing cover by:@ekuivalent #9 mainstream (15122019) #12 tenfic (15122019) #20 Reina (13012020) #31 Reno (13012020) Bagi Reina, Reno adalah parasit dalam kehidupannya yang tenang. Reno membuat hidupnya berputar 180°. Bagi Reno, Reina adalah matahar...