Kalau ada yang tanya, sekarang gue suka seseorang atau enggak?
Gue jawab. Mungkin, ada.🌸Aretha Derina Sharon
🍂🍂🍂
Cahaya matahari menyilaukan kamar Aretha saat sang mama membuka tirai dengan geraman tertahan. Seperti biasa, Aretha telat bangun dan menimbulkan masalah dengan membuat mamanya mengoceh bak burung perkicau.
Aretha mengusap wajahnya, membuka sedikit mata dengan uapan lelah dari mulut. "Apa Mah.." Aretha mengambil posisi duduk dengan memandangi Vanda, mamanya dengan mata setengah tertutup.
"Bangun Tha, kamu gak mau kuliah. Katanya ada jam pagi." Vanda menarik selimut anaknya lalu menarik lengan Aretha untuk bangkit dari kasur.
Aretha mengucek mata, dia melihat jam didinding kamarnya lalu mengangguk setelah mengetahui dia sudah telat setengah jam.
"Ngangguk doang. Mandi sanah!"
Aretha mengangguk lagi, "lima menit lagi ya Mah. Plis." Gadis itu menarik kembali selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya,namun belum dua detik, Vanda sudah kembali mengomeli anaknya.
"Iya-iya, yaudah Aretha mandi nih. Mama sana keluar." Aretha berakhir duduk dengan menggenggam handuk yang dilempar mamanya kepangkuan.
Vanda menarik nafas pendek, "lima belas menit belum selesai mama cincang kamu jadi bumbu masakan."
Aretha berdesis, "emangnya Aretha bawang-bawangan. Iya ini juga mau mandi." Gadis itu segera masuk menuju kamar mandi sebelum Vanda meneruskan ceramahnya.
15 menitpun berlalu dengan kecepatan kilat. Tanpa make up dan belum genap memakai almamaternya, Aretha turun kelantai bawah untuk mengambil sarapan.
Melihat ada seseorang yang menunggunya diruang tamu, Aretha bergegas mengambil selembar roti berlapis coklat dan segera mendatangi orang tersebut.
"Dih, kok lo belum berangkat sih." Aretha melempar tubuhnya ke sofa sambil mulutnya penuh dengan roti.
Seseorang itu mendongak, ia memasukkan ponselnya kedalam saku celana. "Nungguin elo, lama." Ujarnya.
"Lah, elo kenapa gak berangkat duluan somplak." Keluh Aretha menghabiskan rotinya dalam sekejap.
"Males sendirian, macet." Keluhnya.
"Ye dasar lo. Yaudah tunggu, pamit dulu."
Tidak memakan waktu lama, Aretha telah berpamitan dengan mamanya lalu keluar menuju mobil yang diparkir didepan rumahnya lengkap dengan si penjemput yang duduk di ruang tamu tadi.
"Yan, nanti pulang kuliah jadi kan?" Aretha menutup pintu mobil lalu segera melesat.
Cowok itu mengangguk, "jadi. Tapi gue bilang apa ya ke Kanoa?" Delvian menoleh ketika setirnya berbelok keluar komplek.
"Iya apa kek. Nganter nyokap lo maybe." Aretha mengangkat bahu.
Delvian menoleh kekiri sarkartis, "nyokap gua kan ke Bandung."
Aretha menepuk jidat, "oh iya. Lupa." Cengirnya. "Terus ngom,-Eh Ken telfon."
Aretha mengangkat panggilan tersebut.
"LO DIMANA NYET."
"Si monyet!" Aretha menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Kanoa seakan bisa keluar dari speakernya.
Delvian yang mendengar itupun terkekeh.
"Di jalan, nih lagi sama Delvian." Jawabnya.
"Udah masuk goblok, bilang." Aretha berdesis, ia memilih mengaktifkan pengeras suaranya agar Delvian juga bisa mendengar suara Kanoa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]
Teen FictionMenurut Aretha, cinta itu bulshyit. Tapi kalau sayang itu baru tulus. Ini semua tentang Aretha, ini kisah gadis bengal yang menjadi topik hangat dikalangan Mahasiswa Universitas Angkasa. Dia gadis cantik yang membuat kampus gempar karena parasnya...