17. Realin

57 26 0
                                    

"Untung temen. Kalo enggak, udah gue lempar ke Planet Merkurius biar gosong."
-Reina Putri Nugroho-
.
.
.
.
.
.
.

REINA pov

"Gue aja yang di sebelah sini!"

"Gak gue aja!"

"Gue lah!"

"Gue dateng dulu."

"Jidat lo lempeng! Kita dateng barengan goblok."

"Lo berdua berisik tau gak?!"

"Lo berempat mau masuk ugd hari ini juga hemm?"

Aku terpaksa membuka mataku karena suara kebisingan yang membuat telinga ku sakit. Aku bener-bener keganggu.

"Eghh," aku melengguh pelan lalu mengerjapkan mataku beberapa kali dan setelah semua jelas, aku dapat melihat mereka semua ada disini.

"Rein lo udah bangun? Mana yang sakit? Masih pusing gak? Badan lo masih keras demam gak?" itu Reno. Dia disini menggunakan baju basket kebanggaan sekolah. Cowok itu mendekat ke arah ku dan langsung menggenggam tangan kanan ku.

"Eh kunyuk kesempatan banget ya lo! Minggir lo dari adik gue! Jangan modus deh!" Bang Fani melotot ke arah Reno yang sedang memasang wajah polos.

"Rein! lo udah baikan?" Rani bertanya dengan nada khawatir.

Sebenarnya rasa pusing ku sudah sedikit berkurang tapi karena mereka semua berisik minus Reihan yang cuma diem sambil menatapku, kepalaku kembali pusing.

"Lo pada ngapain disini?"

Tenggorokanku sedikit mengering dan Bang Fino langsung menyodorkan segelas air putih padaku.

"Siapa yang lo maksud Rein? "itu Devano.

"Kalian berempat. Reno, Reihan, Roy, sama Devano. Ngapain ke sini? "yang ditanya hanya diam.

"Jenguk lo lah."

"Mau ngambil buku dana keuangan."

"Ngikut Reno."

"Penasaran."semua mata termasuk aku menatap Reihan heran. Hanya penasaran katanya, tapi kenapa gak tanya lewat temen-temen aja? Dia satu satunya yang beralibi nggak masuk akal.

Reina pov end

Reina memegangi kepalanya yang mendadak pusing kembali. "Argghh," suara rintihan Reina dapat membuat semua orang kalang kabut.

Reno yang kembali menggenggam tangan Reina, Fani dan Fino langsung keluar kamar dan masuk ke kamar masing masing lalu kembali sambil berbicara pada ponsel mereka masing-masing. Reihan dan Devano langsung memeriksa Reina karena mereka PMR semenatara Rani memilih mondar---mandir tidak jelas.

Kekehan pelan membuat semua orang mengalihkan perhatian pada Reina yang tengah menutup bagian bawah wajahnya dengan satu tangan.

"Udah ah lo semua berlebihan banget sih, gue gak kenapa-napa."suara Reina sedikit teredam karena sweeter bagian tangan yang dikenakan nya digunakan untuk menutupi hidung dan mulutnya.

Seketika wajah semua orang disana berubah menjadi datar.

"Lo jahat Ra! Gue tuh khawatir." Rani mencebik dengan kesal. Reno hanya mengelus pucuk kepala Reina dan satu tangannya tetap menggemgam tangan Reina.

Reihan menatap Reina dengan pandangan yang sulit diartikan. Devano hanya geleng-geleng kepala sementara Fani dan Fino menggeram rendah. Kesal.

Hening.

please don't go [COMPLETE✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang