Happy Reading💙
" Menuju Ending "🌸🌸🌸
Sudah satu bulan sejak kepindahan Aretha ke Universitas Kusuma. Kampus milik kakeknya, dekat dengan SMA tempat papanya mengajar. Alamatnya juga jauh dari Kampus Aretha sebelumnya.
Setelah melanjutkan belajar di kampus ini, Aretha merasakan hawa protektif dari papanya. Setiap pulang kuliah dia selalu dijemput papanya, atau paling tidak dengan supir yang sengaja disewa papanya untuk mengantar jemput Aretha.
Kadang Aretha mengomel karena tidak bisa sebebas biasanya. Tapi setelah hari dimana papanya marah padanya, Aretha tidak bisa lagi menolak permintaan papanya. Ini juga demi kebaikan Aretha sendiri, ya, Aretha percaya itu.
Soal hubungannya dengan Kanoa?
Ah jangankan hubungan, kabar saja Aretha tidak tau. Terakhir mendapat kabar soal Kanoa adalah saat Delvian datang ke rumahnya marah-marah. Setelah itu Aretha tidak lagi mendapat kabar apapun. Baik dari ponselnya yang sudah berada di tangannya atau dari Delvian apalagi Arden.
Mereka semua seperti sedang sibuk menghadapi ujian semester. Ya, sekarang mereka semua sudah menginjakkan kaki di semester 2.
Aretha kembali ke masa dimana dia menjadi mahasiswa baru. Semua orang dalam sekejap mengenalnya, kejadian berulang yang membuat Aretha pusing.
Lalu apa ini, baru saja dia pergi ke kantin untuk makan. Dia menemukan lagi manusia sok kenal.
"Hai Tha, gue Kenji." Sapa lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh Aretha. Cengiran khasnya mampu membuat Aretha menajamkan mata lalu mengacuhkannya.
"Ck. Semua aja nyuekin gue." Kesal cowok itu.
Apasih ni cowok. Gesrek! Batin Aretha kesal.
Aretha bukannya tidak mendengar, dia hanya mengabaikannya. Pura-pura tidak dengar saja.
"Gue duluan ya."
What the .. Kalau saja ini tempat sepi, Aretha bisa langsung menonjok cowok itu. Untung batas kesabaran Aretha sangat banyak.
Setelah pindah kampus. Aretha jadi belajar mengenal karakter orang-orang baru, meski tidak berminat membuka diri, Aretha kini bisa mengontrol kesabarannya. Seperti tadi, dia tidak gampang meledak.
Aretha mengambil tempat duduk jauh dari keramaian, sebelum ia melahap baksonya, gadis itu melihat ponselnya bergetar.
"Hallo."
"Gimana? Kuliah lo lancar?" Tanya Delvian di sebrang telfon.
Aretha hanya mendengus, baru saja dia ingin menonjok orang. "Biasa aja."
"Pasti lo lagi makan sendirian."
Aretha berdecak menatap mangkok bakso tunggalnya, "Ck. Peramal apa dukun lo."
"Haha. Gue yakin lo gak punya temen. Apa perlu gue pindah kampus juga?"
Delvian jelas meledeknya.
"Sama sekali gak perlu." Tegas Aretha, dia mulai melahap baksonya.
"Eh iya, lo udah denger kabar Karisa keluar dari kampus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]
JugendliteraturMenurut Aretha, cinta itu bulshyit. Tapi kalau sayang itu baru tulus. Ini semua tentang Aretha, ini kisah gadis bengal yang menjadi topik hangat dikalangan Mahasiswa Universitas Angkasa. Dia gadis cantik yang membuat kampus gempar karena parasnya...