ARETHA #38

293 57 8
                                    

Happy Reading🖤
Update 2x karena nebus semalem gak update
Hehehe.

🌸🌸🌸

Aretha buru-buru turun dari motor dan berlari kearah caffee, padahal tadi kan dia baru saja darisana. Tapi kenapa bisa tidak berpapasan dengan Ragil.

Setelah Aretha menanyakan keberadaan Ragil dengan menunjukkan ciri-ciri temannya itu kepada para pelayan, dia langsung dapat informasi kemana perginya si Ragil dan Natha.

Kanoa yang melihat Aretha khawatir segera menarik lengan pacarnya untuk menarik gadis itu dibelakang. "Kamu jangan jauh-jauh, aku maju duluan." Ujarnya membuat Aretha mengangguk menurut untuk berjalan cepat dibelakang punggung Kanoa.

"Kok kosong sih." Aretha maju mendahului Kanoa yang juga ikut terpenganga dengan keadaan lapangan kosong didepannya.

Kanoa dan Aretha saling bertatapan, tidak lama Delvian datang dengan mobil yang diparkir sembarangan diluar arena lapangan.

"Gimana?" Tanya Delvian.

Aretha menggeleng, "gak ada, gue telfon dia dulu."

Kanoa langsung menepis tangan Aretha, dia menarik ponsel pacarnya lalu mencatat nomor Ragil di ponselnya. "Biar gue aja." Tandasnya.

Delvian dan Aretha masih sempat terkekeh, "disituasi kayak gini masih bisa cemburu." Delvian geleng-geleng kepala.

"Gak diangkat." Info Kanoa sudah menelfon Ragil dua kali.

Aretha lebih masuk lagi kearena lapangan, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan. "Ragil!" Firasatnya benar, gadis itu berteriak dan berlari ke ujung lapangan melihat temannya sudah pingsan diantara semak-semak.

Dikepala Ragil sudah tercetak banyak darah, wajahnya pun sudah gasruk. Aretha sangat syok, hingga dia menggoncang tubuh Ragil untuk menyadarkan namun nihil.

Kanoa dan Delvian menghampiri, mereka habis mencari diujung lapangan lain. Keduanya juga sama terkejutnya dengan Aretha.

Rumah sakit langsung menjadi tempat untuk persinggahan Ragil. Dia dimasukkan kedalam UGD.

"Apakah ada wali?" Dokter keluar dari ruangan setelah kelelahan entah sedang melakukan apa terhadap Ragil.

"Kondisinya gimana dok?" Tanya Aretha panik.

Dokter hanya menggelengkan kepala, "tidak usah khawatir, teman kalian sudah baik-baik saja. Ada walinya? Saya mau bicara sama orang dewasa. Ibu atau ayahnya ada?" Pertanyaan itu lantas diberikan gelengan kompak oleh ketiganya.

Masalahnya ketiga orang itu tidak begitu mengenal Ragil.

Dokter itu nampak sedikit berfikir, "Orang tua kalian apa bisa membantu?"

Pertanyaan itu langsung dijawab tegas oleh anggukan Delvian dan Aretha. Mereka menunjuk Kanoa secara bersamaan.

Kanoa mengernyit, "gak." Tolaknya.

Aretha mendengus, padahal Niken akan dengan senang hati datang membantu seperti terakhir kali dia di rumah sakit. Niken menjadi walinya dan tentu mama Kanoa itu merahasiakannya dengan sangat rapih pada Vanda, mamanya.

ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang