Cinta? Menurut gue itu bulshit.
Tapi kalau sayang, itu baru tulus.🌸Aretha Derina Sharon
🍂🍂🍂
Rumah megah milik orang tua Kanoa menjadi tempat persinggahan terakhir setelah jam mata kuliah terakhir.
Selain menguntungkan memiliki sahabat seperti Kanoa, Aretha dan Delvian juga bersyukur karena kampus mereka dekat dengan rumah Kanoa. Sehingga Aretha dan Delvian tidak perlu repot-repot pulang pergi dengan jarak 2 sampai 3 jam macet di perjalanan hanya untuk sampai di rumah. Setidaknya Niken, mama dari Kanoa dengan senang hati menampung Aretha dan Delvian di rumahnya.
Dan saat-saat ada mata kuliah pagilah Aretha dan Delvian selalu menginap di rumah Kanoa. Tidak perlu biaya uang kos, cukup dengan Delvian membantu Niken memasak tiap pagi dan Aretha menemani Kanoa membeli barang belanjaan. Begitu sudah cukup membuat Niken senang.
Jangan tanya kenapa bukan Aretha yang membantu Niken memasak, justru Delvian. Ya, tentu saja karena masak adalah bukan hoby Aretha. Dia sangat tidak cocok dengan dapur, asal tau saja. Kecuali, jika dia sedang terpaksa mengambil cemilan untuk kedua sahabatnya.
"Tante, Aretha bawa ya." Aretha membawa nampan dengan 3 gelas susu coklat panas dan satu piring cookies yang dibuat Niken.
"Iya, hati-hati tumpah." Ujar Niken kembali berkutik memotong bahan makanan untuk nanti malam.
Aretha berjalan perlahan menyeimbangkan bawaannya agar tidak jatuh. Beruntung kamar Kanoa bukan sampai naik ke lantai dua sehingga tidak butuh waktu yang lama hingga Aretha sampai di kamar Kanoa.
"Wih, tante bikin cookies lagi." Delvian langsung menyerbu kue buatan Niken. Dia paling suka kue buatan mama Kanoa, rasanya manis dan lezat menurutnya.
Aretha mengangguk, "kalau di bisnisin kayaknya laku parah. Abis enak, gue juga suka." Gadis itu ikut mencicipi kuenya dengan senyum yang merekah.
Si pemilik kamar, Kanoa hanya sibuk memainkan stick PSnya dengan lihai tanpa memperhatikan kedua sahabatnya bicara.
Aretha mencelupkan kuenya kedalam gelas susu miliknya lalu sambil memainkan ponsel, beberapa detik gadis itu berdecak. "Ya anjir tau dari mana sih dia IG gue." Kesalnya.
"Kenapa lagi dah." Delvian mendekat kearah Aretha sambil matanya melihat ke layar ponsel. Dahinya mengernyit memperhatikan, "Karisa." Ujar Delvian memastikan.
Aretha mengangguk, bersamaan dengan itu Kanoa menoleh karena telah memenangkan permainan sepak bola dengan PSnya. "Siapa?" Tanyanya ikut kepo lantas mendekat memisahkan Aretha dan Delvian. Kanoa duduk diantara keduanya dengan tatapan tanya.
"Itu Karisa yang tadi kenalan sama kita di kantin." Jelas Delvian menjaga jarak dengan mereka lalu sibuk memainkan ponselnya sendiri yang bergetar.
"Oh, cewek keriting kayak bakmi lewat depan rumah lo itu Tha." Kanoa berujar, membuat Aretha menahan tawa lalu menoleh dan menempeleng kepala Kanoa dengan gemas. "Doh.."
"Ralat sih. Sebenernya Karisa cantik, cuma ngeselin aja." Oceh Aretha, kalau difikir-fikir gadis itu memang tidak ada salah padanya. Cuma karena dosen atau papa dari Karisa itulah yang sebenarnya membuat Aretha kesal pada gadis itu.
"Kasian kali Tha. Baikan sono besok, temen baru juga lo." Ujar Delvian sambil mulai meminum susu panasnya.
Aretha menaikkan alisnya, "gue gak butuh temen baru juga sih." Ceplosnya jujur.
Kanoa tersenyum diujung bibirnya, "gak butuh temen ya. Gue doang udah cukup." Kerlingnya lantas merangkul bahu Aretha seperti biasa.
Aretha berdesis sambil memutar bola mata jengah. "Iya dah iya. Biar lo seneng Ken."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]
Teen FictionMenurut Aretha, cinta itu bulshyit. Tapi kalau sayang itu baru tulus. Ini semua tentang Aretha, ini kisah gadis bengal yang menjadi topik hangat dikalangan Mahasiswa Universitas Angkasa. Dia gadis cantik yang membuat kampus gempar karena parasnya...